Home / Romansa / Pesona Pembantu Tuan David / 7. Gara-Gara Ketiduran

Share

7. Gara-Gara Ketiduran

Author: Rizu Key
last update Last Updated: 2024-04-26 13:10:52

Perlahan David mendekati gadis yang dia yakini sebagai pembantu barunya. David mengamati tubuh ramping Lila. Jika dia pria jahat, pastilah David akan menyerang gadis tanpa pertahanan diri itu dengan mudah. Namun David bukanlah orang tak bermoral. Pria itu bahkan tak menyukai kehadiran orang lain di sekitarnya kecuali hanya orang-orang yang dia percaya saja.

Pria itu memilih segera membersihkan diri. Dia berendam ke dalam bathtub dengan air hangat. Seolah tak peduli ada seorang gadis di luar sana. Dia hanya ingin menenangkan diri setelah suasana hatinya buruk karena harus berhadapan dengan perusahaan rekanan yang bermasalah.

Sementara itu, Lila mulai terbangun. Gadis itu membuka perlahan kedua matanya dan dia mulai menegakkan badannya. Tak lupa dia melakukan peregangan pada otot-ototnya yang tegang. Dengan mata menyipit, Lila mendongak memeriksa jam dinding.

Kedua matanya langsung membulat saat mengetahui jam sudah menunjukkan pukul empat lebih.

"Ya ampun ... Aku harus beresin ini dan segera pulang!" serunya beranjak dari tempatnya berbaring.

Cepat-cepat Lila membawa masuk pakaian sang majikan ke dalam kamar bernuansa abu-abu itu. Dia segera membuka lemari besar dan menata pakaian dengan rapi.

Cklek

Pintu kamar mandi perlahan terbuka. Lila yang baru saja menutup lemari menoleh. Kini seorang pria tampan dengan tubuh tegap berototnya keluar dari sana. Dia baru saja selesai mandi. Hal ini tampak jelas dari tubuhnya yang tampak basah serta rambut basahnya yang jatuh terlihat seksi.

Lila diam membatu di tempatnya. Baru kali ini dia melihat pahatan sempurna dari tubuh seorang pria. Bahkan saat menghabiskan malam pertama bersama Erik pun dia tak mengamati bagaimana tubuh mantan suaminya itu.

"Ka-kamu siapa?" tanya Lila takut.

David menatap dingin gadis yang berdiri tak jauh dari tempatnya. Lila begitu takut saat melihat dirinya keluar. Seolah tak peduli, pria itu melangkah keluar menuju ke lemari pakaiannya.

Saat pria tampan itu mendekat, Lila baru menyadari jika mereka pernah bertemu sebelumnya. Tak salah lagi, pria itu merupakan pria dingin yang dia tabrak tempo hari.

"Aku pemilik apartemen ini," jawab David dingin.

Suasana tiba-tiba menjadi tegang saat David berdiri tegap di samping Lila untuk mengambil pakaian. Pria itu pun menatap pembantunya yang terdiam. Harapan untuk tidak bertemu dengan sang pria dingin tidak dikabulkan oleh Tuhan. Justru pria itu yang memberinya pekerjaan.

Sementara Lila dapat mencium aroma maskulin segar dari tubuh sang majikan. Lila telah salah menduga. Majikannya bukanlah pria tua, melainkan pria muda yang bertubuh kekar dan berwajah tampan.

"Ah, emmm. Maaf, saya tidak tahu kalau Anda adalah Pak Davidson," cicit gadis itu sembari menunduk malu.

David melipat kedua tangannya di depan dada. "Kamu Lilara? Pembantu baru di apartemenku?" tanya pria itu dengan tatapan tajam tertuju pada gadis yang delapan tahun lebih muda darinya.

"I-iya, Tu-Tuan ...." jawab Lila terbata.

David masih dalam mode dinginnya. "Kamu pasti paham peraturannya. Sekarang sudah jam berapa?" Saat bertanya, suara David terdengar dalam dan berat. Bulu kuduk Lila bahkan meremang saat mendengar suara bariton yang menurutnya unik.

Gadis itu mengangguk, "Iya. Saya seharusnya pulang jam tiga," cicitnya tanpa berani menatap balik pada wajah sang majikan.

"Lalu kenapa kamu tidur di apartemenku? Apakah kamu sering lalai dalam bekerja?" tuduh David.

Lila spontan menegakkan kepalanya sembari menggeleng cepat. "Tidak, Tuan. Saya tidak pernah lalai. Maafkan saya. Tapi baru hari ini saya ketiduran. Saya pikir saya bisa tidur hanya sepuluh menit saja, tapi ternyata saya terlalu lama," akunya mencoba menjelaskan dengan jujur.

Tatapan tajam David kini tertuju pada kedua bola mata bening Lila. Gadis itu pun terdiam. Baru kali ini dia berhadapan dengan orang yang memiliki aura dingin seolah ingin memakan seluruh jiwanya.

'Apakah aku akan dipecat?' batinnya takut. Jika dia dipecat, maka dia harus mencari pekerjaan lain lagi dan itu tidaklah mudah.

