“Apa kamu jatuh cinta dengan Riska? Kamu tidak salah, Mas, karena itu salahku,” potong Marta.Mereka saling terdiam lagi dengan perasaan masing-masing. Aldi memang akan mengatakan hal tersebut, bahwa dirinya sudah jatuh cinta pada Riska. Akan tetapi melihat keadaan Marta ia tidak tega. Apalagi sampai sekarang masih terlihat raut wajah ketakutan Marta.“Ceritakan padaku, kenapa kamu bilang seperti itu pada Papi?” pinta Aldi.Marta menarik napasnya dalam-dalam. Ia menguatkan hatinya untuk kembali mengingat kejadian dulu, dan berusaha menceritakan semuanya pada Aldi, apa yang terjadi saat dulu.“Dulu, Papi mengatakan sesuatu pada Mami di depanku, dan sampai sekarang masih aku ingat, masih sangat jelas di telingaku kata-kata yang membuat mentalku down sampai sekarang. Mungkin semua sikap laki-laki tidak sama, akan tetapi aku takut itu akan terjadi padaku, karena hukum karma itu nyata,” ucap Marta.“Apa yang dikatakan papi, hingga kamu begini?” tanya Aldi.Namun, Marta tidak menjawab, ia m
“Kenapa, Mas? Kok ditekuk gini wajahnya?” Riska mendekati suaminya yang baru saja pulang pergi bersama Marta. Aldi memasang wajah yang terlihat bingung, seperti sedang memikirkan seuatu.“Eng—enggak apa-apa,” jawabnya.“Aku sudah masak kesukaan mas, mau makan sekarang atau nanti?” tawar Riska.“Aku maunya makan kamu!” Aldi langsung menarik tubuh Riska, membawanya ke pangkuannya. Dengan gemas Aldi menciumi wajah Riska hingga ke leher jenjangnya.“Ah ... geli, Mas .... Mas belum mandi lho?” ucap Riska dengan menahan hasrat yang berhasil dibangunkan oleh Aldi.“Iya mas belum mandi, sekarang aku mau ajak kamu mandi bersama, ayok!” Aldi langsung menggendong tubuh Riska dan membawanya ke kamar mandi.Terjadilah pergumulan panas di dalam kamar mandi, tanpa henti sampai mereka benar-benar puas bersama.“Ahhh ... aku mau ahhh ... mas...!” pekik Riska dengan tubuh bergetar.“Sudah? Puas tidak hmmm?” tanya Aldi.“Sangat,” jawabnya dengan terengah-engah.“Aku belum sampai, ayo duduk di sini.” Ald
Seperti yang dijanjikan Aldi, sore ini Aldi akan mengajak Riska ke mall. Mengajak Riska berbelanja kebutuhannnya, sekalian makan malam dan nonton. Riska langsung keluar rumah saat mendengar klakson mobil Aldi, ia langsung mengunci pintu rumahnya, lalu masuk ke dalam mobil Aldi.“Sudah siap? Cantik sekali istriku?” puji Aldi.“Mas bisa saja, yuk berangkat sekarang?” ajak Riska.“Oke,” jawab Aldi.Aldi mengemudikan mobilnya menuju ke sebuah mall terbesar di kotanya. Aldi menggamit tangan Riska saat Riska akan turun dari dalam mobilnya.“Mau makan dulu, atau kamu mau beli apa?” tanya Aldi.“Makan boleh, belanja dulu boleh, atau nonton dulu enaknya?”“Kamu ditanya malah tanya balik, Ris? Ya sudah lihat jadwal filmnya dulu yuk?”Karena jadwal filmnya masih beberapa jam lagi, akhirnya Riska memilih untuk belanja. Padahal dia tidak ingin beli ini dan itu, namun Aldi yang menyuruhnya.“Parfum kan masih banyak, Mas? Kenapa ke sini? Habiskan dulu ih, jangan boros!”“Sudah ayo beli lagi.” Aldi m
Marta mengusap air matanya. Kakinya masih lemas, tidak bisa ia gerakkan untuk berjalan setelah menyaksikan adegan mesra dan panas Aldi dan Riska di dalam mobil. Tak disangka ada seseorang yang dari tadi memerhatikan Marta menangis, dan tahu apa sebab Marta menangis. Seseorang itu menghampiri Marta yang masih terduduk lemas di bawah pilar besar, di area parkir mall.“Nyonya?”“Ah Hasan, ka—kamu di sini?” tanya Marta gugup.“Iya, tadi baru menemui anak dan mantan istri saya,” jawab Hasan.”Nyonya kenapa? Apa Nyonya sakit?” tanya Hasan.Orang itu adalah Hasan. Saat keluar dari mall, ia melihat Aldi dan Riska bergandengan mesra, di ikuti dengan Marta yang mengikuti mereka dengan langkah cepat. Hasan sebetulnya ingin mencegah Marta, karena dia takut Marta akan mengikuti Aldi dan Riska. Bisa bahaya kalau Marta sampai tahu di mana Aldi menyembunyikan Riska selama ini. Namun, tidak disangka oleh Hasan, Marta malah sembunyi karena melihat adegan panas Riska dan Aldi. Bukannya melabrak mereka, a
