Share

5. Ahem Bukan Kucing Garong

     Ahem dengan gugup dan malu menanggalkan gaun penganten dengan hati-hati. Takut kalau-kalau tiba-tiba Tiffara tersadar dan berontak, maka dia akan mendapat malu. Setelah gaun itu berhasil dilepasnya, kini dia mendapati baju korset yang sangat banyak dan berbaris kancingnya. Dia semakin gugup, bagaimana dia harus dengan hati-hati dan membutuhkan waktu yang lama untuk membukanya. 

    "Apaan ini? Bagaimana aku terjebak dengan keadaan seperti ini? Mama, aku benci situasi ini!" pekiknya dalam hati.

    Ahem terpaksa dengan telaten membuka satu persatu kancing korsetnya. 

    "Ini harus dilepas dari atas ke bawah atau dari bawah ke atas ya? Kalau dari atas nanti bukit kembarnya nampak duluan." Pikirnya sambil cengar-cengir sendirian. "Atau dari bawah aja duluan ya.  Duh rumit juga sih baju wanita, kenapa aku harus malu, dia kan udah halal." Pikirnya dalam hati. "Ah tidak meskipun dia istriku aku tidak mungkin menyentuhnya, kita menjalani ini kan karena sama-sama terpaksa." Lanjutnya.

     Ahem sedikit memejamkan mata karena merasa tidak nyaman dengan keadaan ini. Setelah dengan susah payah akhirnya terlepas juga korsetnya.

    "Oh untung masih ada bra nya, kalau tidak....oh!" gumamnya dalam hati mulai berdesir, jiwa laki-laki nya mulai berontak.

    Tiffara yang mulai sadar, segera menyadari ada bayangan yang hendak menindih tubuhnya. Tangannya sedang menyentuh tubuhnya. Sontak tangan Tiffara menyahut tangan Ahem sambil,

    "Jangan!" pekiknya sambil matanya melotot ketakutan.

    Sontak pula Ahem membekap mulut Tiffara, karena gugup. Takut Tiffara berteriak menjerit membuat orang-orang di luar berpikiran negatif.

    "Kamu tenang ya, aku hanya membantu mengganti bajumu. Kamu pingsan, kamu harus istirahat!" ujar Ahem pelan. "Aku tidak ngapa-ngapain kok, jangan khawatir!" Lanjutnya berbisik lirih.

     Karena malu dan takut kalau Ahem akan menatap tubuhnya yang setengah telanjang, bergegas Tiffara menghamburkan tubuhnya ke dalam pelukan Ahem. Dan Ahem yang tidak siap, spontan terdorong ke belakang dan jatuh di kasur dengan posisi Tiffara menindihnya. Tangan kekarnya reflek memeluk pinggang Tiffara. Akhirnya tangan kekarnya menyentuh kulitnya yang halus tanpa terhalang selembar kain pun. Seolah tak percaya hati Ahem berdetak kencang. Sesaat Ahem terlena menikmatinya, dan Tiffara tertegun dan terpaku tak berdaya. Mereka saling menatap tajam, tatapan yang seolah mengarungi lautan.

    "Kamu jangan menatap aku ya, jangan melihat!" bisiknya masih gemetar lekat di dada Ahem.

    "Aku terlanjur melihat....ya udah aku akan memejamkan mata, pakailah bajumu!" titah Ahem menahan malu.

   Tiffara menarik diri dan beranjak bangun mengenakan gaun krem yang cantik yang nampak ringan dan nyaman tapi indah dikenakan.

     Diluar kamar Tiffara, Diva sedang gelisah  karena Ahem tidak juga keluar kamar. Dia khawatir mereka berdua akan melakukan malam pertamanya. Dia sedang berpikir mencari alasan agar bisa membuat Ahem keluar kamar.

    "Mas Bagas, kamu tidak khawatir kalau terjadi apa-apa sama Tiffara. Coba lihat sejak tadi dia tidak ada kabarnya. Kalau masih sakit kita kan bisa panggil dokter." Kata Diva pura-pura peduli.

    "Oh ya, coba saja kamu ketuk!" pinta Bagas.

    "Nggak enak Mas, coba kamu aja!" bantah Diva.

