Milla Rahmawati, gadis cantik berusia 20 tahun yang berasal dari keluarga sederhana. Terpaksa harus meminjam uang sebesar 200 juta kepada Jonathan duda berusia 35 tahun, beranak satu, pemilik cafe tempatnya bekerja. Tak disangka, Jonathan mengajukan sebuah syarat rumit untuk mendapatkan pinjaman itu. "Aku mau memberimu uang dua ratus juta gratis, dan kamu nggak perlu mengembalikannya. Tapi ada syaratnya," Jonathan menatap wajah Milla lekat-lekat. "Syaratnya apa Pak?" tanya Milla penasaran. "Menikahlah denganku, jadilah Ibu sambung yang baik untuk anak Perempuanku," sahut Jonathan singkat, padat dan jelas. Note : - Season 1 dari Bab 1- Bab 25 ( Tamat ) - Season 2 dari Bab 26 - Season 3 dari bab 46 -Slow up -Slow revisi -Harap berikan dukungan dan tinggalkan jejak setelah membaca Follow akun Good Novel author BalqizAzzahra Follow akun FB Author I'ts Follow akun IG Author Fatmawati1472 cover by' Ririichan 13
View MoreJam makan siang tiba, cafe kejora ramai diserbu oleh pengunjung yang ingin makan siang di sana. Harga murah, menu variatif, dan rasa yang enak menjadi daya tarik tersendiri bagi pelanggan setia cafe kejora spesialis penjual makanan cepat saji itu.
Milla sibuk mondar-mandir mengantarkan makanan ke meja pengunjung, kedua kakinya mulai terasa pegal, tapi gadis itu tetap berusaha bekerja dengan baik sambil memasang wajah ramah. "Silahkan Om, makanan dan minuman pesanannya," ucap Milla sambil meletakan pesanan di atas meja. "Wuih, cantik juga nih pelayan," celetuk seorang pria tua berkacamata dan berperut gendut. "Minta nomor ponselnya dong Dek," goda temannya yang lain. "Maaf, Om saya nggak punya ponsel," Milla berbohong. Dia sedikit menekuk wajahnya dan menunjukan rasa tidak sukanya pada dua pria hidung belang itu. "Mau nggak jadi sugar baby Om? Nanti Om kasih kamu ponsel i-phone pro max keluaran terbaru sama uang jajan tiap minggu," lanjut pria itu lagi. "Maaf Om, tapi selera saya oppa-oppa Korea, atau minimal mirip sama Gabriel Prince," jawab Milla asal dan kemudian pergi meninggalkan pria itu dengan langkah buru-buru. Adalah Milla Rahmawati, gadis berusia 20 tahun. Cantik, seksi, berkulit putih dan menjadi dambaan banyak lelaki baik muda maupun tua. Sikapnya yang cuek dan sedikit angkuh menjadi daya tarik tersendiri, tapi dia selalu menolak semua pria yang mengutarakan cinta kepadanya dengan kalimat sedikit kasar. Dia bukannya tidak tertarik pada lawan jenis, tapi dia minder karena berasal dari keluarga yang tidak punya. Sementara pria yang mengejarnya rata-rata orang kaya atau Om-Om hidung belang seperti tadi. "Woilah ...! Ikan kakap dilepas begitu saja!" celetuk Sonia rekan kerja Milla. "Buat kamu saja sana kalo kamu mau, aku mah ogah jadi gadis simpanan badut Ancol," ucap Milla kesal. "Kamu tuh maunya punya pacar yang seperti apa sih Mill? Ditaksir spek artis nggak mau, spek model nggak mau, spek duda araban nggak mau, sama Om-Om juga nggak mau," Sonia menggerutu panjang pendek. "Gadis miskin sepertiku tuh nggak ada waktu buat pacaran Nia. Aku cuma mau fokus kerja, cari uang yang banyak buat modal usaha sama biaya pengobatan adek aku yang lagi dirawat di rumah sakit sekarang." Sonia terdiam, dia tau bagaimana rasanya menjadi tulang punggung keluarga. Karena saat ini posisinya dan Milla sama. Jangankan memikirkan soal pacaran, memikirkan kesenangan sendiri juga tidak pernah. Semua waktu, pikiran, dan tenaga habis dicurahkan untuk keluarga mereka. "Aku ikut prihatin buat adek kamu yang lagi sakit, semoga cepat sembuh ya. Maaf, aku cuma bisa bantu doa aja," Sonia mengusap pundak Milla pelan. "Iya, terimakasih Nia." Milla mengukir senyum. *** Pulang kerja, Milla pergi ke rumah sakit. Dia menemui Ibunya yang sedang menunggu Yudi, adik semata wayang Milla yang divonis dokter menderita gagal ginjal. Sudah hampir seminggu Yudi dirawat, tapi belum ada perubahan sama sekali. Lasmi duduk di sisi ranjang, dia menangis tanpa henti sampai matanya merah dan bengkak. Putranya harus segera dioperasi, biayanya sekitar 200 juta. Dari mana Lasmi bisa mendapatkan uang sebanyak itu? Untuk makan sehari-hari saja dia bergantung pada gaji anak pertamanya. "Ada