Share

3. Perjanjian Pra Nikah

“Lima miliar? Kau ingin memerasku?” cecar Ageng dengan tatapan kesal tertuju kepada Queen yang duduk santai dan tanpa beban di hadapannya.

“Tentu tidak, aku hanya ingin membuat perjanjian itu adil untuk kita.”

“Adil? Adil dari mana?” Dengan keras Ageng meletakkan pen yang akan dia gunakan untuk tanda tangan. “Aku sudah memberimu tawaran dua setengah miliar, aku sudah memberi pinjaman kepada papamu sebagai modal perusahaannya yang hampir bangkrut, dan sekarang kau masih meminta lebih?” Emosi Ageng tampak mulai membumbung tinggi karena merasa dipermainkan.

“Kalau kau tidak mau, tidak masalah bagiku,” ucap Queen dengan nada datar.

Tidak ada beban sedikitpun di wajah Queen, karena sampai saat ini dia tidak menikmati sedikitpun uang dari Ageng. Apa pun yang dilakukan Queen saat ini bukan karena dia perempuan yang materialistis, dia hanya ingin bersikap realistis dan menjaga hak-haknya selama menjalani pernikahan dengan Ageng.

“Pekerjaanku masih menumpuk, jadi aku hanya akan sekali memberikan penjelasan kepadamu. Jika setuju kita bisa melanjutkan pembicaraan, tetapi jika tidak … aku akan langsung balik ke kantor.”

“Silahkan!”

Bukan Ageng yang memberi jawaban, tetapi Cyrus yang berusaha untuk menjadi penengah di antara Queen dan Ageng.

“Baik, aku memang meminta lima miliar darimu, tapi aku tidak seserakah seperti yang kau bayangkan.”

Ageng tersenyum menyeringai menertawakan ucapan Queen yang dia anggap hanya omong kosong belaka.

“Dalam penikahan ini, sebagai istri aku hanya meminta mahar dan nafkah, tidak ada bayaran apa pun setelah pernikahan berakhir. Aku hanya meminta setengah mahar saat akad nikah, dan setengahnya lagi ….”

Ageng dan Cyrus memicingkan matanya menatap ke arah Queen, terlihat tidak sabar menanti kata-kata berikutnya yang akan keluar dari mulut gadis yang duduk di hadapan mereka.

“Untuk setengahnya lagi diberikan jika kita melakukan hubungan suami istri.”

“Setuju,” sahut Ageng dengan senyum lebar di bibirnya, tampak jika Ageng tidak berpikir panjang saat membuat keputusan.

Ageng menatap wajah Queen dengan saksama, bahkan dia sampai memundurkan tubuh agar bisa melihat seluruh tubuh Queen, meskipun percuma karena tertutup oleh meja. Seulas senyum yang terukir di bibir CEO muda itu terlihat jelas merendahkan Queen. Dari penampilan fisik yang dilihatnya saat ini, Ageng sangat yakin jika Queen tidak akan bisa menggantikan posisi Davianna di hatinya.

“Berarti aku hanya akan mengeluarkan uang dua setengah miliar, selama kita tidak tidur bersama?” tanya Ageng untuk memastikan, dan langsung mendapat respon berupa anggukan kepala dari Queen. “Baik, aku yakin uangku aman untuk dua tahun ke depan.”

“Aku tidak membatasi pernikahan ini hanya selama dua tahun, jika ternyata kekasihmu itu bodoh dan tidak bisa menyelesaikan kuliah dalam waktu dua tahun, kau masih bisa menggunakan jasaku, asal jangan lupa nafkah untukku. Tetapi bisa juga pernikahan ini berlangsung lebih singkat, misalnya saja kau sudah tidak tahan hidup denganku, kau bisa langsung ajukan gugatan perceraian.”

“Baik, saya paham.” Ageng menatap ke arah Cyrus seolah memberi perintah agar pengacaranya itu segera mengetik surat perjanjian pra nikah tersebut.

Tanpa berpikir panjang, Cyrus segera meletakkan laptopnya di atas meja. Setelah semua siap, kini jemarinya sudah menari di atas papan keyboard untuk menuliskan kata demi kata perjanjian pra nikah yang sudah disepakai oleh Queen dan Ageng.

“Satu lagi,” ucap Queen secara tiba-tiba.

Ageng mendengus kasar merasa kesal dengan Queen. Karena merasa yang memiliki uang seharusnya dia memegang kendali atas pernikahan yang dia gagas, tetapi ternyata dia tidak bisa menolak semua keinginan Queen. Ageng merasa sangat membutuhkan bantuan Queen agar Davianna bisa memujudkan cita-citanya.

