Share

Ch. 39 Surat Undangan

last update Last Updated: 2025-05-09 20:59:43
"Asha, Ibu mau pamit pulang dulu!"

Sosok itu kembali muncul, setelah beberapa lama pergi dari sini. Asha bangkit, ia mengangguk sembari menyunggingkan seulas senyum.

"Eh ... Sabrina bangun?" tanya Reni seraya mendekat ke arah box.

"Iya baru beberapa saat yang lalu, Ibu." jawab Asha sembari menyingkir barang beberapa langkah.

Reni segera fokus pada Sabrina, ia mengambil bayi itu dari box, menggendong Sabrina sembari mendaratkan beberapa ciuman di puncak kepala. Asha tersenyum melihat pemandangan itu, namun sejenak ia terpikirkan sesuatu.

"Bu, Asha boleh tanya?"

Wajah Reni terangkat, ia menoleh dan menatap Asha dengan tatapan serius.

"Boleh. Mau tanya apa?"

Asha menelan ludah, ada perasaan takut dalam hatinya. Namun Asha tergerak untuk cari tahu, hatinya seperti belum tenang, tak peduli sebenarnya ia sangat takut.

"Tadi bu Gina bilang kalau dia tidak akan datang kemari selama saya masih mengurus Sabrina. Apakah dia akan benar-benar begitu, Bu? Maksud Asha ... Ash
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Ulum
g usah datang sha
goodnovel comment avatar
Rheia
ayo thor tambah update lg
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Pesona Ibu Susu Kesayangan Tuan Duda   Ch. 42 Sebaik Itu!

    "Maaf kalau Asha bikin Ibu harus ambil cuti besok pagi."Reni sudah muncul di kamar, wanita itu bahkan sudah duduk di atas playmate dan bermain bersama Sabrina. Wajah Reni terangkat, ia mengangguk sembari tersenyum simpul. "Tidak apa-apa, Sha. Ibu harap permasalahan kamu segera beres, ya? Jadi kamu bisa fokus ke depan, nggak kebayang-bayang masa lalu terus." ucapnya lirih, Sabrina begitu anteng dalam pangkuan sang nenek. "Saya harap cukup sekali saja sidangnya, Bu. Sa--""Setahu Ibu, meskipun dari kedua belah pihak sudah mantap buat pisah, tetap dari pengadilan nggak bisa cuma memutuskan hanya dalam satu kali sidang, Sha." potong Reni cepat. Asha tertegun, ditatapnya Reni tanpa kedip. "Biasanya di sidang yang pertama, hakim akan tetap berupaya mendamaikan kedua belah pihak, sembari mendengarkan tuntutan dan pembelaan dari masing-masing pihak. Nah nanti baru di sidang kedua paling cepat keputusannya diputuskan." Asha menghela napas panjang, itu artinya selain besok, ia masih harus

  • Pesona Ibu Susu Kesayangan Tuan Duda   Ch. 41 Terimakasih, Pak!

    "Gimana, Dit? Udah kelar semua?"Adit menghela napas, ia mengangguk pelan sembari mengeluarkan ponsel dari dalam saku. Adit segera menyodorkan benda itu ke hadapan Jonathan. "Semua sudah sesuai permintaan Bapak. Bisa Bapak cek kembali." ucap Adit sembari memperhatikan Jonathan yang meneliti ponselnya. Jonathan tidak menjawab, ia begitu serius dengan angka-angka dan huruf yang ada di layar ponsel Adit, sementara Adit, ia hanya diam sembari mengingat-ingat obrolannya dengan Yanuar tempo lalu. Apakah mungkin bosnya ini jatuh hati pada ibu susu Sabrina? Dilihat dari sorot wajah dan mata Jonathan, Adit tidak menemukan tanda-tanda itu di sana. Berbeda dengan dulu ketika Jonathan bersama Tania semasa wanita itu hidup. Adit bisa merasakan bahwa cinta yang Jonathan miliki begitu dalam. Dugaan Yanuar salah! Adit yakin itu! Alasan Jonathan melakukan semua ini tentu sebagai salah satu bentuk terimakasih Jonathan pada wanita yang sudah menyambung hidup Sabrina, merawat Sabrina selama ini sete