    Tok...tok...tok....pintu diketuk sambil memanggil namanya,

    "Ahem....Tiffa....!"

    "Iya Mas Bagas." Jawab Tiffa.

    "Iya Bagas!" jawab Ahem sambil membuka pintu. 

    Betapa terkejutnya melihat Diva juga bersamanya. Tiba-tiba Ahem mengerti dan membaca apa yang sedang dipikirkan Diva. 

    "Kamu memperalat Bagas, aku yakin kamu sedang cemburu, aku berada di kamar bersama Tiffara." Pikir Ahem dalam hati.

    "Ada apa Bagas? Kamu bukannya ingin mengganggu pengantin yang mau bermalam pertama kan?" tanya Ahem pura-pura kesal.

    "Jam segini? Wah jangan keterlaluan dong, lihat tamumu belum pada pulang. Bahkan papa dan mama kamu masih disini." Sahut Bagas.

    "Om sama Tante masih disini mas?" tanya Tiffara yang tiba-tiba muncul disamping Ahem.

    "Udah kita temui mama dan papa besuk aja, kan besuk masih resepsi!" katanya sambil kedua tangannya merangkul Tiffara dari balakang, tapi pandangannya tertuju pada Diva. Seolah sedang memanasi hati Diva. "Kita lanjutkan yuk, mengganggu aja!" ujar Ahem menggoda, sambil kemudian menutup pintu kamarnya.

    "Gila! Bisa-bisanya, dasar kucing garong!" gerutu Bagas sambil tertawa meninggalkan kamar Tiffara.

    Diva mengepalkan tangannya kuat-kuat sambil mengeraskan rahangnya menahan marah. Rasa sakit dan cemburu seperti tak terkendali lagi.

     ***

    Keesokannya acara resepsi begitu meriah. Acara diadakan di hotel milik keluarga Ahem sendiri. Sehingga begitu mewah dam meriah. Tamu dari keluarga Ahem termasuk tamu Abidin dan teman-teman kuliah Ahem. 

     "Selamat adikku sayang, bagaimana kakakmu terlupakan?" ucap tamu tak diundang.

    "Kak Virgo?" teriaknya bahagia. "Kakak kapan datang?" tanyanya seolah tak percaya.

    Akhirnya mereka berpelukan melepas kangen. Ada senyum dan tawa bahagia tersungging di bibir mereka.

    "Kakak, kenalkan ini istriku, Tiffara." Kata Ahem memperkenalkan.

    Dan Virgo segera menyodorkan tangannya kepada Tiffara dan Tiffara pun menyambutnya. Betapa terkejutnya Virgo begitu melihat pengantin wanita adalah gadis pujaannya. Sejak SMA kelas satu Virgo sudah menaksirnya. Dua kali pernyataan cintanya ditolak dengan alasan dia masih ingin konsentrasi sekolah. Sesaat mereka berdua berpandangan tanpa sepatah katapun terucap. Tiffara segera menarik tangannya setelah sebentar berjabat tangan.

    "Istrimu cantik sekali, seperti boneka India. Kamu begitu beruntung sekali, Ahem." Gumam Virgo sambil menatap tajam Tiffara. Membuat Tiffara salah tingkah dan gugup, karena seolah dia sedang membunyikan suatu beban. Seharusnya ini bukan merupakan beban, karena dengan terus terang Tiffara sudah menolaknya.

    "Virgo, ayo kita makan bersama papa!" ajak Titin.

    "Ayo mama sayang, lama kita tidak makan bersama!" jawab Virgo sambil menghampiri Titin dan memeluk pundaknya mengajak menemui Abidin, papanya. Hubungan mereka seperti antara ibuk dan anak sekalipun Virgo adalah anak tiri bagi Titin. Tapi Titin membesarkannya dengan kasih sayang yang sama seperti terhadap Ahem. Ahem dan Virgo besar bersama-sama, sehingga mereka saling menyayangi sejak kecil.

    Acara resepsi berakhir sampai sore hari. Sehingga Tiffara tampak kecapekan, dia mandi kemudian langsung pergi tidur. Ini untuk kedua kalinya Tiffara tidur di kamar Ahem. Tapi dia tidur awal karena dia merasa canggung harus berada sekamar dengan orang asing. Meskipun dia sudah menjadi suaminya.

