แชร์

2. Mr. Stiff

ผู้เขียน: Yuli F. Riyadi
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2024-08-29 21:00:31

"Kamu lapar?"

"Nggak!"

Terhitung sudah ketiga kalinya Bumi bertanya selama perjalanan menuju Jakarta. Dan jawaban Ola tetap sama. Pria itu tahu tidak sih kalau Ola sedang di ujung kekesalan? Melihat muka lempeng Bumi yang seperti tidak peduli dengan kekesalannya, membuat gadis 20 tahun itu makin jengkel.

Saat ini keduanya sedang berada di rest area. Beberapa menit lalu Bumi kembali masuk mobil setelah pergi ke toilet, sementara Ola menunggu dengan wajah terlipat.

"Minuman kamu," ujar pria itu sambil menaruh satu botol air mineral ke cup holder di sisi Ola. Sementara dirinya sibuk membuka segel botol minuman lainnya.

Hampir-hampir Ola memaki ketika melihat minumannya masih tersegel dan pria itu tampak tidak berniat membukanya untuk dirinya. Namun ketika kata makiannya sudah di ujung lidah, botol air minum yang tiba-tiba Bumi sodorkan padanya membuat Ola serta-merta menelan kembali niatnya memaki. Dengan wajah cemberut, gadis itu menerima minuman yang segelnya sudah Bumi buka itu. Tanpa terima kasih.

Bumi dengan santai lanjut membuka botol minum yang sempat dia simpan di cup holder dan langsung meminum isinya.

"Kak Bumi tau nggak sih kalau aku tuh lagi kesel sama kakak?" tanya Ola akhirnya. Lama-lama dia tidak tahan juga melihat manusia tidak peka di sebelahnya ini memasang wajah seolah tidak punya salah.

"Tau."

"Terus kenapa sikap Kakak kayak orang yang nggak merasa bersalah? Harusnya kakak berusaha baikin aku dong, bukan malah cuek begini."

Bukan hanya sekali dua kali Bumi menghadapi kelabilan bungsu dari orang tua asuhnya itu. Dia tahu persis apa yang akan terjadi jika kemarahan gadis itu dia layani. Selama ini kediamannya menjadi sikap paling aman.

"Kakak tau nggak kenapa aku marah?"

"Nggak."

Ola membuang napas kasar. Dia heran kenapa bisa suka dengan pria sekaku Bumi. Malah makin dewasa makin tidak bisa lepas dari jerat cinta yang dia buat sendiri. Meski kadang sikap kaku Bumi sering bikin stres, Ola tidak bisa jauh dari pria itu. Salah satu alasan kenapa dia memilih kuliah di dalam negeri, agar dirinya masih tetap bisa bertemu dengan pria yang sudah membuatnya mabuk kepayang dari kecil itu.

"Pertama, aku kesal karena Kak Bumi datang ke FIB dan bikin heboh cewek-cewek di sana. Seneng ya jadi pusat perhatian? Gedung pasca sarjana teknik bukan di situ tempatnya!" Ola melirik kesal pria yang masih dengan santai minum air mineral.

"Kedua, aku kesal karena yang ngantar aku itu kakak, bukannya supir papi. Itu artinya secara nggak langsung kakak setuju aku ikut kencan buta berselubung makan malam itu. Kakak serius mau menjerumuskan aku ke lobang perjodohan ala-ala angkatan Balai Pustaka?"

Angin yang berembus, menembus jendela mobil yang terbuka. Bersamaan dengan itu Bumi menutup botol minumnya. Dia tidak sadar jika gadis di sebelahnya membeku melihat adegan itu. Serupa slow motion, bagi Ola gerakan tangan Bumi yang tengah menutup botol minum disertai tiupan angin yang menggoyangkan helain rambut pria itu terlihat begitu epik.

"Maaf kalau begitu," ucap Bumi yang serta-merta langsung mencabut kembali kesadaran Ola.

Gadis itu berdecak sebal. "Nggak ada penjelasan?"

Bumi tahu Ola akan terus mencecarnya selama dia tetap diam. Demi lancarnya perjalanan, akhirnya pria itu sedikit memutar tubuhnya menghadap Ola. "Pertama aku datang ke fakultas kamu karena ada hal yang harus aku urus di sana. Kedua, itu bukan malam perjodohan. Papi akan makan malam dengan koleganya yang juga membawa turut serta keluarga. Wajar kalau papi juga melakukan hal sama."

Dari dua penjelasan itu, Ola lebih tertarik dengan alasan pertama. "Ada urusan apa kakak ke FIB? Jangan bilang mau ngawasi nilai aku."

"Nadira mau kuliah di sana. Aku membantu mengurus beberapa hal terkait persyaratan masuk. Dan Papi memintaku buat sekalian ngantar kamu."

