Mayumi masih merasa gugup setelah Frans membawanya pulang ke rumah. Meski tidak sampai satu hari full, tapi jujur saja Mayumi sangat senang. Ia tahu kalau kondisi ibunya memang baik-baik saja.“Eum, terima kasih sudah membawaku pulang,” kata Mayumi sambil tersenyum kaku.Frans hanya berdehem tanpa menoleh.“Ngomong-ngomong, dari mana Tuan Frans tahu rumahku?”Frans terdiam dan menoleh sekejap. Ia kembali menatap jalanan yang lurus dan tersenyum miring. Meski tidak begitu jelas, tapi Mayumi tahu itu sebuah seringaian.“Sudah aku katakan, bukan, kalau aku bisa tahu semua tentangmu?”Mayumi melipat kedua bibir membentuk garis lurus. Dia tidak mau berpikir terlalu jauh, tapi memang Frans selalu tahu tentangnya. Bahkan semenjak pertama kali pernah bertemu waktu itu.Mayumi ingin bertanya lagi, tapi ragu. Ia sadar posisi di sini yang hanya sebatas pelayan saja. Namun, saat melihat wajah Frans dalam-dalam, sepertinya pria itu menyimpan banyak cerita.“Kamu merasa betah bekerja dengan
Mayumi tidak mau Frans kembali memanggilnya dengan suara lantang seperti waktu itu. Dia dengan cepat berlari menuju lantai atas untuk mengantar belanjaan milik Tuannya itu. Sampai di atas dan masih jauh dengan pintu kamar Frans, Mayumi kembali bertemu dengan Drako. Mayumi tersenyum dan menganggukkan kepala seperti biasanya.“Sepertinya kamu sangat sibuk?” tanya Drako. Ia berjalan lebih dekat.Mayumi tidak mungkin menghindar, karena itu tidak sopan. Meski Frans melarangnya untuk dekat dengan orang di rumah lain selain dirinya, tapi bagi Mayumi mereka semua tetap,bos di rumah ini yang harus dihormati.“Tidak juga, Tuan.” Mayumi tersenyum tipis.“Sebaiknya kamu istirahat kalau lelah. Frans memang orangnya suka memaksa.”Benar sekali apa yang dikatakan Drako. Mayumi sangat setuju dengan kalimat itu. Frans bahkan tidak pernah berpikir apakah Mayumi kelelahan atau tidak. Pria itu hanya selalu memaksa untuk dilayani tanpa ada jeda sedikit pun.“Terima kasih sudah memperhatikanku, Tu
Drako menghampiri Grace yang sedang duduk sendirian di gazebo dekat kolam renang. Saat ini sudah pukul sekitar Sembilan malam, Sebagian penghuni rumah sudah lelap dalam tidurnya. Sampai di belakang Grace, Drako langsung berdehem membuang Grace menoleh.“Drako?” celetuknya. “Sedang apa di sini?”Drako menghela napas lalu ikut duduk. “Harusnya aku yang tanya, sedang apa kamu di sini?”Grace tersenyum sambil menyelipkan anak rambut ke belakang telinga. “Aku masih belum mengantuk.”Grace duduk memangku bantal putih, menghadap ke arah kolam. Ia melihat kelap-kelip pantulan lampu di atas air yang tenang itu. Terkadang sedikit bergelombang Ketika beberapa daun kemboja berjatuhan.“Apa kamu tahu siapa kekasih Frans?” tanya Grace.Drako tertawa getir. “Kamu tahu kalau aku tidak dekat dengan Frans setelah kepergian Rose, kan? Aku bahkan hampir tidak pernah bicara dengannya sekarang.”Rose, mengingat nama itu rasanya ingin sekali Grace menampar Frans. Dia Wanita yang sangat dicintai Fran
Ini kedua kalinya Mayumi tidur di kamar majikannya. Semalam Mayumi terlalau mengantuk dan lelah, ia sampai tidak tahu kalau saat ini sedang berbaring di atas ranjang yang lebih luas dan empuk.“Apakah ini sudah pagi?” gumam Mayumi sambil mengeliatkan badan. Ia menguap lalu mengerjap-kerjapkan matanya yang sayu.Tunggu dulu!Seketika Mayumi terduduk dan melongo tanpa berkedip. Mayumi menoleh ke kana dan ke kiri dan ia tersadar kalau sedang berada di kamar seseorang.“LAGI?” decak Mayumi sambil menepuk jidatnya sendiri.Mayumi melompat turun dari atas ranjang. Ia kembali menyapu pandangan dan si pemilik kamar sepertinya sedang tidak ada. Mayumi tidak peduli. Intinya saat ini Mayumi langsung menata ranjang hingga terlihat rapi lalu berencana ke luar dengan segera.“Aku masih memakai pakaianku, itu artinya semalam aku hanya tidur,” gumam Mayumi.Mayumi melipat selimut dan menarik setiap ujung seprei hingga rapi.“Bisa-bisanya aku kepikiran yang aneh-aneh!” decak Mayumi. “Aku hanya
