Share

3. Bussines Dinner.

last update Last Updated: 2024-08-29 21:04:20

Dugaan Ola benar. Makan malam itu bukan hanya sekedar bussines dinner. Lebih dari itu Ola mendapat kenalan baru, putra pemilik salah satu perusahaan waralaba retail terbesar di negara ini. Sepanjang makan malam Ola terus memasang senyum palsu tiap kali dirinya diajak bicara.

Berbeda dengan Bumi yang tampak sopan dan terlihat ramah. Pria itu benar-benar sangat berdedikasi menyenangkan orang tua asuhnya. Bertingkah menjadi sosok kakak terbaik bagi Ola, dan anak pintar bagi Daniel dan Delotta.

Untuk sampai di meja ini, Ola sukses membuat pria itu kesal beberapa jam lalu. Dia bermalas-malasan ketika Bumi menyuruhnya bersiap. Sore tadi, begitu sampai ibukota, pria itu membawanya langsung ke butik langganan keluarga. Di saat Bumi sudah rapi dengan pakaian semi formalnya, Ola malah masih bersantai duduk di sofa, main gadget.

"Ola, waktu kita nggak banyak," ujar Bumi masih bersikap sabar. Namun hanya dibalas lirikan singkat gadis itu. Bumi menarik napas panjang. "Aku pastikan kamu nggak boleh datang ke apartemen lagi kalau kali ini nggak nurut."

Detik itu juga Ola membanting gadgetnya ke sofa. Dengan kesal dia berdiri, lalu beranjak menuruti perintah Bumi. Dia sempat dengan sengaja menyenggol kasar lengan pria itu saat melewatinya.

Kesabaran Bumi diuji lagi ketika Ola enggan mengganti baju begitu selesai make up. Gadis itu malah ngejogrog di kursi rias sambil cekikikan scrolling aplikasi tok tok. Mengabaikan MUA yang sudah menenteng gaun untuknya. Dengan terpaksa Bumi turun tangan lagi.

"Ganti baju kamu dengan gaun ini," pinta pria itu tanpa ekspresi. Meskipun dalam hati sudah sangat gemas dan pusing dengan tingkah perempuan yang sudah dia anggap adik itu.

"Nggak mau," sahut Ola, tanpa mengindahkan eksistensi Bumi yang berdiri di belakangnya.

Untuk ke sekian kalinya Bumi menarik napas panjang. Pasalnya Daniel sudah dua kali menghubunginya. Menanyakan keberadaan mereka. Tangannya memutar kursi yang Ola duduki hingga perempuan itu menghadapnya.

Tepat ketika Bumi membungkuk, menumpukan kedua tangannya di armrest kursi Ola, dan mengurung gadis itu, dua MUA yang menangani Ola langsung menyingkir meninggalkan keduanya di ruangan itu.

"Pakai sekarang juga," perintah Bumi sekali lagi dengan nada yang lebih tegas. Mata legamnya menatap lurus gadis 20 tahun itu.

Namun dengan berani Ola malah membalas tatapan itu. "Kalau nggak mau, kamu mau apa?" tantang gadis itu sedikit menyeringai. Kalau sudah kesal begini, Ola malas memanggil lelaki itu dengan sebutan kakak.

"Ola."

"Cium aku kalau berani."

Dua tangan Bumi meremas armrest erat. Bibirnya merapat, mencoba mencari sisa-sisa kesabarannya. "Pakai gaunnya, atau aku yang akan memakaikannya langsung ke kamu." Ini gertakan sekaligus jawaban dari tantangan Ola.

"Coba aja kalau berani."

Keduanya bergeming, dan masih saling menatap tajam dengan jarak dekat. Ola sangat tahu Bumi tidak akan berani melakukan itu. Jangankan menggantikan baju, menciumnya saja pria itu tidak berani. Namun selama beberapa lama bersitatap, sesuatu yang tidak terduga terjadi.

Ola refleks berjengit ketika tangan Bumi terangkat, dan jemari pria itu menyentuh kancing teratas kemeja yang dia kenakan. Jantungnya mendadak berdentam keras. Dia menelan ludah ketika satu kancing kemejanya berhasil Bumi buka. Tanpa sadar Ola meremas ponsel yang masih berada di genggaman tangannya saat selanjutnya kancing kedua berhasil Bumi lepas. Berlanjut kancing ketiga. Sport bra hitam yang gadis itu kenakan pun tampak dari balik kemeja. Ola merasakan napasnya makin sesak. Dadanya naik turun, seolah kesulitan menghirup udara segar.

