Home / Rumah Tangga / Pesona Istri 200 Juta / Bukan Bulan Madu Impian

Share

Bukan Bulan Madu Impian

Author: BalqizAzzahra
last update Last Updated: 2025-01-15 07:20:46

Restoran alam sutera, pukul 07.15 menit.

Milla menatap semua makanan yang tertata di atas meja, terlihat enak dan menggiurkan. Beberapa jenis diantaranya belum pernah Milla makan sama sekali, entah dia akan doyan atau tidak.

Jonathan mengambil satu centong nasi, dia mengambil beberapa jenis lauk lalu menaruhnya dihadapan Milla. Pria itu juga menuang segelas air, menyiapkan sendok dan garpu.

'Apa dia sedang melayaniku?' batin Milla.

Alex tersenyum melihat bongkahan es kutub Utara di depannya mulai meleleh. Dia belum pernah melihat Bosnya melayani perempuan selain mendiang istrinya, diam-diam Alex mengabadikan momen manis itu dan mengirimkannya pada bu Maya.

"Makan yang banyak, biar cepat besar," goda Jonathan.

"Saya juga sudah besar Pak, sudah dua puluh tahun. Saya bukan anak-anak lagi," ucap Milla sewot.

"Oh, aku salah ya. Habis tinggi badanmu hanya beda beberapa senti dengan anakku sih," Jonathan terkekeh.

Milla cemberut, dia paling tidak suka kalau ada yang mengungkit soal tinggi badannya. Milla memang imut dengan tinggi 155 cm dan berat 48 kg. Makannya banyak orang mengira kalau Milla masih duduk di bangku sekolah SMA.

Selama ini Milla menganggap Bosnya sebagai pria kulkas, jarang senyum dan mengobrol dengan orang lain. Tapi hari ini sisi lain dari seorang Jonathan keluar, ternyata pria itu suka mengejek orang lain dan menjadikannya sebagai bahan candaan.

"Setelah ini kita mau kemana Tuan?" Tanya Alex pada Jonathan.

"Kamu jalan-jalan saja sendiri, terserah mau kemana. Kalau aku mau mengajak Milla jalan-jalan di pinggir pantai sambil naik kuda," sahut Jonathan.

"Apa? Kuda? Saya nggak mau Pak, saya takut kuda," Milla mengkerut. Dari kecil, dia takut sekali pada kuda. Jangankan menungganginya, melihatnya saja wajahnya pucat.

"Kalau begitu aku saja yang naik kuda, kamu ngikutin dari belakang jalan kaki," Nathan tersenyum.

"Capek dong Pak," protes Milla.

"Salah sendiri takut sama kuda," Jonathan terkekeh lagi.

"Ih.... Bapak!" Milla mendengus kesal.

"Sudah ah bercandanya, aku mau makan, lapar." Ucap Nathan sambil mengelus perutnya yang datar.

***

Maya membuka pesan dari Alex, dia senang melihat putranya mulai peduli pada istri kecilnya. Meski perbedaan umur mereka sangat jauh, tapi mereka terlihat serasi dan romantis.

Maya tau kalau pernikahan keduanya terjadi atas dasar saling membutuhkan, Alex telah menceritakan segalanya pada Maya. Meski begitu Maya berharap pernikahan mereka bisa langgeng dan perlahan bisa saling mencintai satu sama lain.

"Nenek, kenapa senyum-senyum sendiri?" Cantika muncul sambil menyeret boneka beruang kesayangannya.

"Nenek sedang menonton vidio lucu," ucap Maya asal.

"Boleh Cantika ikut nonton?" Cantika mendekati neneknya.

"Jangan, ini bukan untuk ditonton oleh anak kecil." Maya menjauhkan ponselnya dari jangkauan sang cucu.

"Ah.... Nenek pelit!" dengus Cantika kesal.

***

Total satu jam lamanya Milla mengikuti suaminya berkuda di tepi pantai dengan berjalan kaki. Betisnya terasa pegal, tulang lutut seperti mau copot. Pria itu benar-benar membiarkan Milla berjalan kaki sendirian, kejam bukan?

