Di dapur Mayumi sedang membuatkan kopi untuk Frans. Dari arah belakang, ada seseorang yang sedang tersenyum melihatnya. “Apa itu untuk kekasihmu?” “Ha?” Spontan Mayumi menoleh. Di belakangnya berdiri Pete sambil membawa botol minuman kosong berwarna biru. “Tuan. Pete? Sedang apa di sini?” Pete melenggak ke arah meja di mana ada sekeranjang buah dan poci berisi air putih. Ia mengangkat botol minumannya ke arah Mayumi. “Aku tidak bisa kalau tidak sedia air putih di kamar. Alu bisa kehausan sepanjang malam.,” ujarnya. “Ngomong-ngomong, apa Frans sudah menyatakan cinta?” tanya Pete. Mayumi yang sedang mengaduk kopi, mengerutkan dahi. “Apa maksud, Tuan?” Pete tersenyum saat air dalam poci itu mulai mengalir masuk ke dalam botol minumannya. “Aku sangat tahu seperti apa Frans itu. Lihat saja besok, mungkin dia akan menyatakan cinta.” Setelah berbicara itu, Pete langsung pergi. Tepatnya setelah botolnya sudah penuh. Mayumi yang tidak mengerti sama sekali hanya mengecap bibir lalu ang
Ketika Mayumi sudah menegakkan badan dan ingin berbalik, pria di atas ranjang meracau. Kedua mata tertutup, tapi mulutnya terdengar mengoceh. Mayumi yang kaget langsung memastikan lagi.“Dia itu kenapa, sih? Kenapa harus mabuk segala?” gumam Mayumi yang kini sudah berdiri di samping. Mayumi mencondongkan badan dan mulai melepas kancing kemeja bagian atas.Mayumi menatap wajah yang terlelap itu dalam-dalam. Sangat tampan memang, tapi terkadang sangat mengerikan. Mayumi tidak bisa mengelak kalau ia mengagumi wajah tampan itu, dan ciuman waktu itu, bahkan Mayumi terus saja mengingatnya.“Dasar Wanita sialan!” racau Frans tiba-tiba.Mayumi yang masih mencondongkan badan seketika membelalak dan tertegun beberapa detik.“Siapa yang dia maksud?” celetuk Mayumi. “Bukan aku kan?”“Bagus kalau kamu pergi jauh! Mati saja sekalian!”Mayumi semakin membelalak dan ternganga. Racauan Frans terdengar mengerikan dan membuat Mayumi bergidik ngeri. Saat Mayumi hendak mundur, dengan cepat tanganny
Hari ini rumah tampak ramai kedatangan tukang dekorasi. Ada sekitar sepuluh orang yang datang menghias rumah ini untuk acara besok malam. Semua pelayan juga ikut membantu, tapi sekali lagi tidak dengan Mayumi. Dia dipaksa Frans untuk mengekor lagi ke mana hendak pergi. Mayumi yang sudah memakai baju pelayan harus berbalik lagi ke kamarnya berganti pakaian.Di halaman, tepatnya di dalam mobil, Frans sudah duduk menunggu.Tok! Tok! Tok!Jeff mengetuk pintu kaca mobil. Ia membungkuk hingga kaca itu perlahan turun dan wajah Frans terlihat. “Ada apa?” tanya Frans malas.“Kamu mau ke mana?”“Tentu saja ke luar. Rumah sangat ramai, aku malas.”“Kamu akan menemui Grace kan? Datang bersamanya besok.”Frans membuang napas kasar. “Cukup, Ayah! Tidak usah memaksaku untuk menjalin hubungan dengan dia. Aku sudah dewawa, aku bisa memilih pasanganku sendiri.”Frans menutup kaca mobilnya sebelum Jeff sempat bicara. Jeff meraup wajahnya kemudian mundur menjauh. Sejujurnya ia terlalu berharap
Selesai menghabiskan sarapannya, Mayumi menyusul Tuannya di lantai atas. Mayumi memang cukup heran karena para pelayan menyambutnya seperti Nyonya saja di sini, tapi Mayumi tidak mau terlalu berpikir jauh. Sampai di depan kamar Frans, Mayumi mengetuk lebih dulu seperti biasanya sebelum masuk. Frans tidak membukakan pintu melainkan menyahut dari dalam sana.Masumi menekan knop pintu ke bawah dan pintu pun terbuka. Saat Mayumi masuk, Frans terlihat sedang berdiri di depan lemari. Ia ke luarkan semua isinya dan sudah menumpuk di atas lantai.“Tuan, kenapa pakaiannya dikeluarkan?” tanya Mayumi.“Dari pada kamu bertanya lebih baik membantuku memasukkan baju-baju itu ke dalam kardus.”Pandangan Mayumi menoleh mengikuti ke mana arah mata Frans mengarah. Di sana, tepatnya di samping meja sofa, ada satu kardus berukuran besar.“Ambil dan bawa ke sini”Mayumi menurut saja. Ia angkat kardus itu lalu ia letakkan di samping baju-baju yang sudah berserakan di atas lantai. Mayumi masih bingun
