Pada saat sang nenek dan juga sepupunya sedang cemas memikirkan keselamatannya, Queen justru sedang menikmati puncak kenikmatan bersama Ageng. Dengan tubuh yang bersimbah keringat, Ageng belum ada niat untuk menutupi tubuh bagian atasnya, dipeluknya dengan erat tubuh sang istri seolah jika longgar sedikit saja, Queen akan kembali meninggalkan dirinya.Begitu juga dengan Queen, dia masih ingin menikmati kebersamaan dengan Ageng. Queen terlihat begitu nyaman saat kulit tubuhnya masih menempel di tubuh Ageng. Dengan manja Queen menyandarkan kepalanya di dada Ageng sambil memainkan jemarinya di dada kekar tersebut. Dalam posisi yang seperti ini Queen bisa menikmati aroma tubuh sang suami dan juga mendengarkan irama detak jantung Ageng, Aroma parfum yang bercampur dengan keringat, terasa membawa kekhasan tersendiri pada tubuh Ageng.“Maafkan aku yang telah menyakitimu.” Dengan tatap mata yang nanar, Ageng mengusap lembut punggung Queen. “Atas semua kesalahan yang telah aku lakukan, aku har
Kartika berjalan beriringan dengan Ari Nugraha menuju ke mobil. Tiba-tiba perempuan sepuh itu ingin menginap di rumah cucunya, dengan alasan sudah rindu kepadan cicitnya. Tentu hal itu hanyalah alasan yang dibuat-buat oleh Kartika, karena sebenarnya dia hanya ingin memberi waktu kepada Queen dan Ageng untuk menyelesaikan masalah berdua.“Aku datang malah nenek pergi,” ucap Queen terdengar manja dan merajuk setelah mengetahui jika neneknya akan ikut Ari Nugraha.“Mumpung ada Ageng di sini, jadi nenek bisa puas- puasin main sama cicit. Nanti kalau sudah gede dikit sudah pada pergi dan lupa sama yang tua ini.” Secara tidak langsung Kartika mengucapkan keluh-kesahnya yang harus hidup sendiri, sementara anak-anak dan cucunya sudah memiliki kehidupan sendiri-sendiri.“Aku nggak, aku masih sering ke sini.” Ari Nugraha membantah ucapan sang nenek.Kartika mengusap lembut lengan Ari Nugraha, satu-satunya cucu yang masih sering mengunjunginya. Bahkan tiap akhir pekan mereka berkumpul, entah di
“Di mana Nenek, dari tadi aku tidak melihatnya?” tanya Ageng sambil memeluk Queen yang sedang memasak makan malam di dapur.“Nenek ikut ke rumah Ari,” jawab Queen apa adanya sambil melanjutkan kegiatannya yang sebentar lagi selesai.“Pengertian banget.” Ageng langsung melabuhkan kecupan di leher Queen setelah mengetahui jika hanya mereka berdua yang tinggal di rumah tersebut.Queen segera mematikan kompor setelah yakin masakannya sudah matang. Dia segera membalikkan tubuhnya agar bisa beradu pandang dengan suaminya.“Nenek memberi waktu agar kita menyelesaikan masalah.”“Aku akan melakukan apa pun agar kau bersedia kembali kepadaku.”Ageng semakin mengeratkan pelukannya pada Queen, disandarkannya kepalanya dengan manja di bahu sang istri seperti anak kecil yang sedang merayu ibunya. Tentu Ageng tidak ingin perjalanan jauh yang sudah dia tempuh bahkan harus meninggalkan pekerjaan dan melawan sang mama harus berakhir dengan sia-sia.“Makan dulu yuk!” Queen berusaha melepaskan dirinya da
Tidak mudah untuk meyakinkan Queen atas keputusan yang sudah dia ambil, tetapi hal itu tidak membuat Ageng menyerah begitu saja. Ageng merapikan selimut untuk menutupi tubuh polos Queen, dia harus segera kembali karena baru saja sang papa menghubunginya untuk membantu mengurus perusahaan. Keadaan Laras yang belum sepenuhnya pulih membuat Ageng tidak bisa mengabaikan panggilan sang papa begitu saja.Ageng melabuhkan kecupan singkat di dahi Queen sebagai salam perpisahan. Dalam hati dia berjanji, saat kedatangannya nanti hubungan mereka sudah jauh lebih baik, dan Queen akan bersedia untuk kembali mendampinginya.Bukan bermaksud tidak menghormati Kartika, kala Ageng hanya berpamitan dengan menghubungi perempuan sepuh itu melalui ponsel, tetapi urusan dengan sang papa memang sangat mendesak. Ageng berharap sang nenek bisa memaklumi tindakannya tersebut, dan masih memberi kesempatan untuk menemui Queen setelah semua urusannya selesai.Setelah menempuh perjalanan antar kota yang cukup menyi
