"Maaf kami telat!" seru Leon saat melangkah ke arah keluarganya yang sudah berkumpul untuk, makan siang bersama sambil menggandeng Aletta.Mommy Ana yang melihat kedatangan putranya itu tersenyum lembut menyambutnya,"Wajar, pengantin baru. Kalian pasti enggan kan meninggalkan tempat tidur kalian?" tebaknya."Ah, Mommy memang pengertian sekali," kekeh Leon sambil mengecup pipi kanan dan kiri mommy Ana sebelum beralih memeluk daddy Elrick.Aletta pun turut serta mencium pipi kanan dan kiri mommy Ana, lalu memeluk daddy Elrick dan menyapa yang lainnya sebelum duduk di samping Leia."Nah, karena semua sudah berkumpul, kita bisa mulai makan siangnya, silahkan dinikmati!" seru daddy Elrick.Semua anak, menantu, sepupu dan juga keponakannya mulai menikmati hidangan makan siang di restoran mewah itu, yang sengaja daddy Elrick booking khusus untuk acara keluarga mereka saja."jadi, apa kamu mau menetap di Paris atau memboyong Aletta ke sini, Leon?" tanya mommy Ana."Kami belum memutuskan baga
Aletta berpaling menatap Leon yang tengah asik berbincang dengan Axel dan Dritan, kenapa ia tidak merasakan itu semua? Kenapa tidak ada darah di atas sprei mereka? Apa sebenarnya mereka tidak pernah melakukannya?"Apa memang seharusnya aku mengeluarkan darah?" tanya Aletta lirih."Well, memang ada beberapa wanita dengan satu dan lain alasan tidak mengeluarkan darah saat selaput darahnya sobek. Tapi semuanya pasti akan merasakan sakit saat melakukannya untuk pertama kalinya. Seluruh badanmu akan terasa remuk, seperti kamu telah bekerja keras selama satu hari penuh," jawab Leia. Ia memberengut kesal sebelum melanjutkan,"Padahal, Leuis sudah melakukannya dengan sangat lembut. Tapi tetap saja aku merasa sakit juga. Rasanya miliknya itu telah memenuhi milikkku hingga area pribadiku itu terasa penuh dan nyeri. Aku bahkan berusaha mendorong Leuis saking tidak tahan dengan sakitnya. Tapi saat milik Leuis bergerak setelahnya, ajaibnya rasa sakitnya sedikit berkurang, berganti dengan ... Kenik
Malam harinya, diadakan lagi pesta jamuan pernikahan Leon-Aletta, Leia-Leuis. Pesta yang sangat melelahkan, karena dilakukan dua hari berturut-turut tanpa jeda. Dengan alasan banyak rekan bisnis baik dari keluarga Adipramana maupun keluarga Euginius, hingga acara harus dibagi dua sesi.Sementara Aletta yang telah mengetahui kebohongan Leon, sejak pagi tadi sudah mulai sebisa mungkin menghindari pria itu. Namun sepertinya Leon tidak tahan diacuhkan terlalu lama, karena pria itu tiba-tiba saja datang dan langsung menarik tangan Aletta,“Ayo!"“Ayo ke mana?” tanya Aletta sambil menepis kasar tangan Leon.“Ke kamar kita lah, memangnya mau ke mana lagi? Balik ke Paris?"Aletta memutar kedua bola matanya dengan kesal, “Masih banyak tamu undangan Leon … Apa kamu tidak bisa melihatnya?”“Kalau menunggu semua tamu tidak tau diri itu pulang, bisa-bisa tengah malam kita baru masuk kamar!” keluh Leon.Aletta memicingkan kedua matanya, ia tahu betul maksud dan tujuan Leon mengajaknya ke kamar,“A
“Katanya kamu mau menemui wanita-wanitamu? Kenapa tidak jadi?” tanya Aletta dengan nada dongkol.Ia baru saja senang karena pada akhirnya pria itu menjauhinya, tapi kurang dari dua menit kemudian sudah kembali lagi padanya, bahkan dengan tidak sopan menghentikan dansa Aletta dengan Dritan yang baru akan dimulai.“Aku tidak mau Daddy menarik telingaku dari luar hotel sampai ke tempat ini. Jadi aku membatalkannya,” jawab Leon dengan santainya.“Dan untungnya aku kembali. Kalau tidak, mungkin saat ini Dritan sudah merayumu. Kurang dari dua menit aku tinggal kamu sudah berpaling saja pada pria lain,” lanjutnya.“Astaga, Dritan itu sepupumu, dan dia cuma mengajakku dansa saja tadi.”