  • Pesona Ibu Susu Kesayangan Tuan Duda   Ch. 40 Titah Pak Bos

    "... rasanya ada yang perlu kamu tahu soal dia.”Asha menghela napas panjang, "Nggak perlu, Ta. Aku nggak mau tahu apapun soal dia." ucap Asha tegas. Untuk apa dia tahu perihal lelaki itu? Sangat tidak penting! Asha sudah tidak mau peduli lagi padanya, apapun itu! "Ah ... baiklah, aku kirim ke kamu undangannya, Sha. Jangan khawatir, aku sama mas Geri bakalan datang, nemenin kamu di sana!" ujar suara itu lirih. Asha tersenyum, hatinya menghangat. Kepalanya refleks mengangguk dengan senyum di wajah. "Makasih banyak, ya? Aku bener-bener bersyukur punya sepupu sebaik kamu, Ta!" ucap Asha tulus. "Kita saudara, keluarga kamu udah banyak bantu keluarga aku, Sha. Jadi mungkin ini yang bisa aku lakukan untuk balas semua itu." Ista menjeda kalimatnya, "Aku tutup dulu, ya? Kita ketemu besok di sana!"Tut! Sambungan telepon terputus, disusul notifikasi pesan masuk. Asha segera membuka pesan dari Ista, sejenak Asha tertawa lirih, ia beringsut duduk di sofa tanpa melepaskan pandangan dari fot

  • Pesona Ibu Susu Kesayangan Tuan Duda   Ch. 39 Surat Undangan

    "Asha, Ibu mau pamit pulang dulu!" Sosok itu kembali muncul, setelah beberapa lama pergi dari sini. Asha bangkit, ia mengangguk sembari menyunggingkan seulas senyum. "Eh ... Sabrina bangun?" tanya Reni seraya mendekat ke arah box. "Iya baru beberapa saat yang lalu, Ibu." jawab Asha sembari menyingkir barang beberapa langkah. Reni segera fokus pada Sabrina, ia mengambil bayi itu dari box, menggendong Sabrina sembari mendaratkan beberapa ciuman di puncak kepala. Asha tersenyum melihat pemandangan itu, namun sejenak ia terpikirkan sesuatu. "Bu, Asha boleh tanya?" Wajah Reni terangkat, ia menoleh dan menatap Asha dengan tatapan serius. "Boleh. Mau tanya apa?" Asha menelan ludah, ada perasaan takut dalam hatinya. Namun Asha tergerak untuk cari tahu, hatinya seperti belum tenang, tak peduli sebenarnya ia sangat takut. "Tadi bu Gina bilang kalau dia tidak akan datang kemari selama saya masih mengurus Sabrina. Apakah dia akan benar-benar begitu, Bu? Maksud Asha ... Ash

  • Pesona Ibu Susu Kesayangan Tuan Duda   Ch. 38 Nasehat Reni

    "Ti-tidak, Bu. Saya nggak diapa-apain." tegas Asha cepat. Ia memang tidak diapa-apakan oleh perempuan itu, jadi jangan sampai Reni salah paham dan itu makin membuat masalah ini jadi pelik. Tatapan Reni melunak, ia mengusap bahu Asha dengan lembut. "Lantas? Jonathan marahin kamu?"Kembali Asha menggelengkan kepala. Walaupun sebenarnya tadi ia memang dimarahi oleh lelaki itu."Oh, bukan juga, ya?" sahut Reni. Wanita itu mengamati wajah Asha. "Terus kamu kenapa nangis begini? Ada apa?" kejar Reni nampak tidak puas, sorot penasaran tergambar jelas di mata perempuan itu. Reni memang terlampau peduli padanya sejauh ini. Wanita dengan sikap keibuan itu mengingatkan Asha pada orang tuanya sendiri. Tanpa sadar, pemikiran itu membuat hati Asha makin sakit."Sa-saya nggak ngerti juga, Ibu. Tadi saya nggak sengaja curi dengar obrolan bapak sama ibu Gina, refleks aja nangis begini." ucap Asha akhirnya jujur. Kini kening Reni berkerut, matanya bersorot tajam penuh penasaran. "Mereka ngomongi

  • Pesona Ibu Susu Kesayangan Tuan Duda   Ch. 37 Sengit

    "Mama nggak suka ya, Jo!" ucap suara itu dengan ketus, "Kamu udah nggak anggap mama ini mertua kamu? Mentang-mentang anak mama udah nggak ada?"Seketika langkah kaki Asha terhenti, ia yang tadinya hendak mengambil sesuatu langsung mengurungkan niatnya begitu mendengar keributan itu. Suara itu ... Asha menyipitkan matanya, berusaha mengingat betul di mana dan kapan ia pernah mendengar suara itu. Belum sempat Asha mendapatkan ingatannya, kembali percakapan itu tertangkap oleh telinganya. "Bukan gitu, Ma ... Jonathan udah jelasin, kan tadi? Boleh Mama bawa Sabrina menginap, tapi harus satu paket dengan Asha." jelas suara itu, Asha kenal betul suara ini. Ini Jonathan! Majikannya! "Pikirmu dia siapa sampai mama harus ajak dia kerumah? Ayolah, jangan sekaku ini, Jo!" Kini Asha ingat suara ini! Siapa pemilik suara ini! Wajah dan tatapan sinis itu terbayang-bayang dalam ingatannya, itu adalah mama mertua Jonathan! Bukankah tadi dia menyebut kata anak mama sudah nggak ada? Kenapa Asha tid