“Kau sudah bangun?” Suara lembut itu menyapa Queen dengan begitu hangatnya.Queen tidak langsung menjawab, tatap matanya menyapu seisi ruangan mencari keberadaan Ageng. Tidak ada, lelaki yang tadi malam mengucapkan berulang kali kata cinta, mengucap janji akan melakukan segala cara untuk mempertahankan pernikahan mereka, pada kenyataannya hari ini tidak terlihat batang hidungnya.“Ya,” jawab singkat Queen yang terlihat enggan dan kecewa.“Mama sudah membuatkanmu steak tenderloin kesukaanmu, tentunya dengan saos lada hitam. Mama harap kau suka.” Dengan cekatan Rania mempersiapkan masakannya di meja makan, menu masakan yang dahulu menjadi favorit keluarganya saat dia masih bersama Eddy.Queen pun menelan ludah kala menyaksikan makanan yang sudah terhidang. Saat sendiri, menikmati steak tenderloin adalah cara Queen untuk mengobati rasa rindu akan masa lalu yang bahagia, saat keluarganya masih utuh dan rukun sebelum badai prahara menerjang. Namun, saat melihat sang mama kembali menghidang
Queen masih berada di posisinya semula, melihat drama sang mama. Meskipun Queen merasa kecewa dengan keputusan sang mama di masa lalu, tetapi hatinya terasa teriris saat mendengar tangis wanita yang telah melahirkannya ke dunia. Sementara itu di sisi yang berbeda, Ari Nugraha hanya bisa diam memberi kesempatan kepada eyang dan juga bibinya untuk menyelesaikan masalah di antara mereka. Tatap mata pengacara muda itu mencari sepupunya tersebut, berharap masalah ini tidak membuat Queen semakin terpuruk. “Kamu tahu bagaimana rasanya dikhianati, tapi kamu juga tanpa perasaan memasuki rumah tangga orang lain,” ucap Kartika yang terlihat menahan amarah. “Bukan seperti itu ceritanya, Bu!” Sebagai seorang suami Surya Wijaya akan selalu berusaha untuk melindungi Rania, istri yang sangat dia cintai. Kartika menatap tajam ke arah menantunya. Meskipun Surya Wijaya lahir dari keluarga yang kaya, tetapi sejak awal Kartika tidak menyetujui hubungannya dengan Rania. Penghinaan yang pernah diberikan
"Terima kasih atas niat baik ...." Queen merasa sulit untuk melanjutkan kalimat, tampak dia masih enggan untuk menyebut wanita di hadapannya dengan sebutan mama.“Aku mamamu Queen, aku yang melahirkanmu.” Rani terlihat sangat bersedih saat menyadari Queen tidak ingin memanggilnya Mama lagi.Ternyata begitu dalam luka yang telah dia torehkan di hati putrinya, hingga membuatku ingin tidak mau lagi memanggilnya mama. Jika boleh jujur, Rania sangat merindukan panggilan itu dari Rey dan Queen, anak-anak yang dia tinggalkan sejak mereka masih kecil.Sudah Wijaya bergegas menghampiri Rania saat melihat istrinya mengalami sesak nafas. Melihat keadaan Rania yang sepertinya mulai kehilangan kesadaran membuat Ari Nugraha tidak tinggal diam. Pengacara muda itu segera membantu Surya Wijaya untuk membawa Rania ke kamar tamu.Queen dan Kartika yang awalnya merasa belum bisa memaafkan Rania sepenuhnya tampak turut panik keadaan tersebut. Bagaimanapun di antara mereka ada hubungan darah yang tidak aka
“Yang ditunggu-tunggu akhirnya datang juga,” ucap Adi Nata dengan senyum lebar saat melihat melihat Arum dan Danu berjalan bersisihan.Adik kandung Arya Suta itu langsung menghampiri Danu lalu memeluk dan menepuk punggungnya beberapa kali, seolah memberikan semangat dan dukungan. Sementara itu, Arum mengalihkan pandangannya karena merasa tidak nyaman dengan kedekatan suami dan pamannya. Dia merasa tidak ada lagi yang mendukungnya saat ini.“Ada yang datang rupanya, sepertinya aku harus menambah piring lagi.” Istri Adi Nata yang berada di pantry tampak sedang mempersiapkan makan malam.“Ya Ma, sepertinya dia juga baru datang dari perjalanan jauh,” sahut Adi Nata yang sejak tadi senyumnya belum hilang.“Bagaimana kabar di Indonesia?” tanya Niken sambil memeluk Danu.“Baik Tante,” jawab Danu sekenanya.“Syukurlah,” ucap Niken kala melepas pelukannya. “Masih mual? Masih kram?” tanya Niken yang ditujukan kepada Arum karena saat ini tatap matanya telah beralih ke arah keponakannya tersebut.