apa Bu? Kenapa Ibu menangis sampai seperti itu?" tanya Milla penasaran. Ada rasa khawatir dihatinya, dia takut ada hal buruk yang belum dia ketahui. "Yudi harus segera dioperasi, biayanya kurang lebih dua ratus juta," tutur Lasmi. Jeder....! Kalimat itu terdengar seperti suara gemuruh di siang hari bagi Milla. Uang 200 juta terlalu banyak, mau cari dimana dia? Hutangnya pada sang Bos untuk menebus obat Yudi bulan lalu saja belum dicicil sama sekali. Milla berusaha untuk tetap tegar agar Ibunya tidak bertambah payah. Bagaimanapun caranya, dia harus bisa mendapatkan uang untuk biaya operasi adiknya dalam waktu cepat. "Milla, apa kita jual rumah saja ya?" Lasmi menyodorkan sebuah ide gila. "Jangan Bu, kalau rumah itu di jual nanti kita mau tinggal dimana? Di kolong jembatan?" larang Milla. Salain harta satu-satunya, rumah itu juga sudah sangat tua. Kalaupun dijual harganya tidak akan bisa tembus sampai 200 juta. "Terus kita mau cari uang sebanyak itu dimana?" Lasmi kembali menangis histeris. Dia merasa stres dan tertekan. "Milla coba pinjam uang ke Bos Milla aja ya Bu, siapa tau dia mau ngasih. Kebetulan dia orangnya baik sama pegawainya," ujar Milla. "Iya, coba kamu pinjam sama dia. Tapi nanti bayarnya bagaimana?" Lasmi memasang wajah bingung. "Potong gaji bulanan Milla Bu." ucap Milla tanpa ragu. Lasmi memeluk Milla, dia merasa bersalah pada anak pertamanya itu. Milla terlalu muda untuk menjadi tumpuan keluarga, terlebih dia seorang perempuan. Lasmi tidak enak hati karena terus menerus membebani Milla, tapi hanya Milla lah satu-satunya harapan Lasmi dan Yudi saat ini. "Maafin Ibu ya Mill, Ibu sama sekali nggak bisa bantu kamu. Malah cuma bisa membebani kamu," lirih Lasmi. "Milla sama sekali nggak merasa di bebani Bu, Milla senang bisa menjadi andalan Ibu dan Yudi. Semoga saja dengan begitu rejeki Milla dimasa depan jadi lancar," "Amin... Semoga saja jalan rejeki kamu dimasa depan lancar, enteng jodoh dan sehat selalu," imbuh Lasmi. "Milla mau pergi ke rumah Bos dulu ya Bu," pamit Milla. "Iya, hati-hati di jalan!" pesan Lasmi. Milla pergi meninggalkan Ibunya, dia bergegas menuju rumah Bosnya dengan menaiki ojek yang biasa mangkal di depan rumah sakit tempat adiknya dirawat. Bersambung...Ruang istirahat khusus pegawai.Tomy duduk menyendiri, dia memikirkan tentang Agatha yang belum juga memberinya kabar setelah menerima pengakuan cinta darinya. Apakah gadis itu marah padanya? Atau, dia bersikap acuh karena ingin menjauhi Tomy dan menolak Tomy secara halus?"Bang, kok melamun?" suara Toni, adik Tomy, membuyarkan lamunannya. Toni duduk di sebelahnya dan menatapnya dengan penasaran. "Keliatannya serius banget. Ada masalah?"Tomy menggeleng cepat. "Nggak, cuma lagi capek aja."Toni mengernyit, jelas tidak percaya. "Yakin? Soalnya dari tadi mukamu kayak orang lagi galau. Habis di tolak cewek ya?"Tomy tertawa kecil, berusaha menutupi kegundahannya. "Nggak ada apa-apa. Udahlah, jangan banyak tanya."Toni menatap kakaknya dengan penuh selidik, tapi akhirnya memilih untuk tidak memaksa. "Yaudah, kalau kamu butuh cerita, aku ada di sini." Tomy hanya tersenyum tipis dan mengangguk. Dalam hati, ia bertanya-tanya, sampai kapan ia harus menunggu jawaban dari Agatha? Apakah perasa
Dion menatap tunangannya, Icha, dengan senyum hangat. Hari ini adalah akhir pekan yang telah ia rencanakan sejak lama, sebuah kencan yang seharusnya hanya untuk mereka berdua. Namun, ide spontan muncul di benaknya, dan ia memutuskan untuk mengajak serta adiknya, Agatha, serta pegawainya, Tomi."Seru, kan? Kita bisa jalan bareng," kata Dion riang saat mereka berkumpul di depan mal.Agatha mengangguk senang. "Iya, setidaknya aku nggak merasa mengganggu kencan kalian."Tomi yang berdiri di sampingnya hanya tersenyum malu-malu. Sejak lama ia memendam perasaan terhadap Agatha, dan kesempatan ini adalah momen langka baginya untuk lebih dekat dengannya.Mereka memulai hari dengan makan siang di sebuah restoran favorit Icha. Sambil menyantap hidangan, obrolan mengalir dengan santai. Dion dan Icha sesekali bercanda mesra, sementara Agatha dan Tomi lebih banyak mendengar dan sesekali bertukar pandang canggung."Kamu nggak banyak bicara, Tom," kata Dion sambil menepuk pundak pegawainya. "Biasany
