Bab 42
Sion menatap Elisa dengan ekspresi tidak percaya. “Apa maksudmu kau ada di hadapanku? Kau tidak mungkin ibuku!”Elisa tersenyum sendu, tapi matanya dipenuhi kesedihan. “Aku memang tidak bisa membuktikannya dengan kata-kata, Sion. Tapi kau bisa merasakannya. Karena kita punya ikatan batin yang kuat.”Tiba-tiba, angin berembus lembut, membawa serpihan cahaya yang berputar di sekitar mereka. Dalam sekejap, bunga-bunga bercahaya di sekitar berubah menjadi gambaran kenangan—pecahan masa lalu yang berputar seperti film di udara.Sion menyipitkan mata. Di dalam gambaran itu, terlihat seorang wanita muda dengan rambut panjang yang berkilau, menggendong seorang anak laki-laki sambil tersenyum penuh kasih sayang.Melihat kenangan itu, hati Sion langsung menghangat. Ada kerinduan dan rasa bahagia yang bercampur menjadi satu.“Ibu…?” gumam Sion. Kata itu lolos begitu saja dari bibirnya.Kenangan itu terus berjalan. Sion meliBab. 44Di sisi lain...Andrew sedang mengadakan rapat penting dengan beberapa pengacara untuk membahas kelangsungan Robin Group. Ruangan itu dipenuhi atmosfer yang tegang. Beberapa dokumen tersusun rapi di meja panjang, dan semua orang yang hadir tampak serius mendengarkan setiap kata dari Andrew.Tiba-tiba, di luar ruangan, suara langkah cepat terdengar mendekat. Marco, dengan ekspresi penuh curiga, melangkah mendekati sekretaris pribadi Andrew."Ron, aku dengar dari petugas keamanan di depan. Apakah benar Ayah sedang mengadakan rapat dengan beberapa pengacara Robin Group?" tanyanya langsung, tanpa basa-basi.Ron mengangguk pelan, "Benar, Tuan Marco."Marco terdiam, pikirannya mulai dipenuhi pertanyaan. Kenapa tiba-tiba ada pertemuan ini? Yang lebih aneh, kenapa dia—putra Andrew sendiri—tidak diberitahu apa pun tentang rapat ini?"Tapi kenapa? Kenapa aku tidak dilibatkan dalam rapat ini?" tanya Marco.Ron menunduk sedikit, seolah mencari kata-kata yang tepat. Namun, keheningannya ju
Bab 43Sion menatap mata Elisa, dan Elisa melihat ada ketulusan di sana. Akhirnya, bibir wanita ini terangkat, senyum manis terlihat di wajahnya."Jadi, kau sudah percaya kalau aku adalah ibumu?" tanya Elisa lembut.Mendengar pertanyaan itu, Sion terdiam. Ia mundur selangkah, mengepalkan tangannya erat, menatap dalam-dalam wajah Elisa. Ada kebimbangan dalam hati Sion, dan Elisa bisa melihat dengan jelas.Elisa tersenyum getir. "Jika kau masih meragukan sedikit saja, kau tidak akan bisa kembali ke tubuhmu sampai kapan pun. Kau harus benar-benar yakin bahwa aku adalah ibumu."Sion terdiam, pikirannya berkecamuk. Kenangan masa kecilnya yang buram berusaha menyusup ke dalam benaknya, tetapi semuanya terasa jauh, seperti bayangan yang samar. "Aku... Aku ingin percaya, tapi... Kau terlihat masih sangat muda, bahkan kau terlihat lebih muda dariku," jawab Sion.Elisa tertawa melihat ekspresi Sion yang bingung. Ia melangkah lebi
