Papanya lantas terdiam karena melihat sang istri yang tak seperti biasanya. Baru kali ini saja saat dia membuat candaan, istrinya tidak menyahut sama sekali.Bisa jadi karena apa yang dia sampaikan untuk bercanda tadi adalah hal yang secara tak langsung membuat salah satu orang yang ada di meja ini sakit hati."Apa sebaiknya Amanda ini diperiksakan ke dokter saja?" Mertua perempuannya itu berkata.Ada rasa cemas dan khawatir bagaimana kondisi kandungan menantunya pasca tragedi keguguran. Apalagi dia baru mendapatkan kabar dari salah satu teman arisannya kalau anak perempuannya setelah keguguran tak kunjung hamil lagi."Apa kamu tidak mau mengecek rahim kamu lagi?" Sambung mama mertuanya khawatir.Bagaimanapun Amanda diharapkan oleh keluarga besar untuk segera mengandung dan menjadi penerus generasi di keluarga Ronald. Secara resmi, Ronald belum memiliki keturunan sah yang tercatat. Ini akan berpengaruh pada proses kelangsungan pembagian waris di kemudian hari. Mamanya tidak mau anak s
Saat Ronald membuka kamarnya dengan pelan-pelan, Amanda tampak sedang mengenakan pakaian. Rupanya dia baru saja mandi dan membersihkan diri. Aroma wangi khas sabun yang dia pakai memenuhi seluruh ruangan. Wangi yang dulu sering dia pakai saat awal-awal masa pernikahan. Ronald menganggap ini adalah sebuah perubahan yang boleh dibilang baik. Itu tandanya Amanda ingin memulai sesuatu yang baru dengan kehidupannya. "Amanda?" Ronald menyapa. Wanita muda bertubuh berisi itu kini cepat-cepat memakai baju luarnya. "Mas Ronald?" Dia kaget karena baru saja selesai memakai bra dan celana dalam berwarna senada. Terhitung hari ini, tepat sebulan lebih setelah Amanda keguguran. Barulah Ronald sadar sudah selama itu pula dia tak menyentuhnya sama sekali. Menghirup aroma tubuh istrinya, membuatnya merasakan rindu yang membuncah seketika. "Apa kamu sudah baikan?" Ronald sengaja mengetes istrinya. Jika dia berun
"Amanda... terima kasih!" Ucapan itu didengarkannya di telinga istrinya berkali-kali.Bahkan ketika keduanya makan pagi di depan banyak orang. Tatapan mata mereka saling beradu. Sudah lebih mirip seperti manisnya sepasang pengantin baru.Amanda tersipu malu dan menunduk.Ia pun melepas keberangkatan suaminya ke tempat kerja dan mengantarkannya sampai depan pintu.Mama mertuanya tampak sibuk sehingga tak berlama-lama di meja makan seperti biasanya. Tinggal Amanda sendirian apalagi Mila juga sudah berpamitan akan berangkat bersama Ronald.Papa mertuanya juga hari ini harus ke kantor karena ada urusan penting yang harus diselesaikan."Semua orang sudah berangkat?" Simon tampak tergesa-gesa turun dari tangga dan mendapati meja makan sudah kosong.Hanya beberapa pembantu bekerja membereskan hidangan yang masih tersisa."Iya. Semua sudah pergi." Amanda rupanya berdiri di dekat pintu lebar yang menghadap ke kolam renang.Simon
"Amanda?!" Mamanya terus menggedor pintunya. Suaranya semakin terdengar jelas. "Apa anak itu tertidur di dalam?" Mertuanya bergumam sendiri. Dia sebenarnya hanya ingin pamit mau ke luar kota sebentar. "Iya, Ma?" Sahut Amanda seolah-olah baru bangun tidur. "Kamu tidur?" Mamanya bertanya tapi masih menempelkan telinganya di pintu. "Iya, Ma. Ketiduran. Mama ada perlu apa?" Tanya Amanda masih dengan nada malas. "Tidak ada apa-apa. Mama hanya mau bilang akan ke luar kota. Kebetulan Mama dan Papa mau pergi. Ini Mama mau menyusul Papamu ke kantor. Jadi, hati-hati di rumah ya? Kalau perlu apa-apa kamu bisa minta tolong pembantu. Mama pergi dulu..." Tak lama kemudian Mamanya pergi menjauh. "Bagaimana bisa Mama pergi sementara Ronald katanya juga mau melakukan business trip minggu ini?" Amanda bergumam sendiri. Mengkhawatirkan bagaimana nanti dirinya jika tidak ada seorangpun di rumah. Mila dikabarkan juga akan ikut karena langsung dijemput ke sekolahnya."Apa yang kamu khawatirkan?"
