Share

Bab 4 Calon Direktur

Author: XENA
last update Last Updated: 2024-07-22 13:49:02

"Dewi Penolong?" celetuk Luna dengan tatapan penuh tanya.

Sang dokter mendengar pertanyaan yang diajukan Luna padanya. Hanya saja, dia mengabaikannya. Dokter tampan itu menatap tajam pada kedua preman berwajah bengis, dan berkata,

"Akan saya hubungi kalian, jika semuanya sudah siap."

Dokter Kenzo tidak mau membuang-buang waktu untuk berdebat dengan kedua preman itu. Terlebih lagi saat ini mereka menjadi pusat perhatian seluruh orang yang berada di lobi rumah sakit tersebut. Tidak terkecuali orang-orang yang barada di lantai atas sedang melihatnya.

"Bagaimana anda bisa menghubungi kami, jika kita belum saling mengenal?" tanya pria berkepala botak di sela kekehannya.

Merasa kedua preman tersebut akan semakin memperpanjang percakapan mereka, sang dokter pun segera meraih tangan Luna, dan menariknya. Semua menatap heran pada Dokter Kenzo yang membawa gadis tersebut berjalan bersamanya menuju lantai atas, di mana ruangan sang dokter berada.

Wanita muda yang berpenampilan acak-acakan itu, hanya bisa menatap heran pada tangan sang dokter yang menggandengnya. Ada gelenyar aneh yang dirasakan olehnya saat ini. Jantungnya pun berdegup sangat kencang, hingga membuat gadis tersebut merasa kewalahan dan tidak nyaman.

Sang dokter melepas gandengan tangannya, ketika sudah berada di depan sebuah ruangan. Pria berjas putih itu pun menghela nafas, dan merutuki kebodohannya mengingat tindakan ceroboh yang dia lakukan di luar kebiasaannya.

"Masuklah. Kita akan membahas semuanya di dalam," tutur sang dokter setelah membuka pintu ruangannya.

Hati Luna merasa kehilangan setelah tangannya dilepas oleh Dokter Kenzo. Bibir mungilnya seolah ingin terbuka dan memprotesnya. Untung saja dia masih sadar, dan berusaha keras untuk menahannya.

"Silahkan duduk," ujar sang dokter seraya melepas jas putih yang membalut pakaiannya.

Diletakkan jas kebesarannya itu pada tempat yang tersedia. Dengan sedikit canggung, pria yang telah berstatus menjadi suami seorang pengusaha yang menjadi donatur tetap rumah sakit tersebut, duduk di hadapan sang gadis, dan menatap intens padanya, seraya berkata,

"Berapa banyak utang yang dimiliki oleh ibumu?"

Sontak saja gadis itu pun terhenyak. Sebagai gadis normal, dia merasa malu ditanya mengenai utang keluarganya oleh seorang lelaki yang berhasil membuat jantungnya berdebar. Kepala gadis itu pun menunduk, dan menjawab pertanyaan sang dokter dengan suara lirih.

Dokter Kenzo tersenyum tipis mendengar jawaban dari gadis yang akan menjadi ibu pengganti calon bayinya. Dia sangat tahu betul, jika gadis tersebut sedang malu saat ini.

"Maaf, saya tidak bermaksud untuk membuatmu malu. Hanya saja saya harus mengetahuinya, agar bisa menyiapkan uang yang akan diberikan pada para preman itu," tuturnya lirih, berusaha untuk mengembalikan suasana hati gadis tersebut.

Luna melihat ke arah pria yang ada di hadapannya. Wajah tampan itu tersenyum manis padanya, seolah menjadi pendingin hati yang sedang kalut dan merasa malu saat ini. Matanya pun berbinar melihat pesona sang dokter yang berhasil mencuri hati dan pikirannya.

"Tidak, dok. Kami berhutang banyak sekali pada Dokter Kenzo," ucapnya dengan gugup, ketika tatapan mata mereka saling bertemu.

"Lalu?" tanya sang dokter yang masih bertatap mata dengan gadis tersebut.

Seketika kepala Luna menunduk kembali, seraya berkata lirih,

"Saya malu pada dokter."

Sontak saja sang dokter mengernyitkan dahinya, dan menatap penuh tanya, seraya berkata,

"Malu pada saya? Bukankah sudah saya katakan jika semua ini tidak gratis?"

Seketika Luna kembali menundukkan kepala dan memejamkan matanya. Dia mengomel dalam hatinya.

