Share

4. Jadi Bahan Taruhan

Queen menjalani hari-hari yang melelahkan, di sela-sela kesibukan bekerja harus mempersiapkan pernikahannya yang super mewah bersama Ageng. Seperti saat ini dia harus fiting gaun pengantin yang akan dia gunakan untuk resepsi pernikahan nanti.

Tatap mata nanar Queen tertuju pada bayangan diri sendiri di depan cermin. Kemewahan yang melekat di tubuhnya hanya untuk menyempurnakan sandiwara pernikahan. Meski tidak menggunakan uangnya, rasanya sayang harus membakar uang hanya untuk sesuatu yang hanya sementara saja.

“Pinter juga Ageng cari istri,” ucap Laras, mama Ageng saat melihat penampilan Queen. Wanita paruh baya yang tetap terlihat cantik di usianya yang sudah tidak muda lagi langsung berdiri untuk menyambut calon menantunya. “Geng, lihat calon istrimu!”

Ageng melihat sekilas ke arah Queen menuruti perintah sang mama, lalu mengalihkan pandangan kembali ke ponsel. Sementara itu Laras tertawa lebar melihat tingkah lucu putranya.

“Putraku sedang jaga pandangannya, karena tahu gadis cantik di hadapannya ini belum halal untuknya,” ucap Laras sambil mengusap rambut Ageng sampai membuat potongan rambut brush up yang semula tersisir rapi menjadi berantakan.

Queen tersenyum sambil menundukkan kepala, bukan untuk menyembunyikan rona merah di wajahnya, tetapi rasa getir di hatinya.

Sementara itu di sudut yang berbeda, tampak Ageng yang sesekali mencuri pandang ke arah Queen. Tidak bisa dipungkiri jika saat ini dia sedang berusaha untuk meyakinkan dirinya, jika wanita yang akan dia nikahi bukanlah sosok yang menarik, dan dia tidak akan berpaling dari Davianna kekasihnya.

“Mama sudah bilang, kalau pakai kebaya seksinya bisa maksimal. Baru fiting saja sudah secantik ini, apalagi nanti kalau sudah hari H.” Laras berputar berjalan memutari Queen, merasa puas dengan gaun pilihannya. “Mama harap resepsinya berjalan lancar,” sambung Laras sambil berbisik ke telinga Queen.

“Kenapa, Ma?” tanya Queen dengan tatap mata waswas.

“Mama takut, Ageng nggak sabar terus bawa kabur kamu ke kamar pengantin.”

Candaan yang diucapkan Laras mampu membuat Queen dan beberapa pegawai bridal yang mendengarnya tertawa. Setidaknya menjadi hiburan bagi Queen yang sebenarnya merasa semakin berat untuk meneruskan rencana pernikahannya dengan Ageng.

Sementara itu Ageng yang tidak menyadari jika dirinya sedang menjadi bahan candaan menyibukkan diri dengan berbalas pesan dengan Davianna dan beberapa temannya. Saat sesekali mencuri pandang ke arah Queen, ada rasa syukur karena resepsi pernikahan hanya sehari. Hanya di hari itu Queen akan terlihat cantik dan penuh pesona, lalu setelahnya akan kembali ke setelan asli.

***

“Mau kemana?” tanya Edi saat melihat Queen yang sedang menuruni tangga dengan terburu-buru.

“Keluar sebentar,” jawab Queen sekenannya.

“Besok hari pernikahanmu, jangan macam-macam kamu!” Dengan tegas Edi memberi peringatan kepada Queen. Dia tidak ingin putrinya kabur pada hari pernikahannya dan membuatnya malu. “Seharusnya kamu itu sudah dipingit sejak seminggu yang lalu.”

“Papa tidak perlu khawatir, aku tidak akan kabur,” sahut Queen seolah tahu apa yang sedang dipikirkan oleh sang papa.

“Queen! Queen!” panggil Edi dengan suara yang keras.