Tidak juga, bukan Jonathan yang kejam tapi Milla yang bodoh. Bisa-bisanya Milla keluar kamar hotel tanpa membawa dompet, jadi dia tidak memegang uang sekedar untuk menyewa sepeda atau kendaraan lain.

"Ini bukan bulan madu namanya, tapi wisata penyiksaan!" umpat Milla pendek.

Samar-samar telinga Jonathan mendengar istri kecilnya mengomel, mengeluh dan mengutuk dirinya. Bukannya marah, Jonathan malah merasa gemas, baru kali ini ada wanita yang berani terang-terangan menunjukan rasa tidak sukanya pada sikapnya. Dan wanita itu adalah Milla, pegawainya yang paling cantik tapi galak bukan main.

Merasa kasihan pada sang istri, Jonathan mengakhiri perjalanannya naik kuda didepan sebuah warung es kelapa. Dia mengajak Milla duduk dan menawarinya minum es kelapa muda.

"Minum ini, kamu pasti haus," ucap Nathan sambil menyodorkan satu gelas besar es kelapa muda.

"Makasih," ucap Milla sambil terus menekuk wajahnya.

"Nanti naik kuda saja, daripada capek jalan kaki," bujuk Nathan.

"Nggak mau, saya takut kuda," tolak Milla untuk kesekian kalinya.

"Nggak usah takut, kan naiknya bareng sama aku," Jonathan kembali membujuk.

"Bareng sama Bapak? Maksudnya kita berdua...?" Milla sedikit berpikir.

"Iya, kita berdua duduk di atas kuda sama-sama," lanjut Nathan.

Milla melongo, apa pria itu sengaja meminta Milla naik kuda bersamanya agar bisa merayunya seperti yang ada dalam sinetron Indosiar? Membayangkannya saja Milla merasa ngeri. Memang sih suaminya tampan, tapi Milla sama sekali tidak punya perasaan apapun padanya.

"Emhmmm... Nggak deh Pak, makasih. Saya mau jalan kaki saja, itung-itung olahraga mengecilkan betis," Milla meringis sambil memalingkan wajahnya yang memerah.

"Loh, kenapa memangnya? Malu ya? Kita kan udah suami istri ngapain juga harus malu," ucap Jonathan sambil tertawa.

Sudah lama Jonathan tidak mengambil jatah libur, kali ini dia memanfaatkan jatah liburnya dengan baik. Jalan jalan, kulineran, bersantai, sampai menjahili istri barunya yang menurutnya lucu dan juga menggemaskan.

Saat di cafe, Jonathan sempat melihat Milla sebagai pegawai yang paling menonjol. Bukan karena dia paling cantik, tapi karena dia ringan tangan dan bekerja dengan giat. Dia juga selalu datang tepat waktu, tidak pernah mengeluh walau Jonathan banyak membebaninya dengan pekerjaan diluar tugasnya sebagai seorang waiters.

"Jangan menatap saya seperti itu Pak!" ucap Milla tiba-tiba. Kedua tangannya memegangi erat tali kuda karena takut terjatuh, padahal Jonathan sudah mendekapnya.

"Kok kamu bisa tau kalo aku sedang menatapmu? Kamu kan lagi menghadap ke depan?" Nathan menaikan alisnya sebelah.

"Tau lah, instingku jarang sekali meleset," ucap Milla.

Hari itu, Jonathan berhasil memaksa Milla untuk naik ke atas kuda bersamanya. Dia melakukannya agar tidak terlihat kejam oleh orang-orang sekitar, sang suami menaiki kuda masa sang istri mengikuti dengan berjalan kaki? Kan tidak lucu!

Setelah ini, Milla mungkin harus minum obat penenang agar bisa tidur nyenyak. Dia juga harus mandi dengan banyak sabun agar bau kuda yang menempel di tubuhnya bisa hilang.