Nadira. Ola tercenung mendengar nama itu disebut. Dia sudah pernah bertemu gadis manis dari panti milik papinya itu. Dan terakhir kali melihat, Nadira masih kelas sebelas SMA. Jadi, sekarang gadis yang katanya Bumi anggap adik itu sudah mau masuk perguruan tinggi?

"Peduli banget. Dia kan bisa mengurus sendiri. Aku juga pas daftar ngurus semuanya sendiri." Ada nada tak suka yang terdengar kental. Biar gimana juga status Nadira bukan adik kandung, tapi adik seperjuangannya. Bumi dan Nadira sempat tumbuh bersama di panti sebelum papi membawa Bumi. Dan jujur Ola tidak suka melihat Bumi bersikap baik pada gadis lain selain dirinya.

"Dia belum pernah ke Bandung sebelumnya. Sepertinya aku butuh bantuan kamu nanti perkara Nadira."

"Kamu mau aku jadi baby sitternya? Ih, ogah!"

"Bukan. Kamu lebih tahu lingkungan di sini. Jadi—"

"Nggak mau! Nanti lama-lama juga dia tahu sendiri."

Debat dengan Ola, Bumi tidak akan pernah menang. Dia memutuskan mengakhiri obrolan dan kembali menyalakan mesin mobil. "Kita harus bergegas. Sudah sore."

Selama sisa perjalanan Bumi fokus mengemudi. Ola juga tampak tidak tertarik membangun obrolan kembali dan lebih memilih sibuk dengan ponselnya. Namun secara diam-diam dia mencuri potret lengan Bumi yang sedang mengendalikan setir. Dengan lengan kemeja yang terlipat hingga siku membuat otot-otot lengannya terlihat. Itu sangat seksi bagi Ola. Dan dia tergelitik mengunggah foto tangan Bumi itu ke media sosial dengan caption :

"Ride with Mr. Stiff."

Dan dalam sekejap unggahannya itu banjir komen dan like.

อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป

บทล่าสุด

  • Pesona Kekasih Rahasia Anak Asuh Presdir   Extra Part - Bintang

    "Kamu nggak bosan seumur hidup bareng aku terus? Dari kecil, dari kamu umur lima tahun." Ola menggeleng dan tersenyum kecil mendapat pertanyaan dari suaminya. Dia makin merapatkan diri. "Meski hubungan kita nggak mulus, tapi aku bahagia seumur hidup sama kamu. Justru yang harusnya tanya itu aku. Emang kamu nggak capek ngadepin sifat childish aku dari dulu sampai sekarang?""Sebenarnya sih capek." Jawaban Bumi sontak membuat Ola menjauhkan kepala dan menatap lelaki ituu dengan alis tertaut. "kok gitu?!" Reaksi Ola membuat Bumi terkekeh. Pria itu kembali meraih kepala Ola untuk bersandar di pundaknya lagi. "Nggak dong, Sayang. Kalau capek mana mungkin bisa bertahan sampai anak tiga." Mendengar itu Ola ikut terkekeh dan makin merapatkan diri. Matanya terpejam saat tangan Bumi menyentuh perutnya yang sudah makin besar. "Nggak nyangka anak manja seperti kamu bisa melahirkan anak-anak hebat seperti mereka." "Sekarang aku udah nggak manja lagi loh, Kak." "Iya, sekarang Ola si manja da

  • Pesona Kekasih Rahasia Anak Asuh Presdir   Extra Part - Pelan-pelan

    Jika biasanya Ola liburan ke Eropa bersama keluarganya, kali ini dia memilih destinasi New Zealand. Sesuatu yang tidak dia rencanakan karena terlintas begitu saja. Bumi bilang itu kado kehamilan ketiganya. Ola membuang napas, rasanya jahitan di perut baru saja kering. Membayangkan perutnya akan dibedah ketiga kalinya membuat Ola merinding. "Kamu ibu yang kuat, kamu pasti bisa," ucap Bumi menyemangati dan menenangkan saat Ola gelisah dengan segala pikiran buruk yang ada. "Tapi janji ini yang terakhir ya." "Hu-üm." Kehamilan Ola kali ini tidak seperti kehamilan sebelumnya. Dia menjadi gampang lelah, dan haus. Bahkan morning sick tidak bisa dihindari. Jadi, selama seminggu liburan dia tidak bisa menikmati dengan maksimal. Lebih banyak tinggal di hotel daripada berwisata musim semi. "Aku nggak mau tau, setelah anak ini lahir kamu harus mengajakku ke sini lagi," rengek Ola saat baru keluar dari kamar mandi memuntahkan isi perutnya. Wajahnya memucat, keringat dingin keluar begitu deras