Selama di rumah besar ini, suasana hati Mayumi jadi tidak nyaman. Dia terus saja membayangkan saat-saat di mana Frans bercinta dengan para wanitanya. Frans sangat tampan, sudah pasti memiliki banyak mantan dalam hidupnya. Mayumi sudah beberapa kali berdecak dan itu membuatnya semakin merasa kesal. Dia bersikap tenang, tapi tetap saja otaknya tidak mau diajak bekerja sama. Di sini hal itu memang lumrah, tapi tetap saja Mayumi merasa tidak ikhlas. Why? Mungkin saja Mayumi merasa minder dengan dirinya.“Apa aku benar-benar sudah mencintainya?” gumam Mayumi.Ketika kemarin melihat Grace masuk ke dalam kamar Frans, hati Mayumi sungguh terasa sakit. Ada rasa kesal dan tidak terima, apa lagi melihat bagaimana watak Grace yang sangat judes dan semaunya. Tidak berbeda jauh dengan kekasih Drako yang bernama Jessy. Wanita bernama Jessy bahkan bukan wanita baik-baik.“Aaih! Kupikir tidak ada orang baik di dalam rumah itu!” decak Mayumi sambil menjitak kepalanya sendiri. “Mereka semua memiliki
Tamu sudah mulai berdatangan menghadiri pesta. Mereka yang hadir hampir semua datang bersama pasangannya masing-masing. Tentu saja, karena mereka lebih banyak dari kalangan sahabat dan teman bisnis Tuan Jeff dan Nona Sarah. Ada beberapa anak muda yang tidak lain para karyawan kantor. Jika sudah hadir semua, kemungkinan ada sekitar tiga ratus tamu yang datang. Rumah mewah ini kini begitu terlihat sangat ramai dan mulai sesak. Untungnya rumah begitu luas dan masih mudah untuk berhalu lalang, karena memang pusat pesat ada pada dua ruangan. Mulai dari ruangan tengah hingga terbuka lebar sampai ke ruang taman belakang.Kursi dan meja sudah tertata dengan rapi, menu makanan juga sudah tersaji di meja Panjang beserta beberapa pilihan minuman dan di meja dekat tempat utama, sebuah roti besar bertengger di atasnya. Roti besar yang sudah dihias secantik mungkin dengan tulisan Happy Anniversary yang ke 45 tahun.Tuan dan Nyonya besar belum muncul, mereka masih bersiap-siap di kamarnya. Lalu, p
Mayumi kembali sambil membawa nampan dengan gelas berkaki berisi minuman. Dia membawanya pada tamu yang sampai saat ini masih mengobrol dengan tuan rumah. Sementara Grace dan Frans, Mayumi tidak melihatnya. Mungkin mereka sedang menghabiskan waktu berdua di tempat lain, begitu pikir Mayumi.“Menurutmu apa Frans dan Grace akan menikah?” tanya Jessy yang masih duduk bersama Drako.“Aku tidak tahu.”“Sepertinya Frans memang tidak mencintai Grace sama sekali,” ucap Jessy lagi. “Aku rasa Frans masih belum bisa melupakan Rose.”Drako masih mencoba untuk tidak peduli dengan kalimat itu. Tidak jauh di sampingnya, Rachel ikut bicara. Wanita itu meneguk lebih dulu minumannya.“Cinta pertama memang terkadang sangat sulit untuk dilupakan.”“Benar juga,” sahut Jessy. “Rose itu cinta pertama Frans, tapi malan Rose lebih mencintai kamu.” Tatapan Jessy kini mengarah pada Drako yang masih terdiam acuh.“Kamu sedang tidak berniat berselingkuh dari Jessy kan?” tanya Rachel dengan nada menyelidik.
Mayumi merentangkan kedua tangannya sambil menguap. Dia kemudian mengerjap-ngerjapkan kedua matanya sebelum akhirnya membelalak dan spontan terduduk.“Astaga!” dengan cepat Mayumi kembali menarik selimut untuk menutupi tubuhnya yang ternyata polos tidak berpakaian.“Apa yang sudah terjadi?” pekik Mayumi kemudian. Mayumi menyapu mengangkat selimut dan menundukkan kepala masuk ke dalam selimut. Benar, dirinya tidak memakai apa pun sekarang.“Semalam ….” Mayumi terbengong seraya mencoba mengingat-ingat kejadian semalam.“Kamu sudah bangun?”Mayumi kembali terperanjat mendengar suara dari arah kamar mandi. Frans muncul dari dalam sana hanya mengenakan handuk yang melingkar pada pinggangnya seperti biasa. Mayumi sudah tidak terlalu kaget, tapi saat ini kondisinya sedang berbeda. Di sini, di atas ranjang Mayumi hanya tertutup selimut.“Tu-Tuan ….”Frans melempar handuk satunya ke arah keranjang yang ada di dekat pintu kamar mandi. “Tidak usah khawatir. Semalam, Emely yang membantu ka