“Katakan!” perintah Ageng dengan berat hati.

“Sebagai seorang istri aku ingin diajak ke setiap acara penting yang melibatkan banyak pengusaha.”

“Apa tujuannya?” tanya Ageng sambil mengerutkan dahinya karena penasaran.

Cyrus yang sejak tadi sibuk mengetik pun berhenti sesaat menunggu jawaban dari Queen. Pengacara yang juga merupakan sahabat Ageng itu turut penasaran dengan segala permintaan dari Queen.

“Setidaknya aku bisa memastikan jika aku sudah berada dalam circle yang tepat. Aku harap saat kita bercerai nanti, aku sudah menjalin hubungan dengan pengusaha lain yang bisa memastikan jika aku tetap hidup sejahtera tanpa dirimu.”

Ageng membeliakkan matanya tidak percaya dengan apa yang baru saja di dengarnya. Ternyata Queen bukanlah perempuan polos yang mudah ditekan dan diancam. Bahkan saat ini dia terlihat sangat mandiri dan tangguh di hadapannya.

Sementara itu Cyrus masih terbatuk-batuk karena tersedak ludah sendiri, dia sama sekali tidak menyangka jika Queen memiliki pemikiran yang sangat jauh ke depan, Pernikahan sandiwara yang biasanya akan merugikan pihak perempuan justru dia manfaatkan untuk mencari keuntungan.

“Apa kau sudah bercermin?”

Hanya tawa yang menjadi jawaban Queen, dia sadar pertanyaan yang dilontarkan oleh Ageng untuk merendahkan harga dirinya dan menghancurkan rasa percaya dirinya.

“Jangankan mereka, aku yang akan menjadi suamimu dan akan tinggal seatap denganmu sepertinya tidak akan melirikmu.”

“Ih … nggak tahu barang enak dia,” balas Queen dengan tatap mata yang tertuju ke Cyrus sambil menunjuk ke arah Ageng.

Cyrus tertawa sambil menggelengkan kepalanya. Sebagai pria normal yang sudah menikah dia tahu arah ucapan Queen.

“Jangan harap!” sahut Ageng penuh keyakinan jika dirinya tidak akan pernah menyentuh Queen selama pernikahan mereka nanti.

“Itu saja permintaanku. Jika kau sudah setuju ketik saja, nanti aku tinggal tanda tangan,” Queen bangkit dari duduknya. “Aku ke toilet dulu.”

Queen segera meninggalkan Ageng dan Cyrus, dengan langkah setengah berlari seperti sudah lama menahan hajatnya.

“Bagaimana … langsung ketik?” tanya Cyrus yang tetap fokus pada tugasnya mendampingi Ageng.

“Tentu,” jawab singkat Ageng tanpa ragu. CEO muda itu yakin jika dia akan mampu mempertahankan cintanya dengan Davianna sampai waktu yang telah mereka sepakati, dan juga dengan dua setengah miliar uang miliknya.

Setelah beberapa saat berlalu, Queen sudah keluar dari toilet dan surat perjanjian pun sudah selesai diketik oleh Cyrus.

Queen membaca surat perjanjian itu dengan saksama, semua sudah sesuai dengan apa yang dia ucapkan sebelumnya. Didahului dengan hembusan napas kasar, Queen meraih pen yang sudah disediakan oleh Ageng, lalu membubuhkan tanda tangannya di atas kertas bermaterai di hadapannya.

Seandainya boleh jujur, bukan pernikahan seperti ini yang Queen harapkan, Tentu dia mengharapkan sebuah pernikahan yang langgeng dan hanya maut yang memisahkan. Menyadari jika Ageng tidak menginginkan dirinya untuk menjadi istri selamanya, membuat Queen merasa pria itu sudah mengucapkan talak sebelum akad.

Setelah semua urusan dengan Ageng selesai, Queen bergegas pergi. Meskipun terlihat tegar tetapi sebenarnya Queen merasa hancur hatinya, merasa tidak ada orang yang menyayanginya, merasa tidak ada yang menginginkannya.

Di sinilah Queen saat melepas penat, tidak masalah jika dia harus menghabiskan gaji sebulan hanya untuk makan di restaurant mewah. Steak tenderloin dengan saus lada hitam menjadi santapan.

Hingga tanpa Queen sadari air matanya menetes saat menyaksikan kebersamaan seorang wanita cantik bersama remaja putri yang masih menggunakan seragam putih abu-abu.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status