  • Pesona Kekasih Rahasia Anak Asuh Presdir   Extra Part - Dua Garis Merah

    Bumi menyentak tangan Ola yang berdiri di dekatnya hingga wanita itu jatuh di pangkuannya. Niat Ola menghampiri anak-anaknya yang sedang asyik main pasir pantai pun urung lantaran Bumi memeluknya begitu erat. Terlebih dengan iseng pria itu mulai mengendus pundaknya yang terbuka. "Kak, nanti anak-anak liat," tegur Ola ketika tangan Bumi menyelinap ke balik kain pantai yang dia pakai. "Anak-anak lagi sibuk sendiri," sahut Bumi, lantas mengecup lembut punggung Ola. Dia terkekeh ketika tubuh istrinya berjengit. Ola masih begitu sensitif dengan sentuhannya. "Kak, udah. Aku harus temeni anak-anak main." Ola berusaha menyingkirkan tangan Bumi yang masih bergerak naik turun di atas pahanya. Alih-alih berhenti pria itu makin menjadi. Ola sampai melebarkan mata saat merasakan tangan Bumi merambat ke dadanya. Buru-buru dia menjauhkan tangan nakal itu dari sana dan menggeram. "Ada Gyan dan Javas, mereka aman. Kita kembali ke cottage dulu, ya," bujuk Bumi saat Ola berusaha lepas dari kungkung

  • Pesona Kekasih Rahasia Anak Asuh Presdir   Extra Part - Kaki Kecil

    Kaki-kaki kecil berlarian di lantai rumah besar milik Daniel. Suara celotehan anak-anak terdengar meriah di setiap penjuru ruangan. Sesekali suara tangisan saling bersahutan saat mereka saling berebut mainan. Sebentar kemudian tawa-tawa lucu mereka bersusulan. Pemandangan itu-lah yang Daniel inginkan. Menghabiskan masa tua dengan cucu-cucunya yang melimpah ruah. Daniel sedang menikmati teh hangat yang sudah Delotta sajikan saat suara tangisan Vyora--anak kedua Ola--melengking. Hampir saja dia menyemburkan isi mulutnya sebelum bergegas meletakkan cangkirnya kembali. Dengan cepat pria tua itu melangkah mendekati sang cucu yang mukanya sudah memerah. "Hei, hei, cucu kesayangan Opa kenapa?" tanya pria itu sambil menggendong anak perempuan berusia satu tahun itu. "Adek digigit semut, Opa," jawab Vion--anak pertama Ola--seraya sibuk dengan mainan di tangannya. "Digigit semut? Mana coba Opa liat." Vion langsung meninggalkan mainannya lalu menunjuk paha chubbi Vyora yang memerah. "Tuh li

  • Pesona Kekasih Rahasia Anak Asuh Presdir   136. Dua Kebahagiaan

    Tepuk tangan bersahutan ketika Bumi berhasil memotong pita, tanda dibukanya bengkel baru di Kota Surabaya. Senyum lebar serta ucapan terima kasih dia layangkan. Jabatan tangan bersama pemilik perusahaan otomotif yang bekerjasama dengannya pun terayun erat. Setelah pemotongan pita para tamu yang hadir lantas berkeliling untuk melihat area bengkel. Area bengkel yang luas serta peralatan yang lengkap membuat bengkel ini bisa menampung lebih banyak mobil yang akan diservis. Fasilitas juga ditambah, seperti ruang tunggu yang nyaman juga area play ground. Selain memperkenalkan bengkel baru, mereka juga memperkenalkan tipe mobil keluaran terbaru yang beberapa bulan lalu launching. Banyak promo yang ditawarkan baik dari showroom mau pun bengkel di acara grand opening ini. Ola memilih duduk di sofa lantaran merasa kelelahan. Sejak bangun pagi tadi, sebenarnya dia merasa kurang enak badan. Namun karena ini hari penting bagi Bumi, dia bersikap seolah tidak ada masalah. Sejauh ini dia bisa men

  • Pesona Kekasih Rahasia Anak Asuh Presdir   135. Terlanjur

    Ola meletakkan satu gelas susu hangat di meja kerja Daniel ketika pria tua itu tengah fokus membaca sebuah dokumen. Daniel mengangkat wajah, dan sontak tersenyum sambil mengucapkan terima kasih. Langkah Ola lantas bergerak ke belakang kursi sang papi dan melihat apa yang yang tengah pria itu baca. "Apa nggak sebaiknya papi istirahat aja?" tanya Ola saat tahu apa yang papinya baca itu sebuah proposal pendirian perusahaan baru milik Bumi. "Papi akan istirahat setelah baca proposal milik suamimu ini. Kenapa kamu nggak tidur?" "Sebenarnya aku sudah tidur. Aku tadi haus jadi kebangun. Terus liat ruang kerja papi lampunya masih nyala." Ola menunduk, lantas mengambil alih proposal itu dari tangan Daniel. "Papi minum susu itu terus pergi tidur." Kepalanya menggeleng ketika mulut Daniel terbuka dan terlihat ingin mengambil kembali proposal tersebut. Ola tidak memberi kesempatan papinya untuk protes. Dia tersenyum menang ketika Daniel tampak menyerah. "Oke, papi akan minum susu buatan my

บทอื่นๆ
สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status