Aldi membaca pesan dari Hasan. Akhirnya Hasan bilang pada Aldi kalau tadi dirinya bertemu Marta di area parkir Mall, dan terlihat sedang kesakitan. Hasan tidak bilang soal dirinya melihat adegan yang sama dengan apa yang Marta lihat. Namun, Hasan hanya meminta Aldi supaya pulang, melihat keadaan Marta.“Apa benar Marta sakit? Dia di Mall? Sama siapa? Kalau dia pergi sama teman-temannya pasti selalu posting di sosial media, coba aku lihat di akun sosial medianya teman-temannya. Ah atau tanya dengan orang suruhanku yang selalu mengawasi Marta ke mana pun Marta pergi?” batin Aldi.Aldi langsung mencari akun sosial media keempat teman Marta. Benar tadi mereka kumpul di sebuah restoran, makan bareng, bahkan nonton bareng, tapi tidak ada Marta di sana. Karena mereka melakukan foto bersama setelah Marta memutuskan untuk pulang, dan Marta bilang perutnya tiba-tiba tidak enak.“Iya tidak ada Marta, Sebentar ini nonton film yang tadi aku tonton dengan Riska, kan? Ah mungkin mereka nontonya di j
Aldi langsung pamit pada Marta untuk ke kamar. Manik matanya fokus melihat gawainya, dengan senyuman kecil yang terbit di bibirnya. Marta tahu Aldi sedang berkomunikasi dengan siapa. Tentu saja dengan Riska, siapa lagi kalau tidak dengan Riska? Hanya Riska yang membuat Aldi tersenyum dan berlama-lama dengan gawainya.“Silakan kabari perempuan itu, Mas! Malam ini kau milikku, Mas!” batin Marta tersenyum puas.Marta langsung membereskan meja makan, ia sudah tidak sabar ingin melihat keadaan Aldi sekarang. Setelah selesai membereskan meja makan, Marta langsung membersihkan diri, bersiap untuk menghabiskan malam panjang dengan Aldi. Inti tubuhnya sudah berkedut hebat karena sudah berbulan-bulan tidak mendapat sentuhan dari Aldi. Malam ini Marta yakin kalau Aldi akan menyentuh dirinya, mengajaknya terbang ke atas awan, menuju puncak kenikmatan yang sudah lama Marta rindukan.“Maafkan aku, Mas. Aku sudah mencoba dengan cara lembut untuk merayumu, supaya kamu menyentuhku, tapi tetap saja di
Tubuh Riska merosot ke bawah, tulang di kakinya terasa hilang seketika saat mendengar semua itu. Mendengar suara yang mengganggu telinganya, meskipun sudah tak didengarkan lagi oleh Riska. Air matanya deras mengalir, dadanya terasa sesak.“Tidak, kamu jangan seperti ini Riska! Ingat posisi kamu di sini sebagai apa. Itu hak mereka! Bukankah kamu selalu membujuk Mas Aldi supaya mau menyentuh Mbak Marta kembali? Kamu harusnya bersyukur mereka seperti itu,” ucap Riska menenangkan dirinya sendiri. “Mungkin saja sebetulnya Mas Aldi dan Mbak Marta selama ini baik-baik saja? Namun, di hadapanku Mas Aldi selalu bilang ingin berpisah dengan Mbak Marta?”Pikiran Riska menilai Aldi yang seperti itu. Air matanya lagi-lagi jatuh tak bisa dicegah. Ternyata ungkapan cinta dan sayang dari Aldi itu tidak tulus padanya, itu semua karena Aldi butuh pelampiasan saat tidak bersama Marta.**Di bawah kuasa tubuh Aldi, Marta terus mendesah. Menikmati bagaimana kuatnya bibir Aldi menyesap kedua melon importny
“Bukan urusanku? Mas, mandilah dulu sebelum pergi!” pekik Marta.Aldi menatap Marta dengan tatapan tajam, dan tersenyum dengan raut wajah penuh kebencian pada Marta. “Kamu perempuan egois, Marta! Kamu hanya memikirkan hak dan kebahagiaanmu saja! Tapi, sedikit pun kamu tidak pernah memikirkan kebahagiaan dan hak ku sebagai suamimu!” geram Aldi.Aldi langsung mengambil ponsel dan kunci mobinya, lalu bergegas keluar dari kamarnya. Pintu kamar dibantingnya dengan begitu keras oleh Aldi. Ia benar-benar murka dengan perbuatan Marta yang sudah menjebaknya semalam.Aldi langsung mengemudikan mobilnya untuk pergi ke rumah Riska. Ia kesiangan pagi ini, bukan kesiangan lagi, ini sudah hampir jam istirahat ngantor. Padahal hari ini ada pertemuan dengan beberapa relasi bisnisnya, ia juga sudah berjanji pada Riska akan pulang pagi-pagi setelah salat subuh, kenyataannya ia terperangkap oleh kelicikan Marta semalam.“Arrghhhtt!!! Marta sialan! Kau benar-benar membuatku murka!” umpat Aldi dengan pen