'Lihat saja besok Pak, gantian aku yang akan memaksa Bapak untuk melakukan hal yang Bapak nggak suka. Tunggu saja pembalasanku!' gerutu Milla dalam hati.

Bersambung...

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pesona Istri 200 Juta   Lampu Hijau Agatha Untuk Tomy

    Ruang istirahat khusus pegawai.Tomy duduk menyendiri, dia memikirkan tentang Agatha yang belum juga memberinya kabar setelah menerima pengakuan cinta darinya. Apakah gadis itu marah padanya? Atau, dia bersikap acuh karena ingin menjauhi Tomy dan menolak Tomy secara halus?"Bang, kok melamun?" suara Toni, adik Tomy, membuyarkan lamunannya. Toni duduk di sebelahnya dan menatapnya dengan penasaran. "Keliatannya serius banget. Ada masalah?"Tomy menggeleng cepat. "Nggak, cuma lagi capek aja."Toni mengernyit, jelas tidak percaya. "Yakin? Soalnya dari tadi mukamu kayak orang lagi galau. Habis di tolak cewek ya?"Tomy tertawa kecil, berusaha menutupi kegundahannya. "Nggak ada apa-apa. Udahlah, jangan banyak tanya."Toni menatap kakaknya dengan penuh selidik, tapi akhirnya memilih untuk tidak memaksa. "Yaudah, kalau kamu butuh cerita, aku ada di sini." Tomy hanya tersenyum tipis dan mengangguk. Dalam hati, ia bertanya-tanya, sampai kapan ia harus menunggu jawaban dari Agatha? Apakah perasa

  • Pesona Istri 200 Juta   Double Date

    Dion menatap tunangannya, Icha, dengan senyum hangat. Hari ini adalah akhir pekan yang telah ia rencanakan sejak lama, sebuah kencan yang seharusnya hanya untuk mereka berdua. Namun, ide spontan muncul di benaknya, dan ia memutuskan untuk mengajak serta adiknya, Agatha, serta pegawainya, Tomi."Seru, kan? Kita bisa jalan bareng," kata Dion riang saat mereka berkumpul di depan mal.Agatha mengangguk senang. "Iya, setidaknya aku nggak merasa mengganggu kencan kalian."Tomi yang berdiri di sampingnya hanya tersenyum malu-malu. Sejak lama ia memendam perasaan terhadap Agatha, dan kesempatan ini adalah momen langka baginya untuk lebih dekat dengannya.Mereka memulai hari dengan makan siang di sebuah restoran favorit Icha. Sambil menyantap hidangan, obrolan mengalir dengan santai. Dion dan Icha sesekali bercanda mesra, sementara Agatha dan Tomi lebih banyak mendengar dan sesekali bertukar pandang canggung."Kamu nggak banyak bicara, Tom," kata Dion sambil menepuk pundak pegawainya. "Biasany

  • Pesona Istri 200 Juta   Lamaran

    Acara pertunangan Icha dan Dion selesai, keduanya nampak bahagia, begitu juga dengan keluarga besar mereka. Tamu undangan mengucapkan selamat, terutama Cantika dan Yudi. Yudi menarik nafas lega karena akhirnya Dion menemukan pengganti Cantika di hatinya. Pria itu sempat khawatir suatu saat nanti Dion akan berusaha merebut Cantika kembali dari sisinya. "Jadi, kalian harus menunggu sampai berapa tahun lagi untuk menikah?" Tomi menyenggol lengan Dion pelan. "Segera setelah Icha lulus SMA kami akan menikah," sahut Dion. "Tapi aku ingin kuliah dan mengambil beberapa kursus lagi," keluh Icha. "Tenanglah, setelah menikah aku mengizinkanmu untuk kuliah dan ambil kursus," "Terimakasih, kamu baik sekali," "Baru tau kalau abangku baik?" Agatha menggoda Icha. "Dia baik karena ikut mendiang Ibuku, kalau dia ikut Ayahku hem..... Dia akan jadi seorang pemain," lanjut Icha. Hendri yang mendengar hal itu lngsung berjalan menghampiri putrinya dan menjewer telinganya pelan. Agatha mema