  • Pesona Ibu Susu Kesayangan Tuan Duda   Ch. 36 Adu Urat (2)

    Jonathan melepaskan gown, ia segera mencuci tangan bersih-bersih dan melangkah keluar OK. Semua tanggungjawab Jonathan hari ini udah selesai, tinggal pulang kerumah, memantau semua dari rumah dan beristirahat. Baru saja satu langkah Jonathan pergi dari depan pintu OK, sosok itu sudah tertangkap oleh mata tengah melangkah dengan tergesa-gesa menghampiri Jonathan. "Loh Mama? Kok sampai sini?" tanya Jonathan heran. Meskipun bapaknya pemegang saham tertinggi di rumah sakit ini, baik bapak maupun ibu Jonathan, mereka tidak ada yang berpraktik di RS ini. Mereka punya klinik sendiri yang cukup besar skalanya, jadi jangan heran kalau Jonathan terkejut dengan kehadiran ibunya secara tiba-tiba. "Udah kelar? Mama mau ngomong." ucap Reni dengan nada serius. Semenit-dua menit, Jonathan paham alasan ibunya sampai jauh-jauh kemari pasti hendak membahas hal itu! Apalagi kalau bukan perselisihan sengit Jonathan dengan Gina lewat sambungan telepon tadi! "Mama Gina lapor ke Mama?" tanya Jonathan s

  • Pesona Ibu Susu Kesayangan Tuan Duda   Ch. 35 Adu Urat

    "Itu artinya ..."Jonathan bergumam, ia menatap Adit dengan pikiran berkecamuk. Sementara Adit, lelaki itu hanya mengangguk perlahan tanpa memalingkan pandangan. "Saya udah cek, Pak, memang benar. Bukan salah Bapak juga kalau tidak ngeh." lanjut Adit yang seketika membuat Jonathan menghela napas panjang. "Kirim semua data lengkap ke email saya, Dit. Tugas yang ini selesai tapi masih berkelanjutan, ya. Sekarang fokus ke tugas kamu yang satunya." titah Jonathan sembari menyesap kopi. "Baik, Pak. Hanya saja, saya tidak habis pikir, Pak." ucap Adit lirih. Jonathan kembali meletakkan cangkir, matanya tak lepas dari Adit, wajah Jonathan nampak lebih tenang dan santai. Agaknya ia sudah paham kemana arah pernyataan Adit barusan. "Tak habis pikir, kenapa?"Adit nampak takut-takut, ia meraih gelasnya, meneguk isi gelas sampai tinggal separuh. Sejenak setelah menelan kopi, Adit terdiam beberapa saat sampai kemudian kembali bersuara. "Bapak sampai sedetail ini ingin tahu, maaf kalau terkesa

  • Pesona Ibu Susu Kesayangan Tuan Duda   Ch. 34 Info Baru

    "Mbak, ada paket nih!"Asha menoleh, ia mengangguk pelan sembari terus memperhatikan Sabrina yang sudah mulai tengkurap di playmate. Sani pun melangkah masuk, di tangannya ada satu kantong plastik yang cukup besar, sementara di tangan lainnya, ia membawa piring yang berisi gorengan. "Dari mbok Iin nih, spesial katanya." ucap Sani sembari ikut duduk di lantai dan meletakkan piring. "Pakai telur berapa nih?" kelakar Asha yang tidak bisa lagi menahan diri, ia segera mencomot sepotong gorengan hangat dari piring. "Mau pakai telor apa kagak, kalo bikinnya buat mbak Asha, pasti spesial! Gitu kata simbok." Sani ikut mencomot, mereka lantas tertawa bersama sembari menikmati gorengan. "Ngomong-ngomong, banyak amat paket, Mbak? Punya Sabrina?" tanya Sani dengan mulut penuh gorengan. "Iya. Bulan depan udah MPASI, bapak udah list noh apa-apa aja yang kudu dibeli. Yaudah aku cariin vie e-commerce aja." jawab Asha membenarkan, meskipun ada pula di antara paket-paket itu yang merupakan miliknya

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status