Amanda benar-benar menjadi sosok yang sangat manja.Setelah dia bangun dengan sempurna dan bermaksud untuk mandi di hari yang sudah malam, dia tak mau ditinggalkan oleh Simon. Pikiran lelaki tampan itu mulai gusar karena apa jadinya jika dia berada di sini lebih lama lagi.Tentu bisa-bisa nanti kekacauan yang lebih dahsyat akan terjadi. Tapi saat ini dia tak punya pilihan selain menuruti apa yang dimau oleh Amanda. Dia memang keras kepala, tapi itu juga yang membuat kamu menyukainya! Bisik-bisik dari kata hatinya mulai mengusik.Tunggu saja nanti setelah dia selesai mandi, lalu katakan kamu ngantuk dan mau istirahat di kamar. Gitu saja kok repot... Bagian dirinya yang lain ikut mengusulkan.Simon bingung berada di antara dua pilihan. Bunyi shower di kamar mandi sudah terhenti.Tak lama kemudian, Amanda keluar dari kamar mandi dan menjumpainya lagi."Simon, aku minta maaf merepotkanmu ya?" Katanya dengan penuh arti."Iya, aku mengantuk sekarang. Aku mau tidur dulu." Bagus, Simon. De
"Jangan pura-pura, aku tahu kamu tidak sedang ngelindur... Kamu ini sadar!"Bisikan Simon rupanya tak kunjung membuat adik iparnya itu menyadari dan mengakui apa yang ia lakukan. Bukannya diam, malah tangan itu semakin menjelajahi area sensitif milik lelaki bertubuh six pack itu."Amanda... bangun!" Perintahnya semakin tegas.Ini bukan soal sadar atau tidaknya, tapi dampak dari perbuatan usil tangan itu, kini Simon harus menanggungnya."Hmmm?" Amanda masih belum juga mau membuka mata. Justru dia tersenyum sambil pura-pura tidur."Percuma ngomong sama anak ini!" Lebih baik lelaki itu mengalah dan sedikit membuat jarak dengan wanita cantik yang kini sudah tak berjarak lagi dengannya.Apa-apaan Amanda ini?Jangan pura-pura benci, kamu menyukai permaian tangannya bukan?Lagi-lagi suara hati Simon lantang mengumandangkan pendapatnya."Simon?" Panggilan mesra itu terdengar jelas di telinganya. Kini Simon
"Amanda, kamu kelelahan pastinya ya?" Simon masih memejamkan mata ketika mengucapkan kalimat itu pada seseorang yang dalam bayangannya masih terbaring di sisinya.Nyatanya yang ada di dalam balutan bed cover dan nampak tebal itu adalah bantal dan guling yang dijadikan satu.Tangan Simon meraba-raba gundukan itu lalu membuka matanya kembali. Astaga, di mana wanita cantik yang membuat tubuhnya memanas semalaman itu?"Amanda?" Simon bangkit dari pembaringan meski hanya dengan celana pendek.Dia seperti orang yang sedang kesurupan saat bangun tak mendapati lagi sosok Amanda itu."Amanda? Kamu di mana?" Dia mencari di area balkon. Kemudian karena tak mendapatinya, diapun bergegas ke kamar mandi.Bisa saja dia sekarang berendam di bathtub lantas menunggunya untuk bergabung berdua berendam di sana.Nihil. Kamar mandinya masih kering dan tak ada bekas cipratan air sedikitpun.Simon mulai cemas. Segera dia membersihkan diri dan berganti pakaian yang layak untuk mencari di mana keberadaan Amand
"Amanda, sebaiknya kamu selesaikan juga pekerjaan ini hari ini juga!" Titah sang manajer bagaikan petir di telinga Amanda yang sedang bersiap-siap untuk pulang. Jelas, dirinya merasa keberatan jika harus lembur lagi seperti kemarin. Terlebih, nanti malam, keluarga pria yang dijodohkannya akan datang. Bisa-bisa, ibunya mengamuk jika dia telat!"Tapi, hari ini kan hari Jumat, Bu. Saya harus pulang cepat," ucapnya pada akhirnya, "Selain itu, saya juga--""Kamu kan single, siapa yang nungguin di weekend begini?" potong manajernya tak mau tahu, "lebih baik, gunakan waktumu untuk segera menyelesaikan pekerjaanmu. Hitung-hitung nanti kamu bisa segera saya promosikan kamu naik jabatan!"Brak!Tanpa basa-basi, manajer itu pun meninggalkan Amanda dengan tumpukan file di meja. Adilkah ini? Semenjak masuk di perusahaan ini, Amanda selalu menjadi tumbal di divisinya. "Huh, ganti CEO rupanya nasibku tak berubah juga," ujarnya saat melihat deretan pekerjaan yang harus dia selesaikan hari ini.