  • Pesona Istri 200 Juta   Belum Siap

    Jam istirahat sekolah, kantin. Icha dan agatha bertemu, Icha terus berkata belum siap untuk dilamar pada Agatha walaupun sebenarnya Icha telah cinta mati pada Dion. Bukan karena belum yakin, melainkan karena dia belum lulus sekolah SMA. "Jangan sekali-kali menolak tawaran baik dari abangku Icha, kamu tau kan? abangku itu banyak yang naksir. Kalau kamu kalah cepat nanti dia digoda sama cewek lain," "Iya juga sih, tapi...." Icha masih sedikit ragu. "Hanya lamaran saja kok, belum lulus juga nggak apa-apa," Agatha terus mengompori Icha agar mau dilamar oleh kakaknya.Fani dan Clarissa berjalan mendekati Icha, mereka duduk mengapit Icha di sebelah kanan dan kiri. Mereka sedikit bingung, akhir akhir ini Icha sering sekali bergaul dengan agatha. Sebenarnya ada hubungan apa diantara mereka berdua?Parahnya, Icha tidak pernah mengajak Fani dan Clarissa bergabung saat sedang bersama. Seolah mereka sedang membicarakan sesuatu yang rahasia."Icha sombong sekarang ya, lunga teman baru lupa sam

  • Pesona Istri 200 Juta   Calon mantu

    Hendri dan Agatha baru saja pulang dari jalan-jalan. Mereka membeli banyak barang belanjaan, hingga harus meminta bantuan supir untuk mengangkutnya. "Ayah pulang. Eh.... Ada siapa ini?" Hendri bertanya pada Dion yang sedang mengobrol dengan Icha berdua di ruang tv. Dia memperhatikan Icha dengan seksama, muda, cantik, rupanya Dion memiliki selera yang bagus. "Dia calon menantimu," sahut Agatha. "Oh, jadi ini yang namanya Icha?" "Iya, Om. Hallo, saya Icha," Icha memperkenalkan diri. "Hallo, saya Ayahnya Dion. Silahkan kalian berdua mengobrol, santai saja, anggap rumah sendiri," ujar Hendri. Dia membawa Agatha pergi dari ruangan itu agar tidak mengganggu momen bagus kakaknya. Icha menunduk malu, omongan Agatha tadi terngiang di telinganya. bisa bisanya icha dibilang calon mantu, padahal lamaran saja belum. Tapi dalam hati Icha merasa senang, itu artinya Icha di terima dengan baik oleh keluarga Dion. "Nanti aku antar pulang ya," ujar Dion. "Jangan, katanya kamu lagi sakit. Aku pul

  • Pesona Istri 200 Juta   cemburu

    Hari minggu tiba, Dion mengajak Icha pergi ke suatu tempat untuk makan siang bersama. Gadis itu tampil sangat imut dengan dres bunga yang memiliki banyak hiasan renda di bagian roknya. Dion tak bisa memalingkan pandangannya dari wajah gadis itu, membuat Icha salah tingkah karena di tatap secara berlebihan di tempat umum. Beberapa gadis di sekitar icha merasa cemburu, karena Dion memperlakukannya dengan sangat manis. "Jangan menatapku seperti itu kak, aku malu!" bisik Icha sambil menoleh ke kanan dan ke kiri. "Kenapa harus malu? seharusnya kamu merasa beruntung karena di tatap dan di perhatikan oleh pria tampan sepertiku," seloroh Dion. "Heleh, kambuh lagi narsisnya," keluh Icha. Dion memesan banyak makanan, dia juga memesan empat gelas juice buah dan empat botol air mineral. Sementara di meja itu hanya duduk dua orang saja, Dion dan Icha. Icha sedikit bingung, sampai sepasang suami istri datang menghampiri meja mereka. Dia wanita yang pernah Icha lihat tempo hari sedang be

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status