'Bodoh sekali kamu, Luna! Tidak seharusnya kamu mengatakan hal itu!'

"Nanti sore istri saya akan datang ke sini untuk bertemu denganmu. Kita akan membahas tentang perjanjian yang sudah kita sepakati," ujar sang dokter dengan tegas.

Luna terperangah. Dia menatap pria yang dianggap sebagai Dewa Penolongnya, dan tanpa sadar berkata,

"Istri?"

"Iya, istri. Istri saya yang mempunyai urusan denganmu. Dia yang membutuhkanmu, dan ingin meminta bantuanmu. Saya rasa kamu orang yang tepat untuk membantunya, karena saya percaya padamu, dan juga pada ibumu," tutur Dokter Kenzo tanpa ragu padanya.

Jantung Luna merasa seolah akan berhenti berdetak. Hatinya merasakan sakit, layaknya tergores oleh benda yang tajam. Tanpa sadar dia telah meletakkan hatinya pada pria yang menjadi dokter ibunya. Kebaikan sang dokter membuatnya kagum, dan menyukainya.

'Harusnya aku sadar, jika aku hanyalah orang biasa yang tidak pantas bersanding dengannya. Bahkan mendambakannya pun aku tidak berhak. Kami jauh berbeda. Aku harus menghilangkan perasaan ini, sebelum berakhir menyedihkan seorang diri,' batinnya menasehati diri sendiri.

"Kenapa? Apa ada masalah?" tanya sang dokter ketika melihat seberkas kesedihan pada wajah gadis tersebut.

Luna menggelengkan kepalanya, sembari memaksakan senyum di bibirnya. Masalah? Tidak ada masalah pada Dokter Kenzo. Masalah hanya ada pada hati Luna. Dia pun harus mengenyahkan rasa kagum dan suka pada sang dokter yang datang dengan sendirinya, tanpa pernah diharapkan olehnya.

"Tidak, dok. Saya hanya khawatir pada Ibu. Apa Ibu bisa segera sembuh?"

"Pasti. Kami akan berusaha sebaik mungkin untuk menyelamatkan dan menyembuhkan pasien. Tentu saja doa dari keluarga dan orang terdekat pasien akan sangat membantu," jawab Dokter Kenzo dengan penuh keyakinan.

Luna tersenyum. Dia merasa tidak salah pilih untuk menitipkan hatinya pada pria hebat yang bisa dengan mudah menenangkannya. Hanya dengan melihat senyuman sang dokter, dan mendengarkan perkataannya, Luna merasakan ketenangan dalam hatinya. Bahkan masalah yang tengah dihadapi olehnya dan sang ibu dapat dengan mudah diselesaikan oleh Dewa Penolongnya.

Setelah menetapkan jam pertemuan mereka, Luna pun keluar dari ruangan tersebut. Tanpa sadar senyumnya mengembang, menghiasi wajah cantiknya. Di sela langkahnya menuju ruangan sang ibu berada, gadis bermata almond itu tiba-tiba teringat akan sesuatu. Seketika langkahnya berhenti, dan dia pun bergumam,

"Kira-kira bantuan apa yang meraka harapkan dariku? Apa mereka memintaku untuk mendonorkan ginjalku, hatiku, atau jantungku? Apa mereka setega itu? Tapi, uang yang mereka keluarkan juga tidak sedikit. Bagaimana ini? Apa aku harus membatalkannya? Tapi, bagaimana jika para preman itu mengganggu kami kembali? Tidak. Aku tidak boleh membiarkan kesehatan Ibu terganggu dan kembali drop."

Beberapa saat Luna berdiri di tempat itu, tanpa bergerak sedikit pun. Dia berpikir untuk mengambil jalan terbaik yang tidak akan membuat mereka semua terluka dan mengalami kerugian.

"Tidak peduli apa yang Dokter Kenzo dan istrinya inginkan dariku, aku akan tetap melakukannya. Dia begitu baik pada Ibu. Jadi, aku harus menolongnya tanpa perhitungan, sama seperti dia menolong kami," gumamnya sembari membayangkan sang dokter sedang menolongnya dari dua preman yang akan membawanya pergi untuk menebus utang ibunya.

Luna sudah memantapkan hatinya untuk tetap menolong sang dokter, terlepas dari ketidaktahuannya tentang permintaan istri Dokter Kenzo yang menginginkannya menjadi ibu pengganti bayi mereka. Dia hanya mempunyai hati yang tulus untuk membayar kebaikan dari Dewa Penolongnya.