Sementara Bumi yang masih membungkuk di depan gadis itu tetap memasang wajah datar, menutupi rasa gusar yang melingkupi hatinya. Pertama kali ini dia bertindak kurang ajar. Jika Gyan—kakak kandung ola—melihatnya begini, dia tidak akan selamat. Tapi tidak ada pilihan lain. Jujur, dadanya berdebar kencang tiap kali berhasil melepas satu kancing kemeja Ola. Sialnya gadis itu tidak segera menghentikan aksinya. Kulit bawah leher Ola, dan dadanya yang menyembul di balik sport bra itu membuat Bumi menekan rahang kuat-kuat.

"Fine! Aku ganti baju." Ola menyerah dan mendorong dada Bumi menjauh. Dia segera menyambar gaun yang sudah disiapkan lalu bergegas tenggelam di balik ruang ganti dengan jantung yang nyaris lepas dari tempatnya.

Bumi sendiri tertegun di tempat saat Ola mendorongnya menjauh. Perasaan antara lega dan tidak rela melingkupi dirinya tiba-tiba. Namun dengan cepat dia tersadar dan mengusap wajahnya yang sempat tegang.

Drama yang Ola buat membawa keduanya sedikit terlambat ke restauran tempat dinner itu. Saat mereka sampai semua sudah berkumpul di sana. Bumi pura-pura tidak peduli pada Ola yang terus melotot padanya. Karena selain rekan bisnis papinya, di sana juga ada seorang pria lajang ganteng yang berdiri menyambut kedatangan mereka.

"Rean baru mendapat gelar bachelor bisnisnya dan sekarang sedang berencana lanjut ambil magister," ujar Danudirja, pria berkepala botak yang menjamu Daniel dan keluarganya di makan malam ini. Si penguasaha waralaba retail terbesar itu.

"Wah, hebat itu. Pendidikan memang harus diutamakan," ucap Daniel menanggapi. Dia menatap yang menjadi objek pembicaraan. "Jadi, Rean. Rencananya kamu mau ambil magister di mana?"

"Saya mau ambil dalam negeri saja, Om. Biar bisa sekalian belajar mengelola perusahaan. Pengalaman saya di dunia kerja masih minim," sahut lelaki bernama Rean, yang sejak tadi mencuri pandang pada gadis yang duduk di seberangnya.

"Pendidikan dalam negeri juga tak kalah bagus. Seperti Bumi dan Ola. Mereka juga memilih kuliah dalam negeri. Tahun lalu Bumi baru mendapat gelar magister bisnisnya di salah satu perguruan tinggi negeri."

"Benar kah? Wah, Rean. Kamu bisa tanya-tanya sama Bumi nanti," sambut Danudirja tersenyum lebar.

"Tentu. Bumi akan dengan senang hati membantu. Benar kan, Son?"

Bumi di posisinya mengangguk sambil tersenyum. "Dengan senang hati, Pak Danu, Rean," sahutnya sopan sambil membungkukkan sedikit badannya.

Di beberapa kesempatan Bumi kadang mengikuti makan malam keluarga atas kehendak Daniel. Meskipun dia hanya anak asuh, Daniel senantiasa membawanya turut serta dalam acara besar. Mengenalkannya pada siapa pun layaknya anak sendiri. Apalagi jika Gyan berhalangan hadir seperti sekarang.

"Maaf, Om Daniel. Kalau nggak salah, setahu saya putra Anda itu hanya Gyan Elvaro. Jadi, Bumi ini sebenarnya siapa ya, Om?"

Pertanyaan yang keluar dari putra Danudirja membuat kegiatan makan itu berhenti seketika. Situasi yang tadinya hangat mendadak canggung dan tidak nyaman.

Ola di tempatnya sampai harus melirik tajam pria di depannya itu yang malah memasang senyum tak bersalah. Dia bahkan bisa melihat sikap mami dan papinya yang mendadak kaku. Bumi pun sama. Dia seperti tidak menduga akan mendengar pertanyaan itu. Pertanyaan yang dulu pernah menjadi salah satu momok ketika berkumpul bersama keluarga Jagland. Namun sekarang dia lebih bisa menguasai diri.

Bumi tersenyum beberapa saat sambil menunduk, lalu dengan percaya diri dia mengangkat wajahnya, menatap Rean yang mengajukan pertanyaan itu. "Saya—"

"Dia anak kami juga, Kakak dari Gyan, Kavia, dan Ola," sela Delotta, memotong jawaban yang akan Bumi lontarkan.