Queen terus melangkahkan kaki tanpa mempedulikan panggilan sang papa yang terus berteriak menyebut namanya. Di depan gerbang rumah, sebuah mobil type LCGC sudah berada di sana, tampak Naya sudah duduk di balik kemudi mobil yang cicilannya belum lunas.

“Maaf, ada masalah sedikit,” ucap Queen saat duduk di samping Naya.

“Benar kita ke tempat itu?” tanya Naya yang terlihat tidak percaya dengan ajakan Queen.

“Ya, kita sudah ditunggu di sana. Sekali-kali aku yang traktir, toh kafe itu juga masih promo,” jawab Queen mencoba meyakinkan Naya.

Naya menoleh ke arah Queen. Tiga tahun menjalin persahabatan dan tinggal di dalam rumah kost yang sama, membuat Naya tahu jika sahabatnya itu sebenarnya anak orang yang berada, tetapi sebuah masalah keluarga membuat Queen lebih memilih hidup sendiri. Setelah akan menikah, Queen baru pulang ke rumah orang tuanya.

“Aku benar-benar nggak nyangka kamu bakal nikah lebih dulu,” ucap Naya di sela-sela aktifitasnya mengemudi.

“Rahasia jodoh, nggak ada yang tahu.”

“Terdengar aneh waktu kamu bilang menerima dijodohkan.”

“Menerima perjodohan ini adalah bukti baktiku kepada orang tua.”

Tiba-tiba Naya tertawa lebar sambil menggelengkan kepalanya.

“Pantas saja setelah sekian tahun jadi anak durhaka tiba-tiba tobat dan jadi anak yang berbakti, ternyata dijodohkan dengan cowok sekelas Ageng Jati Wardana. Kalau seperti ini aku juga mau, muda, tampan, mapan. Oppa Korea saja lewat.”

Queen menimpali ucapan Naya dengan tawa lebar, seolah ingin menunjukkan betapa beruntung dirinya. Dia tidak perlu mendramatisir kisah hidupnya untuk menarik simpati teman-temannya.

Setelah hampir tiga puluh menit, akhirnya Queen dan Naya tiba di tempat yang mereka tuju. Queen menempelkan ponselnya di pipi, dia menghubungi teman-teman kerja yang ingin merayakan pesta lajangnya.

"Hai Queen!" panggil Della saah satu teman kerja Queen sambil melambaikan tangannya.

Queen dan Naya bergegas menuju ke tempat teman-teman mereka berkumpul. Malam ini Queen hanya ingin bersenang-senang dengan teman-temannya. Tidak peduli jika harus menguras tabungannya, toh setelah pernikahannya dengan Ageng, dia akan mendapat mahar yang cukup banyak.

Seperti yang diharapkan oleh Queen, dia sangat bahagia menikmati malam terakhir masa lajangnya. Pesta sederhana itu dipenuhi dengan tawa riang dan candaan vulgar tentang malam pertama dan hubungan suami istri.

Di sela-sela menikmati kebersamaan dengan teman-temannya, Queen izin untuk pergi ke toilet. Selain karena memang ada keperluan di sana juga untuk memastikan uang yang dia bawa cukup membayar semua tagihan malam ini.

Tanpa sengaja Queen melihat Cyrus yang sedang berkumpul dengan teman-temannya, tetapi tidak ada Ageng di sana. Awalnya Queen melenggang tanpa mempedulikan keberadaan Cyrus, tetapi apa yang sedang mereka bicarakan membuatnya tertarik untuk mendengarkan.

"Aku datang jauh-jauh dari Australia hanya untuk melihat wajah perempuan yang berhasil membuat Ageng selingkuh dari Davi," ucap Eric sambil menikmati hidangan di hadapannya.

“Katanya ingin menghadiri grand opening kafeku ini,” sahut Derian yang merasa tidak dianggap oleh sahabatnya tersebut.

“Itu yang pertama, cuma setelah mendengar Ageng menikah dengan selain Davianna membuatku jadi penasaran.”