"Apa dokter sudah tahu mengenai Dokter Kenzo yang akan diangkat menjadi Direktur Rumah Sakit ini?" tanya seorang dokter pria yang sedang berjalan bersama dengan rekannya.

Seketika Luna menoleh ke arah dua dokter pria yang berpapasan dengannya. Tanpa sadar kakinya bergerak mengikuti kedua dokter tersebut, dan menajamkan telinganya untuk mendengarkan lebih banyak lagi tentang Dokter Kenzo dari mereka.

"Benarkah? Apa yang terjadi? Kenapa Dokter Kenzo yang menjadi Direktur Rumah Sakit ini? Kenapa bukan ayahku yang sudah puluhan tahun mengabdikan dirinya untuk rumah sakit ini?" tanya dokter pria satunya yang menanggapi perkataan dari rekannya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pesona Istri Kedua Pria Berkuasa   Bab 189

    Suara tangisan kencang dari ruang persalinan membuat Ron Matteo dan Damian Matteo tersenyum."Dengarlah, Damian. Suara bayi itu adalah--""Dengarlah suara tangisan ini, Pah," sahut Damian ketika mendengar suara tangisan bayi yang bersahut-sahutan.Mereka berdua tertawa bahagia menyambut kelahiran sang calon penguasa yang baru dalam keluarga Matteo. Mata kedua pria itu terbelalak mendengar suara tangisan bayi yang baru saja dilahirkan oleh istri kedua dari sang penguasa. "Lihatlah Damian. Ada berapa bayi dalam perut menantumu itu," ujar Ron Matteo sambil terkekeh. "Luna benar-benar hebat, Pa. Dia memberi kejutan pada kita semua," ucap Damian sembari terkekeh. "Benar. Bukankah dokter mengatakan jika hanya ada dua bayi dalam kandungannya?" tanya pria tua itu tanpa melepaskan pandangannya dari monitor yang memperlihatkan kegiatan dalam ruang persalinan. Hanya orang khusus saja yang bisa berada dalam ruangan tersebut. Dan merekalah pemilik rumah sakit itu. Sehingga mereka mempunyai a

  • Pesona Istri Kedua Pria Berkuasa   Bab 188 Karma yang Harus Dibayar

    Serena memang dalam keadaan kritis saat dilarikan ke rumah sakit. Selain dia tidak sadarkan diri, dia juga mengalami pendarahan parah yang terjadi di kepala, di dalam perut serta dadanya, dan darahnya pun juga keluar dari anggota tubuhnya yang terkena pukulan atau benturan keras. Setelah operasi selesai, Serena dipindahkan ke ruang ICU. Di dalam ruangan itu dia mendapatkan perawatan ekstra, tanpa ada perbedaan dengan pasien lain karena status tahanannya. "Seharusnya pasien sudah sadar setelah beberapa saat operasi selesai dilakukan, tapi sepertinya kita harus menunggu lebih lama lagi. Kami juga sudah berusaha membangunkannya, tapi pasien tetap tidak mau bereaksi. Bahkan dalam operasinya tidak ada kesalahan yang terjadi. Semua berjalan dengan baik. Mungkin takdir Tuhan yang membuat semua ini terjadi. Kita tunggu saja perkembangan pasien selanjutnya," tutur sang dokter pada seorang sipir yang bertugas menjaga Serena.Setelah kepergian dokter dari ruangan tersebut, sang sipir melaporka

  • Pesona Istri Kedua Pria Berkuasa   Bab 187 Orang Jahat yang Dijahati

    "Brengsek!" umpat mantan mertua dari Kenzo Matteo. Hampir semua barang yang ada di sekitarnya telah menjadi pelampiasan kemarahannya. Dia merasa malu di hadapan semua orang yang menghadiri konferensi pers nya. Terlebih lagi orang-orang tersebut sangat berpengaruh dalam bidangnya. Dalam sekejap saja, berita tentang putrinya yang tidak bisa memberikan keturunan bagi keluarga Matteo telah menyebar ke seluruh pelosok negeri. Hingga putri yang telah dicoret dari keluarganya pun mendengar berita tersebut. Prang!"Kalian semua brengsek!" seru Serena dalam ruangan yang dikelilingi jeruji besi, sembari melempar piring makanannya ke arah tembok.Beberapa tahanan wanita yang berada dalam ruang tahanan tersebut menatap tajam padanya. Tanpa menunggu lama, seorang tahanan wanita berbadan besar meraih rambut panjang Serena yang diikat tidak beraturan. "Kamu tidak lihat kami semua sedang makan?!" tanyanya dengan menatap marah pada wanita si pemilik rambut yang dijambaknya. Serena menatap kesal p