“Aku senang dengan keluargamu, mereka semua bersikap terbuka padaku, meski aku hanyalah seorang yatim piatu yang hanya tinggal di sebuah panti asuhan,” ucap Aletta saat mereka telah sampai di kamar mereka. awalnya ia mengira akan ada penolakan dari keluarga Leon yang teramat sangat terpandang dari kedua belah pihaknya itu. Tapi ternyata dugaannya itu salah. Dan kini, Aletta merasa malu pada dirinya sendiri karena sempat memiliki pikiran buruk pada keluarga suaminya itu. “Ya, dan jangan kaget nantinya setelah kamu memasuki keluarga yang sangat besar ini, mereka akan menjadi posesif padamu. Katakan saja siapa yang menyakitimu, maka mereka semua akan turut turun tangan untuk membantumu,” kekeh Leon. Tangan Aletta yang tengah melepaskan jepit rambutnya terhenti di udara. Ia menatap pantulan dirinya sendiri di depan cermin dengan sendu, “Selama ini tidak ada orang tua yang membelaku, selain dari Suster Mary yang selalu mendatangi sekolahku tiap kali ada anak yang membullyku. Itu makany
“Kenapa tidur di sini? Tempatmu di sofa!” sungut Aletta sambil mendorong Leon yang baru saja merebahkan dirinya di sisi lain tempat tidur dengan kedua kakinya. “Berbaik hatilah Kurcaci! Tidak mungkin seorang Adipramana tidur di sofa, sementara istrinya enak-enakan tidur di ranjang!” keluh Leon. Pria itu mengumpat kesal saat Aletta berhasik mendorongnya hingga terjatuh ke lantai, meski dengan secepat kilat mampu berdiri kembali sambil melotot galak pada Aletta, “Astaga! Kenapa Kurcaci sepertimu memiliki tenaga yang kuat seperti itu?” “Aku akan mengeluarkan seluruh tenagaku, kalau kamu masih saja mencoba untuk tidur di kasur ini!” ancam Aletta. “Kita telah sah menjadi suami istri, kenapa malah melarangku tidur di samping istriku sendiri?” “Istri kontrak! Jangan pernah kamu lupakan itu!” “Aku hanya mau tidur saja, Letta. Aku janji tidak akan menyentuhmu! Lagipula, Kurcacai sepertimu tidak akan mampu membangkitkan gairahku!” sungut Leon. “Kita tidak akan berakhir menikah seperti in
“Letta! Apa kamu tidur di dalam?” teriak Leon sambil menggedur pintu kamar mandi. Sudah lebih dari dua jam Aletta berada di dalam kamar mandi itu, entah apa yang dilakukannya di dalam sana. “Bisa sabar tidak sih?” keluh Aletta sambil membuka pintu itu. “Sudah dua jam dan aku diminta untuk bersabar? Aku memang sabar, tapi tidak dengan keluargaku yang telah menunggu kita untuk makan siang bersama!” “Astaga aku lupa! Kenapa kamu tidak bilang dari tadi?” Aletta mendorong kasar Leon yang menghalangi satu-satunya jalan keluar, dan pria itu tidak bergeming sama sekali, “Minggir! Aku harus buru-buru ganti pakaian, kita sudah teramat sangat telat!” hardiknya. “Dan siapa yang telah membuat kita telat? Aku? Bukan, kamu yang terlalu lama membuang waktumu di dalam sana. Apa yang kamu lakukan? Memuaskan dirimu sendiri?” cecar Leon tidak kalah sewotnya dengan Aletta. Ia masih merasa dongkol pada istrinya itu akibat dari perbuatannya, yang telah membuat adik kecilnya ngilu setengah mati semalam
Giethoorn merupakan Venesianya Belanda. Desa air dengan ribuan kanal, yang menjadi salah satu destinasi wisatawan mancanegara, terutama di saat musim semi seperti saat ini, dimana udara tidak terlalu dingin tapi juga tidak panas, dan semakin diperindah dengan warna-warni bunga yang mulai bermekaran.“Aku seperti kembali ke Venice,” gumam Aletta dan Leia mendengarnya.“Sesuai dengan julukannya, Sayang. Hollandse Venetië, Venesianya Belanda. Orang Belanda sendiri menyebutnya dengan sebutan Venetië van Het Noorden, atau dalam bahasa Inggrisnya Venice of The North,” jelas Leia.Bedanya Desa Giethoorn ini dengan Venice adalah keramaiannya. Desa ini tidak seramai Venice, jadi sangat cocok di datangi untuk orang-orang yang ingin menenangkan dirinya, atau menghilangkan penat dari tumpuka