Bab 42Sion menatap Elisa dengan ekspresi tidak percaya. “Apa maksudmu kau ada di hadapanku? Kau tidak mungkin ibuku!”Elisa tersenyum sendu, tapi matanya dipenuhi kesedihan. “Aku memang tidak bisa membuktikannya dengan kata-kata, Sion. Tapi kau bisa merasakannya. Karena kita punya ikatan batin yang kuat.”Tiba-tiba, angin berembus lembut, membawa serpihan cahaya yang berputar di sekitar mereka. Dalam sekejap, bunga-bunga bercahaya di sekitar berubah menjadi gambaran kenangan—pecahan masa lalu yang berputar seperti film di udara.Sion menyipitkan mata. Di dalam gambaran itu, terlihat seorang wanita muda dengan rambut panjang yang berkilau, menggendong seorang anak laki-laki sambil tersenyum penuh kasih sayang.Melihat kenangan itu, hati Sion langsung menghangat. Ada kerinduan dan rasa bahagia yang bercampur menjadi satu.“Ibu…?” gumam Sion. Kata itu lolos begitu saja dari bibirnya.Kenangan itu terus berjalan. Sion meli
Bab 41"Aku?"Suara itu terdengar lembut, namun memiliki gema yang menyelinap ke dalam dada Sion. Saat wanita itu akan menjawab, angin berembus perlahan, membawa semilir harum bunga-bunga bercahaya yang mengelilingi mereka. Cahaya bulan yang lembut memantulkan sinarnya pada helaian rambut panjang wanita itu, membuatnya tampak seperti sosok yang tidak nyata—seperti bayangan dari dunia lain yang muncul di hadapan Sion.Perlahan, wanita itu mengangkat wajahnya, bibirnya melengkung dalam senyum samar. Mata berkilauan seperti permata menatap Sion penuh makna, seolah mengandung rahasia yang telah lama tersembunyi."Aku adalah seseorang yang kau cari, Sion," ucapnya akhirnya, suara wanita itu mengalun seperti nyanyian malam yang tenang.Sion langsung tercekat. Kata-kata itu menggema dalam benaknya, membuat jantungnya berdegup lebih cepat."Apa maksudmu?" tanyanya, suaranya nyaris berbisik, penuh kebingungan. "Apakah kau… wanita itu?"Angin kembali berembus, membuat kelopak-kelopak bunga be
Bab. 40 Tangan Roura gemetar saat ia akhirnya menarik tutup kendi itu. Begitu segel kendi terbuka, hawa dingin langsung menyelimuti tempat itu. Cahaya keunguan menyala dari dalam kendi, membentuk pusaran energi yang berputar cepat di udara. Angin mendesing liar, menerbangkan benda-benda kecil di sekitar mereka. Sion mendadak merasa tubuhnya semakin ringan. Ada sesuatu yang menariknya dengan kekuatan luar biasa. Ia tersentak, mencoba menjejakkan kakinya lebih kuat, tapi sia-sia. Tubuhnya mulai melayang tanpa ia inginkan, tersedot oleh arus energi tak kasat mata. "Apa yang kau lakukan, Roura?!" teriak Sion, matanya membelalak dalam keterkejutan dan kepanikan. Namun Roura hanya diam. Air mata menggenang di sudut matanya. Napasnya memburu, jantungnya terasa seperti akan meledak. “Bagus sekali, Roura!” suara Andrew terdengar penuh kepuasan di tengah kekacauan yang terjadi. "Teruskan, biarkan dia le
Bab. 39 "Baiklah, aku setuju," kata Roura akhirnya. Andrew tersenyum puas. "Keputusan yang bijak, Nona Roura." Maxwell yang sedari tadi diam kini angkat bicara. "Kalau kau sudah setuju, kita akan pergi ke suatu tempat." Roura mengerutkan kening. "Ke suatu tempat? Tapi… ke mana?" Maxwell hanya tersenyum tipis. "Kau tinggal ikut saja." Roura melirik Andrew, mencari kepastian, tapi pria itu hanya mengangguk santai. Tidak ada pilihan lain. Dengan langkah ragu, Roura mengikuti Maxwell dan Andrew menuju lantai paling atas rumah itu. Begitu tiba di atas, Roura terkejut. Itu adalah sebuah balkon terbuka. Angin malam bertiup kencang, membuat bulu kuduknya meremang. Dari sini, ia bisa melihat hamparan pepohonan yang membentang luas, menciptakan suasana yang semakin mencekam. Namun, yang paling menarik perhatiannya adalah lingkaran aneh yang tergambar di lantai kayu balkon tersebut, lengkap dengan lilin-lilin yang sudah menyala. "Apa ini?" Roura berbisik, mulai merasa gelis