  • Pesona Istri Kedua Pria Berkuasa   Bab 186 Malam Penobatan Sebagai Sang Penguasa

    "Dengan ini saya, Ron Matteo mengumumkan bahwa cucu saya, Kenzo Matteo akan menggantikan posisi saya di semua perusahaan yang bernaung di bawah keluarga Matteo."Sorak sorai tepukan tangan memenuhi ruangan tersebut. Acara berkonsep mewah dan sangat berkelas dengan iringan musik klasik menambah keindahan pesta malam itu. Kenzo Matteo kini telah diangkat menjadi sang penguasa untuk menggantikan kakeknya. Tentu saja hal itu didengar oleh Serena yang masih berada dalam jeratan jeruji besi. Wanita licik itu marah. Dia bersumpah akan merebut kembali hak miliknya."Luna. Bolehkah Nenek berbicara?" tanya sang kepala pelayan yang sudah sangat dekat dengan istri kedua Kenzo. Luna menganggukkan kepalanya, menyetujui keinginan dari wanita tua tersebut yang seolah menggantikan peran ibunya. "Apakah hatimu lega dengan mendiamkan suamimu?" tanyanya dengan lembut. Luna diam. Dia memikirkan pertanyaan dari sang nenek. Setelah itu, dia menggelengkan kepalanya. "Apakah hatimu baik-baik saja, dan bis

  • Pesona Istri Kedua Pria Berkuasa   Bab 185 Sebuah Kekalahan

    "Apa anda kira jika sudah menghapus rekaman CCTV di beberapa tempat bisa memusnahkannya? Termasuk rekaman CCTV di dalam kamar perawatan."Seketika Serena membelalakkan matanya. Penuturan dari pengacara keluarga Matteo membuat jantungnya berdegup sangat kencang, takut apabila dimasukkan ke dalam sel tahanan yang akan merusak nama baik dan kehormatannya serta keluarganya. Kedua tangan wanita yang merupakan istri pertama dari Kenzo mencengkeram roknya. Ketakutannya itu bisa dibaca oleh pria yang duduk di sampingnya. "Apa anda yakin jika orang yang berada di dalam kamar tersebut adalah Nyonya Serena? Bukankah tidak ada bukti jelas atau pun saksi yang menyatakan hal itu? Lagi pula, kita tidak bisa begitu saja menyatakan bahwa itu adalah klien kami, karena kita juga tidak tahu orang itu pria atau wanita. Benar bukan?" ujar sang pengacara Serena dengan tenang. "Saya yakin kita semua bisa melihat jika orang yang berpakaian serba hitam pada rekaman CCTV itu adalah seorang wanita. Lihat saja

  • Pesona Istri Kedua Pria Berkuasa   Bab 184 Menuntut dan Dituntut

    "Kamu sangat cerdik, Serena," ujar Ron Matteo setelah menyudahi tepukan tangannya. Pria tua itu beranjak dari duduknya, dan berjalan menghampiri cucu menantu pertamanya. Hal itu membuat Serena tersenyum penuh kemenangan. "Kamu benar-benar licik. Tidak salah jika kami membiarkanmu masuk ke dalam keluarga Matteo. Semakin lama, kami semakin tahu kebusukan mu," tuturnya sembari menyeringai. "Apa maksudnya, Kek?" tanya Serena layaknya orang bodoh. Sang kakek hanya tersenyum miring menanggapi pertanyaan dari istri pertama cucunya. Wanita licik itu ditatapnya seolah sedang memperingatkannya. "Kita lihat saja sejauh mana kebenaran akan terungkap."Jantung Serena berdebar dengan kencang. Dia khawatir akan nasibnya saat ini. Nama baiknya dan keluarganya telah dipertaruhkan demi meraih kejayaan nama keluarga Hogan melalui keluarga Matteo. 'Sial! Apa yang harus aku lakukan sekarang?' tanyanya dalam hati. "Apa yang sebenarnya dia lakukan pada ibuku?" Tiba-tiba semua pasang mata beralih men

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status