    "Tiffa, ayo bangun, kita makan malam!" ajak Ahem lembut.

    "Jam berapa Kak Ahem?" tanyanya terkejut saat terbangun.

    "Pukul delapan." Jawab Ahem singkat.

    "Hah? Aku tidak sholat Maghrib! Yah...." Katanya menyesal.

    "Aku mau membangunkan kamu tidak tega, kayaknya kamu capek sekali." Gumam Ahem. "Sekarang kamu cuci muka terus makan malam sama mama dan papa!" Lanjutnya.

    "Baik Kak Ahem."

    "Aku tunggu ya kita turun bersama!" ujarnya lagi.

     Tak lama kemudian, Ahem dan Tiffara turun menuju meja makan. Papa dan mamanya serta Virgo sedang menunggunya.

    "Maafkan saya, kalian semua harus menunggu lama karena saya!" Ujar Tiffara.

    "Tidak lama sayang, udah duduklah! Kamu harus makan yang banyak dan bergizi demi bayi kembar kita!" Ujar Titin sambil mengelus rambut Tiffara penuh sayang.

     "Hah? Jadi Tiffara sedang hamil?" tanya Vigo kaget.

     "Iya Virgo, kamu segera punya keponakan." Jawab Titin sambil tersenyum bahagia.

    "Oh jadi dia hamil duluan sebelum menikah?" tanya Virgo dalam hati penasaran.

    Suasana makan malam hari ini sangat berbeda, karena lengkap ada Virgo ditambah lagi Tiffara.

    "Tiffara, Minggu depan Ahem harus ke London untuk melanjutkan S2. Sementara kamu bersama kita....jangan khawatir, kita akan menjaga kamu.... menyayangi kamu seperti anak sendiri." Kata Abidin meyakinkan.

    Padahal dalam hatinya Abidin hanya menginginkan bayi Tiffara. Setelah Tiffara melahirkan dia akan berusaha memisahkan mereka berdua dan menjodohkan dengan Dania. 

    "Bagaimana aku harus tinggal bersama orang yang dulu mengejar-ngejar aku? Dari tatapan matanya aku takut." Pikir  Tiffara dalam hati.

    "Ma, pa seandainya saya mau pulang saja ke rumah saya gimana? Saya ingin tinggal sementara di rumahku bersama kakakku." Usulnya dengan sedih.

    "Tiffa, ini juga rumah kamu sekarang, nanti aku juga sering pulang kok. Empat bulan sekali aku usahakan pulang, gimana?" hibur Ahem.

    "Tidak Kak Ahem, aku mau pulang!" desak Tiffara memohon.

    Semua terperanjat kaget dengan jawaban Tiffara. Dia kekeh ingin pulang ke rumahnya. Semua yang berada di meja makan saling berpandangan heran.

    "Ya udah kita makan dulu ya, itu kita bicarakan lagi kapan-kapan. Disini juga rumah kamu, yang di sana juga rumah kamu. Kamu bisa pergi kemana yang kamu suka, asal kamu nyaman dan bahagia." Kata Titin dengan sabar dan menghiburnya.

     Malam semakin larut, ponsel Ahem bergetar lagi dan lagi sejak habis makan malam hingga selarut itu tanpa berhenti.

    Tiffara yang merasa terganggu akhirnya memeriksa siapakah yang telah berkali-kali menghubungi suaminya. Betapa terkejutnya ternyata Diva yang menelponnya. Tiffara tidak menemukan Ahem di kamarnya. Dengan membawa ponselnya dia keluar kamar mencari Ahem. Seluruh ruangan sudah di ganti dengan lampu remang-remang karena sudah larut malam. Tiffara berjalan mengendap-endap bagai pencuri. Dia mencari dimana Ahem berada, karena takut membangunkan yang lain. Saat dia menuju ruang kerja, tiba-tiba dia tak semgaja bertabrakan dengan Virgo.  Virgo tak menyadari kehadiran Tiffara, karena dia sambil berjalan  memainkan ponselnya. Sehingga ponsel itu terlepas dan jatuh di lantai.