Jujur Bumi terkejut. Dia menoleh kaku kepada ibu asuhnya itu. Dan saat melihat senyum Delotta, dia bisa merasakan sesuatu yang hangat perlahan masuk dan menyebar ke sanubarinya.

===========

Halo teman-teman selamat datang di PESONA series 4 Jagland Family. Nah, kali ini giliran Ola, si bungsu manja yang aku buatin ceritanya. Aku harap teman-teman bisa mendukung cerita ini sampai akhir. Happy reading semua.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (3)
goodnovel comment avatar
Indah Suwarni
berarti dia lebih tua dari Gyan dunk,wah asik dapatnya sang bungsu...️nya jagland
goodnovel comment avatar
Dinila Ikhsan
aishh seruuu jg kayaknya. ola2 gak beda jauh dr mbaknya kavia. hahaha
goodnovel comment avatar
Anies
baru sampe sini udah menarik loh Pesona series 4
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Pesona Kekasih Rahasia Anak Asuh Presdir   Extra Part - Bintang

    "Kamu nggak bosan seumur hidup bareng aku terus? Dari kecil, dari kamu umur lima tahun." Ola menggeleng dan tersenyum kecil mendapat pertanyaan dari suaminya. Dia makin merapatkan diri. "Meski hubungan kita nggak mulus, tapi aku bahagia seumur hidup sama kamu. Justru yang harusnya tanya itu aku. Emang kamu nggak capek ngadepin sifat childish aku dari dulu sampai sekarang?""Sebenarnya sih capek." Jawaban Bumi sontak membuat Ola menjauhkan kepala dan menatap lelaki ituu dengan alis tertaut. "kok gitu?!" Reaksi Ola membuat Bumi terkekeh. Pria itu kembali meraih kepala Ola untuk bersandar di pundaknya lagi. "Nggak dong, Sayang. Kalau capek mana mungkin bisa bertahan sampai anak tiga." Mendengar itu Ola ikut terkekeh dan makin merapatkan diri. Matanya terpejam saat tangan Bumi menyentuh perutnya yang sudah makin besar. "Nggak nyangka anak manja seperti kamu bisa melahirkan anak-anak hebat seperti mereka." "Sekarang aku udah nggak manja lagi loh, Kak." "Iya, sekarang Ola si manja da

  • Pesona Kekasih Rahasia Anak Asuh Presdir   Extra Part - Pelan-pelan

    Jika biasanya Ola liburan ke Eropa bersama keluarganya, kali ini dia memilih destinasi New Zealand. Sesuatu yang tidak dia rencanakan karena terlintas begitu saja. Bumi bilang itu kado kehamilan ketiganya. Ola membuang napas, rasanya jahitan di perut baru saja kering. Membayangkan perutnya akan dibedah ketiga kalinya membuat Ola merinding. "Kamu ibu yang kuat, kamu pasti bisa," ucap Bumi menyemangati dan menenangkan saat Ola gelisah dengan segala pikiran buruk yang ada. "Tapi janji ini yang terakhir ya." "Hu-üm." Kehamilan Ola kali ini tidak seperti kehamilan sebelumnya. Dia menjadi gampang lelah, dan haus. Bahkan morning sick tidak bisa dihindari. Jadi, selama seminggu liburan dia tidak bisa menikmati dengan maksimal. Lebih banyak tinggal di hotel daripada berwisata musim semi. "Aku nggak mau tau, setelah anak ini lahir kamu harus mengajakku ke sini lagi," rengek Ola saat baru keluar dari kamar mandi memuntahkan isi perutnya. Wajahnya memucat, keringat dingin keluar begitu deras

  • Pesona Kekasih Rahasia Anak Asuh Presdir   Extra Part - Dua Garis Merah

    Bumi menyentak tangan Ola yang berdiri di dekatnya hingga wanita itu jatuh di pangkuannya. Niat Ola menghampiri anak-anaknya yang sedang asyik main pasir pantai pun urung lantaran Bumi memeluknya begitu erat. Terlebih dengan iseng pria itu mulai mengendus pundaknya yang terbuka. "Kak, nanti anak-anak liat," tegur Ola ketika tangan Bumi menyelinap ke balik kain pantai yang dia pakai. "Anak-anak lagi sibuk sendiri," sahut Bumi, lantas mengecup lembut punggung Ola. Dia terkekeh ketika tubuh istrinya berjengit. Ola masih begitu sensitif dengan sentuhannya. "Kak, udah. Aku harus temeni anak-anak main." Ola berusaha menyingkirkan tangan Bumi yang masih bergerak naik turun di atas pahanya. Alih-alih berhenti pria itu makin menjadi. Ola sampai melebarkan mata saat merasakan tangan Bumi merambat ke dadanya. Buru-buru dia menjauhkan tangan nakal itu dari sana dan menggeram. "Ada Gyan dan Javas, mereka aman. Kita kembali ke cottage dulu, ya," bujuk Bumi saat Ola berusaha lepas dari kungkung