Bab. 38 Roura menatap Andrew dengan tatapan tidak percaya. "Tapi... aku dengar tadi, jika kau ingin benar-benar melenyapkan Sion dan tidak ingin ia kembali lagi ke tubuhnya." Andrew mengangguk, senyum puas terlukis di bibirnya. "Kau memiliki pendengaran yang baik, Nona. Memang itu yang aku inginkan." "Tunggu sebentar. Bukankah Sion adalah keponakanmu, Tuan Andrew? Lalu kenapa kau menginginkan kematiannya? Seharusnya seorang keponakan memiliki kedudukan yang sama seperti seorang putra kandung," ucap Roura. Andrew tertawa renyah, suara tawanya menggema di dalam ruangan yang remang-remang itu. "Aku menginginkan kematiannya?" "Hey! Sepertinya kau masih belum mengerti, Nona. Sion itu sudah mati, jadi aku bukan menginginkan kematiannya. Aku justru ingin dia kembali ke alam baka dengan tenang." "Tapi... bukankah dia masih bisa hidup kembali jika dia bisa kembali ke tubuhnya," jawab Roura dengan suara
Bab. 37Roura menghentikan langkah, matanya menatap tajam ke arah Andrew yang berdiri menjulang di hadapannya. Tawaran pria itu terlalu menggiurkan, tetapi juga mencurigakan."Apa yang Anda bilang tadi? Anda akan memberikan berapa pun yang aku minta?" tanya Roura.Andrew mengangguk dengan penuh keyakinan. "Tentu saja. Berapa pun yang kau butuhkan, tinggal kau sebut saja."Roura terkekeh kecil, ada nada geli dalam tawanya. "Oh ya ampun, ada apa ini? Biasanya Anda sangat galak dan tidak menyukaiku, tapi kenapa tiba-tiba berubah jadi baik?"Andrew melangkah lebih dekat, ekspresinya tetap tenang namun matanya menyiratkan sesuatu yang sulit dibaca. "Karena ini adalah kesempatan yang saling menguntungkan, Nona. Jika kau menerima penawaranku, kita berdua akan mendapatkan apa yang kita inginkan."Roura menyipitkan mata, tatapannya penuh kewaspadaan. "Penawaran apa yang Anda tawarkan kepadaku?""Ikutlah denganku dulu. Aku akan me
Bab. 36Roura mendekatkan telinganya ke mulut ayahnya. "Aku siap mendengarkannya, Ayah. Ada hubungan apa ibu dengan seseorang bernama Elisa itu?" "Ibumu... Dia..."Namun sebelum ayahnya sempat menyelesaikan ucapannya, napasnya kembali tersengal dan monitor jantung mulai berbunyi tak beraturan."Ayah! Ada apa, ayah?" Roura sangat panik.Melihat kondisi ayahnya, Roura langsung berlari ke luar untuk mencari bantuan. "Suster! Tolong ayahku!" teriak Roura.Beberapa petugas medis segera menuju ke arahnya, dan segera mengikuti langkah gadis ini. "Maaf, Nona, Anda harus keluar sekarang!" ucap Suster, ketika melihat kondisi pasiennya.Beberapa petugas medis lain menghampiri, memaksa Roura mundur dari sana. Sementara dokter-dokter itu segera melakukan tindakan darurat. Kini Roura hanya bisa menunggu dengan cemas di luar ruangan itu, ia tidak tahu harus berbuat apa kali ini, sungguh ia sudah sangat bi