    "Oh maaf," ucapnya gugup merasa bersalah. 

    Tiffara segera berjongkok memungut ponsel yang jatuh, tapi bersamaan dengan Virgo melakukan hal yang sama. Sehingga kepala mereka berbenturan.

    "Auh!" pekik Tiffara bersamaan dengan Virgo.

    Sambil memegangi kepalanya yang lumayan sakit Tiffara bangkit.

    "Kamu semakin cantik, persis boneka India. Aku tidak pernah bisa berhenti memikirkanmu, Tiffa!" bisik Virgo sambil menarik tangan Tiffara dan mencengkeramnya dengan kuat seolah tak akan dilepasnya lagi.

     "Kamu menolak aku, tapi justru menerima adikku....sakit tau?" gumam Virgo berbisik.

    "Sakit Kak!" keluhnya sambil mendorong tubuh Virgo dengan kuat.

     Virgo yang tidak siap dengan apa yang dilakukan Tiffara, membuatnya terpental dua langkah ke belakang. Dan ini membuat cengkeraman tangannya pun terlepas. Tiffara mundur beberapa langkah dan akhirnya berlari menuju ruang kerja. Dengan nafasnya yang ngos-ngosan dia berdiri di hadapan Ahem yang sedang menatap laptop.

    "Tiffa, ada apa kesini? Kamu takut, kenapa nafasmu ngos-ngosan kayak gitu?" tanya Ahem penasaran.

    "Ya udah ayo kita tidur!" ajaknya, kemudian menutup laptopnya. 

    "Aku mau mengantar ponselmu, berdering dari tadi, Mbak Diva menelepon." Kata Tiffara, sambil menyerahkan ponsel  kepada Ahem.

   "Malam-malam begini? Gila!" ujarnya sambil menerima ponsel itu. 

    Baru saja ponsel itu di tangan Ahem, sudah kembali berdering.

    "Iya halo? Kamu gila apa, lihat ini jam berapa? Ngigau ya kamu?" Umpat Ahem ketus.

    "Aku gila karena kamu, Ahem! Hidupku hancur sekarang....aku tidak ingin hidup lagi!"ujarnya asal bicara.

    "Halo Mas, tolong jemput Mbak ini, dia lagi mabok Mas!  Ini di Gemerlap Night club, Mas." Ujar pegawainya.

    "Tidak bisa mas, panggilkan saja taksi, suruh ngantar ke Jalan Jawa no 17." tolak Ahem.

    "Tidak berani mas, takut kalau di jalan ada apa-apa siapa yang tanggungjawab?" bantah balik pegawai Night Club.

    "Apakah aku harus telepon kakakmu?" tanya Ahem kepada Tiffara.

    "Tapi dia tidak menginginkan Mas Bagas. Dia tidak mencintai Mas Bagas. Aku takut Mas Bagas akan sakit hati, Kak Ahem!" pekiknya bersedih.

    "Apakah aku boleh kesana? Aku janji aku hanya akan mengantarnya pulang, kemudian secepatnya pulang kembali kesini!" pamit Ahem.

    Tiffara baru saja mendapat perlakuan yang tidak menyenangkan dari kakaknya. Kenapa malah di tinggal pergi? "Bagaimana kalau dia nanti datang lagi ke kamarku!" pikirnya dalam hati.

     "Kalau kamu tidak mengijinkan, aku tidak akan pergi, Tiffa." Gumamnya pelan.

Apakah Tiffara akan mengijinkan Ahem pergi, setelah dia mendapat perlakuan yang tidak menyenangkan dari Virgo?

     Bersambung......

    

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Uci Jauhari
virgo umur brp ya? ato ini kakak sepupu?
goodnovel comment avatar
Aie Moetz
emang ahem umur ny brp n virho brpa..?? ko yg dluan kenal tiffany virgo..?? n naksir tiffany dluan semenjak SMA.. sedangkan tifani baru lulus SMA.. tp ko malah virgo yg jd kakak ny ahen.. berarti virgo waktu naksir sama tifani pas tifani masih sd ataw smp dong..?? gimana kak autor tolong di perjelas
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status