  • Pesona Kekasih Rahasia Anak Asuh Presdir   Extra Part - Kaki Kecil

    Kaki-kaki kecil berlarian di lantai rumah besar milik Daniel. Suara celotehan anak-anak terdengar meriah di setiap penjuru ruangan. Sesekali suara tangisan saling bersahutan saat mereka saling berebut mainan. Sebentar kemudian tawa-tawa lucu mereka bersusulan. Pemandangan itu-lah yang Daniel inginkan. Menghabiskan masa tua dengan cucu-cucunya yang melimpah ruah. Daniel sedang menikmati teh hangat yang sudah Delotta sajikan saat suara tangisan Vyora--anak kedua Ola--melengking. Hampir saja dia menyemburkan isi mulutnya sebelum bergegas meletakkan cangkirnya kembali. Dengan cepat pria tua itu melangkah mendekati sang cucu yang mukanya sudah memerah. "Hei, hei, cucu kesayangan Opa kenapa?" tanya pria itu sambil menggendong anak perempuan berusia satu tahun itu. "Adek digigit semut, Opa," jawab Vion--anak pertama Ola--seraya sibuk dengan mainan di tangannya. "Digigit semut? Mana coba Opa liat." Vion langsung meninggalkan mainannya lalu menunjuk paha chubbi Vyora yang memerah. "Tuh li

  • Pesona Kekasih Rahasia Anak Asuh Presdir   136. Dua Kebahagiaan

    Tepuk tangan bersahutan ketika Bumi berhasil memotong pita, tanda dibukanya bengkel baru di Kota Surabaya. Senyum lebar serta ucapan terima kasih dia layangkan. Jabatan tangan bersama pemilik perusahaan otomotif yang bekerjasama dengannya pun terayun erat. Setelah pemotongan pita para tamu yang hadir lantas berkeliling untuk melihat area bengkel. Area bengkel yang luas serta peralatan yang lengkap membuat bengkel ini bisa menampung lebih banyak mobil yang akan diservis. Fasilitas juga ditambah, seperti ruang tunggu yang nyaman juga area play ground. Selain memperkenalkan bengkel baru, mereka juga memperkenalkan tipe mobil keluaran terbaru yang beberapa bulan lalu launching. Banyak promo yang ditawarkan baik dari showroom mau pun bengkel di acara grand opening ini. Ola memilih duduk di sofa lantaran merasa kelelahan. Sejak bangun pagi tadi, sebenarnya dia merasa kurang enak badan. Namun karena ini hari penting bagi Bumi, dia bersikap seolah tidak ada masalah. Sejauh ini dia bisa men

  • Pesona Kekasih Rahasia Anak Asuh Presdir   135. Terlanjur

    Ola meletakkan satu gelas susu hangat di meja kerja Daniel ketika pria tua itu tengah fokus membaca sebuah dokumen. Daniel mengangkat wajah, dan sontak tersenyum sambil mengucapkan terima kasih. Langkah Ola lantas bergerak ke belakang kursi sang papi dan melihat apa yang yang tengah pria itu baca. "Apa nggak sebaiknya papi istirahat aja?" tanya Ola saat tahu apa yang papinya baca itu sebuah proposal pendirian perusahaan baru milik Bumi. "Papi akan istirahat setelah baca proposal milik suamimu ini. Kenapa kamu nggak tidur?" "Sebenarnya aku sudah tidur. Aku tadi haus jadi kebangun. Terus liat ruang kerja papi lampunya masih nyala." Ola menunduk, lantas mengambil alih proposal itu dari tangan Daniel. "Papi minum susu itu terus pergi tidur." Kepalanya menggeleng ketika mulut Daniel terbuka dan terlihat ingin mengambil kembali proposal tersebut. Ola tidak memberi kesempatan papinya untuk protes. Dia tersenyum menang ketika Daniel tampak menyerah. "Oke, papi akan minum susu buatan my

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status