Acara pertunangan Icha dan Dion selesai, keduanya nampak bahagia, begitu juga dengan keluarga besar mereka. Tamu undangan mengucapkan selamat, terutama Cantika dan Yudi. Yudi menarik nafas lega karena akhirnya Dion menemukan pengganti Cantika di hatinya. Pria itu sempat khawatir suatu saat nanti Dion akan berusaha merebut Cantika kembali dari sisinya. "Jadi, kalian harus menunggu sampai berapa tahun lagi untuk menikah?" Tomi menyenggol lengan Dion pelan. "Segera setelah Icha lulus SMA kami akan menikah," sahut Dion. "Tapi aku ingin kuliah dan mengambil beberapa kursus lagi," keluh Icha. "Tenanglah, setelah menikah aku mengizinkanmu untuk kuliah dan ambil kursus," "Terimakasih, kamu baik sekali," "Baru tau kalau abangku baik?" Agatha menggoda Icha. "Dia baik karena ikut mendiang Ibuku, kalau dia ikut Ayahku hem..... Dia akan jadi seorang pemain," lanjut Icha. Hendri yang mendengar hal itu lngsung berjalan menghampiri putrinya dan menjewer telinganya pelan. Agatha mema
Jam istirahat sekolah, kantin. Icha dan agatha bertemu, Icha terus berkata belum siap untuk dilamar pada Agatha walaupun sebenarnya Icha telah cinta mati pada Dion. Bukan karena belum yakin, melainkan karena dia belum lulus sekolah SMA. "Jangan sekali-kali menolak tawaran baik dari abangku Icha, kamu tau kan? abangku itu banyak yang naksir. Kalau kamu kalah cepat nanti dia digoda sama cewek lain," "Iya juga sih, tapi...." Icha masih sedikit ragu. "Hanya lamaran saja kok, belum lulus juga nggak apa-apa," Agatha terus mengompori Icha agar mau dilamar oleh kakaknya.Fani dan Clarissa berjalan mendekati Icha, mereka duduk mengapit Icha di sebelah kanan dan kiri. Mereka sedikit bingung, akhir akhir ini Icha sering sekali bergaul dengan agatha. Sebenarnya ada hubungan apa diantara mereka berdua?Parahnya, Icha tidak pernah mengajak Fani dan Clarissa bergabung saat sedang bersama. Seolah mereka sedang membicarakan sesuatu yang rahasia."Icha sombong sekarang ya, lunga teman baru lupa sam
Hendri dan Agatha baru saja pulang dari jalan-jalan. Mereka membeli banyak barang belanjaan, hingga harus meminta bantuan supir untuk mengangkutnya. "Ayah pulang. Eh.... Ada siapa ini?" Hendri bertanya pada Dion yang sedang mengobrol dengan Icha berdua di ruang tv. Dia memperhatikan Icha dengan seksama, muda, cantik, rupanya Dion memiliki selera yang bagus. "Dia calon menantimu," sahut Agatha. "Oh, jadi ini yang namanya Icha?" "Iya, Om. Hallo, saya Icha," Icha memperkenalkan diri. "Hallo, saya Ayahnya Dion. Silahkan kalian berdua mengobrol, santai saja, anggap rumah sendiri," ujar Hendri. Dia membawa Agatha pergi dari ruangan itu agar tidak mengganggu momen bagus kakaknya. Icha menunduk malu, omongan Agatha tadi terngiang di telinganya. bisa bisanya icha dibilang calon mantu, padahal lamaran saja belum. Tapi dalam hati Icha merasa senang, itu artinya Icha di terima dengan baik oleh keluarga Dion. "Nanti aku antar pulang ya," ujar Dion. "Jangan, katanya kamu lagi sakit. Aku pul
Hari minggu tiba, Dion mengajak Icha pergi ke suatu tempat untuk makan siang bersama. Gadis itu tampil sangat imut dengan dres bunga yang memiliki banyak hiasan renda di bagian roknya. Dion tak bisa memalingkan pandangannya dari wajah gadis itu, membuat Icha salah tingkah karena di tatap secara berlebihan di tempat umum. Beberapa gadis di sekitar icha merasa cemburu, karena Dion memperlakukannya dengan sangat manis. "Jangan menatapku seperti itu kak, aku malu!" bisik Icha sambil menoleh ke kanan dan ke kiri. "Kenapa harus malu? seharusnya kamu merasa beruntung karena di tatap dan di perhatikan oleh pria tampan sepertiku," seloroh Dion. "Heleh, kambuh lagi narsisnya," keluh Icha. Dion memesan banyak makanan, dia juga memesan empat gelas juice buah dan empat botol air mineral. Sementara di meja itu hanya duduk dua orang saja, Dion dan Icha. Icha sedikit bingung, sampai sepasang suami istri datang menghampiri meja mereka. Dia wanita yang pernah Icha lihat tempo hari sedang be
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments