Share

Bab 3 Jadilah Dewi Penolong

Penulis: XENA
last update Terakhir Diperbarui: 2024-07-22 13:32:47

Sepasang ibu dan anak tersebut saling menatap, seolah saling mempertanyakan apa yang telah mereka dengar. 

"Apa yang harus Luna lakukan, dok?" tanya wanita tua tersebut dengan ekspresi menahan rasa sakit di dalam dadanya.

"Lebih baik Ibu berbaring, dan saya akan periksa terlebih dahulu. Jika keadaan Ibu sudah membaik, kita akan membicarakannya lagi," tutur sang dokter, seraya memberikan kode pada perawat untuk membantu wanita tua tersebut berbaring di tempat tidurnya.

Luna pun membantu sang ibu untuk menuruti perintah dari dokter yang akan menolong mereka. Wanita tua itu menatap sang dokter dengan mata yang berkaca-kaca, seraya berkata,

"Terima kasih, dok. Sepertinya Tuhan memberikan saya penyakit ini agar bisa bertemu dengan Dewa Penolong kami."

"Jangan berkata seperti itu, Bu. Lebih baik Ibu berdoa agar bisa cepat sembuh," ujar sang dokter, sembari meletakkan stetoskop di dadanya.

'Seharusnya saya yang berterima kasih pada kalian, karena telah menghadirkan Dewi Penolong untuk keluarga kami,' batin sang dokter meneruskan perkataannya.

Entah apa yang membuatnya merasa yakin pada wanita muda yang baru saja ditemuinya. Penampilan sederhana Luna, serta masalah yang sedang dihadapi wanita muda itu, sempat membuatnya menjadi iba dan ingin menolongnya. Hanya sebatas ingin, tidak ada maksud untuk benar-benar menolongnya, karena apa pun yang dilakukannya harus atas sepengetahuan sang istri.

Namun, sepertinya Tuhan berkehendak lain. Tanpa sengaja sang dokter berjanji akan menolong ibu dan anak itu keluar dari masalah yang sangat memberatkan hidup mereka. Tentunya dia juga merasa tertolong akan kehadiran Luna yang dapat mewujudkan keinginan mereka nantinya.

Semalam, Dokter Kenzo merasa bingung dengan permintaan dari sang istri yang menyuruhnya untuk mencari wanita sebagai ibu pengganti bayinya. Usia pernikahan yang sudah menginjak lima tahun, membuat keduanya merasa lelah dan tertekan oleh keinginan kedua keluarga untuk segera menghadirkan cucu di tengah-tengah keluarga besar mereka. 

Tentu saja Dokter Kenzo menolak permintaan sang istri. Dia tidak ingin melukai hati wanita yang sangat dicintainya. Bukan cuma itu saja, dia bukanlah pria yang bisa membagi hatinya untuk dua orang wanita. Cukup Serena seorang saja baginya yang bisa menjadi istri, dan menemani hingga akhir hayatnya. 

"Bagaimana keadaan Ibu saya, dok?" tanya Luna setelah sang dokter memeriksa ibunya.

"Sepertinya kita harus melakukan pemeriksaan lebih lanjut. Bukankah pasien mempunyai riwayat penyakit jantung yang sudah diketahui beberapa tahun lalu?" tanya balik sang dokter dengan tatapan menyelidik padanya.

"Dok! Pasien tidak sadarkan diri!" seru seorang perawat yang berusaha melakukan pertolongan pertama pada wanita tua tersebut. 

Sang dokter bergegas menghampiri pasien, dan dengan cekatannya memberikan pertolongan pertama, serta diiringi doa dalam hatinya.

Tubuh Luna lemas seketika. Penyakit ibunya yang didapat ketika kepergian sang suami, kini kembali didapatkannya. Setelah sembuh dari penyakit jantungnya kala itu, hanya sakit-sakitan biasa yang dideritanya. Akan tetapi, karena kedatangan pria penagih utang yang menekannya, wanita tua itu kembali mendapatkan serangan jantung.

Air mata Luna menambah kepiluan nasib mereka. Betapa sakit hatinya kala mengingat sang ibu berusaha sadar dari pingsannya, dan sekuat tenaga mencoba untuk tetap sadar, demi melindunginya dari para penagih utang yang akan membawanya.

Melihat perjuangan sang ibu, membuat dadanya bertambah sesak. Tanpa sadar, air matanya pun luruh mengiringi ibunya yang sedang dipindahkan ke ruang ICU. Dari luar ruangan, dia hanya bisa menatap wajah sayu wanita tua yang terbaring tidak berdaya dengan bantuan beberapa alat medis. Ibunya kini kembali berjuang untuk bisa kembali ke dunia nyata. 

"Jangan tinggalkan Luna, Bu. Luna tidak mau sendirian," gumam gadis bermata sembab di sela isakan tangisnya, sembari menatap sang ibu dari kaca ruangan tersebut. 

Waktu pun berlalu. Luna tidak beranjak sedikit pun dari tempatnya. Dia tidak mau melewatkan saat sang ibu membuka mata untuk pertama kalinya. Bahkan dia mengabaikan kondisinya saat ini. Baginya yang terpenting adalah sang ibu, bukan dirinya sendiri. 

Rambutnya yang terlihat acak-acakan, serta pakaiannya yang kusut dan jauh dari kata rapi, menambah kesan menyedihkan pada gadis bermata sembab itu. Bahkan wajahnya terlihat kusam dan dibanjiri oleh air matanya.

Tiba-tiba saja tangannya ditarik oleh dua orang dengan sangat kuat, sehingga tubuh lemahnya dapat mudah dikendalikan oleh si pelaku. 

"Hentikan! Jangan bawa aku! Aku harus menemani Ibu!" seru Luna dengan sekuat tenaga untuk menghentikan kedua pria yang menyeretnya keluar dari ruangan tersebut.

Semua pasang mata mengarah pada ketiga orang tersebut. Sayangnya tidak ada yang berani ikut campur dalam permasalahan itu. Hanya pandangan mata mereka saja yang turut menyaksikan perbuatan kedua preman berbadan besar pada gadis lemah dan tidak berdaya.

Tepat pada saat itu rombongan para dokter sedang keluar dari ruangan pertemuan, dan berjalan menuju lobi rumah sakit tersebut. Tanpa sengaja pandangan mata seorang dokter pria tertuju pada Luna, sehingga kakinya pun berhenti melangkah. 

"Ada apa Dokter Kenzo?" tanya seorang dokter pria yang ikut menghentikan langkahnya ketika berjalan bersama sang dokter.

Tanpa menjawab pertanyaan dari rekannya, Dokter Kenzo segera berlari ke arah Luna yang masih berusaha bertahan, agar kedua preman tersebut tidak bisa membawanya keluar dari rumah sakit.

"Lepaskan dia!" bentak sang dokter ketika sudah berada di dekat mereka.

Dada sang dokter bergerak naik turun, seiring dengan nafasnya yang memburu. Sontak saja kedua preman tersebut terkekeh melihat seorang dokter pria yang lagi-lagi menjadi pahlawan bagi gadis tawanan mereka.

"Lebih baik dokter kembali bekerja saja. Biarkan kita  berdua juga melakukan pekerjaan kami," ujar salah satu dari kedua preman tersebut.

"Jangan halangi kami yang sedang bekerja, dok!" sahut preman yang berkepala botak.

"Segeralah pergi dari rumah sakit ini, dan jangan kembali lagi! Tinggalkan dia di sini, karena aku tidak akan membiarkan kalian membawanya!" bentak sang dokter pada kedua preman tersebut dengan tatapan bak seorang pembunuh.

Sontak saja kedua preman yang badannya penuh dengan tato kembali tertawa, hingga tawa mereka menggema memenuhi lobi rumah sakit tersebut. Bukan hanya itu saja, bahkan tatapan keduanya seolah sedang menghina sang dokter.

"Apa dia istri anda, dok? Atau mungkin anda ingin memilikinya?" tanya preman yang berkepala botak di sela tawanya.

"Jika anda ingin kami meninggalkannya di sini, maka lunasi semua utang mereka beserta bunganya!" sambung pria berambut ikal dengan tatapan yang seolah ingin menerkam sang dokter.

Dokter Kenzo dapat merasakan semua pasang mata yang tertuju padanya. Dia pun menghela nafas, seraya memejamkan matanya. Kedua tangan sang dokter pun mengepal, menahan emosi yang berhasil dibangkitkan oleh kedua preman tersebut.

Niat hati ingin menolong Luna yang juga diharapkan untuk bisa menolongnya menjadi ibu pengganti, seperti yang diharapkan oleh Serena, istri dari Dokter Kenzo. Akan tetapi, perkataan dari kedua preman tersebut di hadapan banyak orang, membuat sang dokter merasa malu, dan terpojok saat ini. Dalam hatinya menggerutu kesal,

'Sial! Bagaimana aku harus menolongnya jika situasinya seperti ini? Tapi, jika aku tidak menolongnya, maka dia akan dibawa oleh kedua preman ini. Lalu, bagaimana dengan istriku? Dia sudah terlanjur senang ketika aku beritahukan tentang Luna padanya.'

Melihat sang dokter yang sedang sibuk dengan pikirannya, kedua preman tersebut kembali memaksa Luna untuk ikut bersama dengan mereka. 

"Lepaskan dia! Aku akan membayar semua utang beserta bunganya!" ujar sang dokter dengan berat hati di hadapan semua orang yang masih menyaksikan mereka.

Kedua preman tersebut pun tertawa, dan segera melepaskan Luna dengan mendorongnya ke arah Dokter Kenzo hingga mengenai tubuhnya. Dengan sigap sang dokter memegang tubuh Luna agar tidak terjatuh. 

"Terima kasih, dok," ucap lirih Luna pada sang dokter.

"Ini tidak gratis. Kamu harus mau menjadi Dewi Penolong keluargaku," tutur Dokter Kenzo tanpa menatap wajah gadis yang sedang menatapnya.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Pesona Istri Kedua Pria Berkuasa   Bab 189

    Suara tangisan kencang dari ruang persalinan membuat Ron Matteo dan Damian Matteo tersenyum."Dengarlah, Damian. Suara bayi itu adalah--""Dengarlah suara tangisan ini, Pah," sahut Damian ketika mendengar suara tangisan bayi yang bersahut-sahutan.Mereka berdua tertawa bahagia menyambut kelahiran sang calon penguasa yang baru dalam keluarga Matteo. Mata kedua pria itu terbelalak mendengar suara tangisan bayi yang baru saja dilahirkan oleh istri kedua dari sang penguasa. "Lihatlah Damian. Ada berapa bayi dalam perut menantumu itu," ujar Ron Matteo sambil terkekeh. "Luna benar-benar hebat, Pa. Dia memberi kejutan pada kita semua," ucap Damian sembari terkekeh. "Benar. Bukankah dokter mengatakan jika hanya ada dua bayi dalam kandungannya?" tanya pria tua itu tanpa melepaskan pandangannya dari monitor yang memperlihatkan kegiatan dalam ruang persalinan. Hanya orang khusus saja yang bisa berada dalam ruangan tersebut. Dan merekalah pemilik rumah sakit itu. Sehingga mereka mempunyai a

  • Pesona Istri Kedua Pria Berkuasa   Bab 188 Karma yang Harus Dibayar

    Serena memang dalam keadaan kritis saat dilarikan ke rumah sakit. Selain dia tidak sadarkan diri, dia juga mengalami pendarahan parah yang terjadi di kepala, di dalam perut serta dadanya, dan darahnya pun juga keluar dari anggota tubuhnya yang terkena pukulan atau benturan keras. Setelah operasi selesai, Serena dipindahkan ke ruang ICU. Di dalam ruangan itu dia mendapatkan perawatan ekstra, tanpa ada perbedaan dengan pasien lain karena status tahanannya. "Seharusnya pasien sudah sadar setelah beberapa saat operasi selesai dilakukan, tapi sepertinya kita harus menunggu lebih lama lagi. Kami juga sudah berusaha membangunkannya, tapi pasien tetap tidak mau bereaksi. Bahkan dalam operasinya tidak ada kesalahan yang terjadi. Semua berjalan dengan baik. Mungkin takdir Tuhan yang membuat semua ini terjadi. Kita tunggu saja perkembangan pasien selanjutnya," tutur sang dokter pada seorang sipir yang bertugas menjaga Serena.Setelah kepergian dokter dari ruangan tersebut, sang sipir melaporka

  • Pesona Istri Kedua Pria Berkuasa   Bab 187 Orang Jahat yang Dijahati

    "Brengsek!" umpat mantan mertua dari Kenzo Matteo. Hampir semua barang yang ada di sekitarnya telah menjadi pelampiasan kemarahannya. Dia merasa malu di hadapan semua orang yang menghadiri konferensi pers nya. Terlebih lagi orang-orang tersebut sangat berpengaruh dalam bidangnya. Dalam sekejap saja, berita tentang putrinya yang tidak bisa memberikan keturunan bagi keluarga Matteo telah menyebar ke seluruh pelosok negeri. Hingga putri yang telah dicoret dari keluarganya pun mendengar berita tersebut. Prang!"Kalian semua brengsek!" seru Serena dalam ruangan yang dikelilingi jeruji besi, sembari melempar piring makanannya ke arah tembok.Beberapa tahanan wanita yang berada dalam ruang tahanan tersebut menatap tajam padanya. Tanpa menunggu lama, seorang tahanan wanita berbadan besar meraih rambut panjang Serena yang diikat tidak beraturan. "Kamu tidak lihat kami semua sedang makan?!" tanyanya dengan menatap marah pada wanita si pemilik rambut yang dijambaknya. Serena menatap kesal p

  • Pesona Istri Kedua Pria Berkuasa   Bab 186 Malam Penobatan Sebagai Sang Penguasa

    "Dengan ini saya, Ron Matteo mengumumkan bahwa cucu saya, Kenzo Matteo akan menggantikan posisi saya di semua perusahaan yang bernaung di bawah keluarga Matteo."Sorak sorai tepukan tangan memenuhi ruangan tersebut. Acara berkonsep mewah dan sangat berkelas dengan iringan musik klasik menambah keindahan pesta malam itu. Kenzo Matteo kini telah diangkat menjadi sang penguasa untuk menggantikan kakeknya. Tentu saja hal itu didengar oleh Serena yang masih berada dalam jeratan jeruji besi. Wanita licik itu marah. Dia bersumpah akan merebut kembali hak miliknya."Luna. Bolehkah Nenek berbicara?" tanya sang kepala pelayan yang sudah sangat dekat dengan istri kedua Kenzo. Luna menganggukkan kepalanya, menyetujui keinginan dari wanita tua tersebut yang seolah menggantikan peran ibunya. "Apakah hatimu lega dengan mendiamkan suamimu?" tanyanya dengan lembut. Luna diam. Dia memikirkan pertanyaan dari sang nenek. Setelah itu, dia menggelengkan kepalanya. "Apakah hatimu baik-baik saja, dan bis

  • Pesona Istri Kedua Pria Berkuasa   Bab 185 Sebuah Kekalahan

    "Apa anda kira jika sudah menghapus rekaman CCTV di beberapa tempat bisa memusnahkannya? Termasuk rekaman CCTV di dalam kamar perawatan."Seketika Serena membelalakkan matanya. Penuturan dari pengacara keluarga Matteo membuat jantungnya berdegup sangat kencang, takut apabila dimasukkan ke dalam sel tahanan yang akan merusak nama baik dan kehormatannya serta keluarganya. Kedua tangan wanita yang merupakan istri pertama dari Kenzo mencengkeram roknya. Ketakutannya itu bisa dibaca oleh pria yang duduk di sampingnya. "Apa anda yakin jika orang yang berada di dalam kamar tersebut adalah Nyonya Serena? Bukankah tidak ada bukti jelas atau pun saksi yang menyatakan hal itu? Lagi pula, kita tidak bisa begitu saja menyatakan bahwa itu adalah klien kami, karena kita juga tidak tahu orang itu pria atau wanita. Benar bukan?" ujar sang pengacara Serena dengan tenang. "Saya yakin kita semua bisa melihat jika orang yang berpakaian serba hitam pada rekaman CCTV itu adalah seorang wanita. Lihat saja

  • Pesona Istri Kedua Pria Berkuasa   Bab 184 Menuntut dan Dituntut

    "Kamu sangat cerdik, Serena," ujar Ron Matteo setelah menyudahi tepukan tangannya. Pria tua itu beranjak dari duduknya, dan berjalan menghampiri cucu menantu pertamanya. Hal itu membuat Serena tersenyum penuh kemenangan. "Kamu benar-benar licik. Tidak salah jika kami membiarkanmu masuk ke dalam keluarga Matteo. Semakin lama, kami semakin tahu kebusukan mu," tuturnya sembari menyeringai. "Apa maksudnya, Kek?" tanya Serena layaknya orang bodoh. Sang kakek hanya tersenyum miring menanggapi pertanyaan dari istri pertama cucunya. Wanita licik itu ditatapnya seolah sedang memperingatkannya. "Kita lihat saja sejauh mana kebenaran akan terungkap."Jantung Serena berdebar dengan kencang. Dia khawatir akan nasibnya saat ini. Nama baiknya dan keluarganya telah dipertaruhkan demi meraih kejayaan nama keluarga Hogan melalui keluarga Matteo. 'Sial! Apa yang harus aku lakukan sekarang?' tanyanya dalam hati. "Apa yang sebenarnya dia lakukan pada ibuku?" Tiba-tiba semua pasang mata beralih men

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status