Bukan kemauan Frans jika harus mengantar Grace pulang. Ayah dan ibu yang menyuruh Frans karena satu arah. Frans sudah menolak, tapi tatapan ayahnya tidak jauh berbeda dengan saat ingin menembak waktu itu.“Di mana Mayumi?” tanya Frans sesampainya di halaman rumah.Grace yang sudah membuka pintu mobil, urung untuk masuk. “Siapa Mayumi?”Frans tidak menghiraukan kalimat Grace melainkan berdecak dan menyelonong lagi masuk ke dalam rumah.“Kenapa masuk lagi ke dalam?” desah Grace. “Dan siapa Mayumi? Kekasihnya? Mana mungkin.”Sampai di ruang tamu, Frans bertemu dengan ayah dan ibunya yang akan pergi bersama.“Ada apa Frans? Di mana Grace?” tanya Sarah.“Di mana Mayumi?” Frans malah balik bertanya.Belum sempat dijawab, Frans sudah menerobos masuk hingga kedua orang tuanya bergeser. Frans berteriak memanggil nama Mayumi hingga suaranya bergema ke seluruh ruangan.“Mayumi! Di mana kamu!”Sarah dan Jeff saling tatap dan kemudian sama-sama angkat bahu. “Putramu semakin gila!” cepl
Frans membawa Mayumi ke sebuah gedung perkantoran. Ketika Frans sudah turun lebih dulu, Mayumi malah masih duduk bersandar di dalam sana. Frans yang menyadari kalau pelayannya tidak ikut turun, langsung berdecak dan mengetok-ketok kaca mobil. Saat itu juga Mayumi mengangkat wajah.Dari dalam, Mayumi membuka mulutnya sepeti berkata sesuatu, tapi Frans tidak mendengar dengan jelas.“Turun!” seru Frans masih sambil mengetuk-ngetuk kaca.Mayumi akhirnya menurunkan kaca mobil dan menyembulkan kepalanya ke luar. “Kenapa, Tuan?”Tuk!Frans membungkuk lalu mengetuk kening Mayumi. “Kenapa kamu masih berdiam diri di dalam mobil?”Kening Mayumi berkerut dan satu tangannya mengusap bagian keningnya yang kena ketuk siku jari Frans. “Memang aku harus apa, Tuan?”“Tentu saja ikut turun.”Mayumi spontan toleh ke sana-kemari menyapu pandangan, “Tapi ….”“Tidak ada tapi-tapian dan segera turun!” Frans membuka pintu mobil meminta Mayumi agar segera turun.Mayumi berdecak lirih kemudian menundu
Di dalam perjalanan pulang Mayumi tengah asyik menggeleng-gelengkan kepala mendengarkan music yang Frans putar di mobilnya. Mayumi terlalu menikmati alunannya sampai tidak menyadari kalau beberapa kali Frans meliriknya sambil menaikkan satu ujung bibirnya. Ketika bibirnya mulai bergerak-gerak menirukan lirik yang berbunyi, tiba-tiba music terhenti. Mayumi menoleh dengan tatapan terkejut. Namun, saat tidak ada reaksi dari Frans, Mayumi langsung menelan ludah dan kembali meluruskan pandangan.Mayumi duduk sambil memilin-milin jemarinya. Ia tampaknya menyadari kalau sedari tadi sudah dipantau oleh majikannya.“Apa kamu akan bertingkah seperti itu setiap kali mendengarkan music?” tanya Frans.Mayumi menggigit bibirnya dan tidak berani menoleh. “Maaf.”Frans tidak bicara lagi melainkan tetap focus menyetir. Dalam situasi seperti ini, Mayumi kembali memikirkan apa yang sudah ia lihat selama tinggal di rumah besar keluarga Velton. Ada banyak hal yang sepertinya jauh dari kata kejujuran.
Di dapur Mayumi sedang membuatkan kopi untuk Frans. Dari arah belakang, ada seseorang yang sedang tersenyum melihatnya. “Apa itu untuk kekasihmu?” “Ha?” Spontan Mayumi menoleh. Di belakangnya berdiri Pete sambil membawa botol minuman kosong berwarna biru. “Tuan. Pete? Sedang apa di sini?” Pete melenggak ke arah meja di mana ada sekeranjang buah dan poci berisi air putih. Ia mengangkat botol minumannya ke arah Mayumi. “Aku tidak bisa kalau tidak sedia air putih di kamar. Alu bisa kehausan sepanjang malam.,” ujarnya. “Ngomong-ngomong, apa Frans sudah menyatakan cinta?” tanya Pete. Mayumi yang sedang mengaduk kopi, mengerutkan dahi. “Apa maksud, Tuan?” Pete tersenyum saat air dalam poci itu mulai mengalir masuk ke dalam botol minumannya. “Aku sangat tahu seperti apa Frans itu. Lihat saja besok, mungkin dia akan menyatakan cinta.” Setelah berbicara itu, Pete langsung pergi. Tepatnya setelah botolnya sudah penuh. Mayumi yang tidak mengerti sama sekali hanya mengecap bibir lalu ang