"Tidak ada yang selingkuh, Ageng melakukan pernikahan ini atas permintaan Davi, karena dia akan melanjutkan pendidikan S2nya." Cyrus mencoba memberi penjelasan kepada teman-temannya. “Ageng terpaksa memenuhi permintaan keluarganya yang sudah tidak sabar untuk melihat dia menikah dan memiliki anak. Untuk itu dia membayar perempuan yang bersedia melakukan pernikahan sandiwara dengannya.”

“Kawin kontrak?” tanya Eric dengan memajukan kepalanya ke arah Cyrus.

Bukan hanya Eric yang terlihat terkejut, tetapi semua teman Ageng yang saat ini berada di sana terlihat tidak percaya.

“Bisa jadi. Walaupun tidak ada batas waktunya, tetapi mereka melakukan pernikahan dengan perjanjian.

“Apa isi perjanjiannya?” tanya Derian yang terlihat sangat penasaran.

“Dia minta mahar lima miliar,” jawab Cyrus apa adanya.

“Gila! Matre bener, dan Ageng mau-mau saja menuruti permintaan itu?” tanya Eric yang sedari tadi terlihat sangat penasaran dengan pernikahan sabahatnya tersebut.

“Sebenarnya tidak matre, dia minta 5 miliar karena Ageng menawarkan kontrak dua setengah miliar untuk 2 tahun. Lalu Dia meminta isi perjanjian dirubah. Dia minta mahar 5 miliar, setengah mahar dibayar saat akad nikah dan yang setengahnya lagi akan dibayar jika mereka melakukan hubungan suami istri.” Sebagai pengacara Cyrus menjelaskan dengan panjang lebar isi perjanjian pernikahan antara Queen dengan Ageng.

“Kalau selama pernikahan mereka tidak ninu ninu, Ageng hanya akan mengeluarkan uang dua setengah miliar saja?” tanya Eric untuk memastikan jika dia tidak salah memahami isi perjanjian tersebut.

Cyrus menganggukkan kepala untuk membenarkan ucapan sahabatnya tersebut.

“Menurut kalian, apakah Ageng akan kehilangan uang dua setengah miliar nya?” tanya Bryan yang sedari tadi menikmati hidangan sambil mendengarkan perbincangan sahabat-sahabatnya.

“Lihat dulu seperti apa istri Ageng, apakah dia lebih cantik dari Davi,” jawab Eric yang selama ini menganggap Ageng dan Davi adalah pasangan yang sangat serasi.

“Tanpa melihat istrinya, aku yakin Ageng pasti melepas sisa mahar itu,” sahut Bryan dengan sangat yakin. “Realistis saja, laki-laki dan perempuan dewasa tinggal di bawah atap yang sama dalam waktu dua tahun. Lama-lama pasti akan tergoda juga.”

“Setuju, kadang yang haram saja sampai di sempat-sempatkan apalagi ini halal,” ucap Derian diikuti dengan tawa lebar oleh teman-temannya.

“Bagaimana kalau kita bertaruh saja, sebagai orang yang sangat mengenal Ageng, aku rasa dia akan tetap setia pada Davi,” tantang Eric yang selama ini menjadi saksi kisah cinta antara Ageng dan Davianna.

“Sebagai lelaki normal, aku yakin tidak butuh waktu yang lama untuk Ageng melepas setengah maharnya. Aku berani bertaruh satu miliar untuk ini.” Dengan penuh keyakinan Bryan menerima tantangan Eric.

Cyrus hanya menggelengkan kepala menyaksikan ulah teman-temannya yang menurutnya sangat tidak masuk akal.

“Saya harus lihat dulu calon istrinya Ageng baru bisa menentukan sikap,” sahut Derian yang mencoba bermain aman.

“Siapa lagi yang ikut taruhan?” tanya Eric sambil memandang Cyrus dan Derian secara bergantian.

“Aku,” ucap Queen sambil melangkah mendekat ke arah teman-teman Ageng.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status