Lila harus mencari alasan masuk akal agar dia tidak dipecat di hari ketujuh dirinya bekerja. Namun lidahnya kelu saat melihat tatapan tajam itu ditujukan langsung padanya.

"Saya –"

"Kamu tidak kompeten." David memotong ucapan Lila.

"Maaf ... Tapi pekerjaan saya sudah selesai semuanya. Saya hanya ... Saya hanya kelelahan di hari ini saja," cicit Lila memberanikan diri untuk membantah ucapan sang majikan.

David terdiam.

"Saya janji saya tidak akan mengulangi kesalahan saya lagi."

"Aku tidak butuh janji!"

Lila benar-benar merasa ngeri dengan sikap dingin sang majikan yang berbeda dengan Farhan.

"Maaf ...."

"Sekarang pulanglah! Aku akan memberimu satu kesempatan lagi. Yang penting pekerjaanmu selesai dengan sempurna!"

"Terima kasih, Tuan." Lila bernapas lega.

Seperti tebakan Lila, majikannya itu merupakan seseorang yang perfeksionis. Tapi setidaknya Davidson masih mempertahankannya sebagai pembantu di sana.

"Sekarang juga keluarlah dari kamarku!" Pria itu mengusir Lila dengan tatapan dingin.

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pesona Pembantu Tuan David   190. Akhirnya ... [Tamat]

    Setelah mengetahui siapa yang membuat masalah dengannya, David tentu saja tak tinggal diam. Pria itu memanggil Tristan, orang yang pernah merebut mantan kekasihnya dulu dan berhasil menghancurkan rencana pernikahannya. Dia sendiri mengenal Tristan sebagai anak seorang pemilik perusahaan yang cukup terkenal.Setelah membuat jadwal dan undangan, akhirnya David bisa menemui Tristan. David segera pergi ke Singapura. Dua orang yang sudah lama tak berjumpa itu pun kembali saling berhadapan dengan atmosfer yang penuh dengan ketegangan."Jadi, apa maksud dari semua ini, Pak Tristan?" David langsung memberikan pertanyaan inti meski masih tetap mencoba bersikap sopan pada pria di hadapannya.Tristan melihat laporan yang ditunjukkan asisten kepercayaan David padanya. Kedua alisnya pun saling bertaut. "Saha memang tidak menyukai Anda, Pak David. Tapi saya tidak punya waktu untuk melakukan tindakan kotor seperti ini." Tristan mulai berkilah."Mohon jangan berkilah, Pak Tristan," tekan David menco

  • Pesona Pembantu Tuan David   189. Vito Tertangkap

    Lila menaikkan kedua alisnya. "Aku nggak bentak Mas David ....""Tapi terdengar begitu. Kenapa kamu menyuruhku mandi? Padahal aku capek, Sayang. Aku hanya ingin bermanja - manja denganmu dulu," ujar David dengan ekspresi sedihnya yang berubah menjadi kesal.Lila menatap heran suaminya yang salah sangka. Melihat pertengkaran kecil tersebut, Shiro memilih pergi. Sementara Lila masih menatap suaminya. Dia merasa takut jika David kembali bersikap kasar dan dingin seperti saat mereka masih menikah kontrak."Maaf ...." David menunduk. Pria itu merasa bersalah. Dia pun memeluk sang istri."Aku seharusnya tidak bersikap seperti ini. Maafkan aku, Sayang ...." sesalnya sembari mencium kening Lila dan memeluk lembut wanitanya itu.Lila menghela napas. Sepertinya memang David terlalu banyak pikiran. Wajar saja. Pria itu bekerja tanpa henti. Apa lagi David semakin sibuk selain ikut mengurus anak pertama mereka. Sebelumnya juga dia sering menghadapi masalah dan mungkin saja David sudah jengah."Aku

  • Pesona Pembantu Tuan David   188. Mencari Pelaku yang Kabur

    Keheningan itu membuat Farhan merasa tidak nyaman. Sang bos belum memberikan respon apa pun atas pengakuannya kerena teledor. Perlahan pria itu mendongak, memberanikan diri untuk menatap dan menghadapi sang atasan.David ternyata diam sembari menatap lurus ke arahnya. Ketegangan semakin bertambah saat kedua mata Farhan bertemu dengan iris kecokelatan Davidson."Kalau kamu memang merasa bersalah dan bertanggung jawab soal masalah ini, maka cari dan tangkap karyawan itu! Kamu harus menyerahkannya padaku dan cari tahu alasannya serta pada siapa dia 'menjual' rahasia perusahaan!" David berujar tegas dan dingin saat memberikan perintah.Farhan menelan ludahnya. Sudah lama sekali dia tak diperlakukan sedingin ini oleh sang bos. Namun dia harus tetap patuh."Baik, Pak.""Aku tidak akan memecatmu. Karena bagaimana pun juga kamu telah membantuku agar aku bisa tiba di rumah sakit tepat waktu," imbuh David sembari menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi kerja.Farhan lagi - lagi terkejut at

  • Pesona Pembantu Tuan David   187. Keteledoran Farhan

    Penyelidikan segera dilaksanakan. David memerintahkan anak buahnya terlebih dahulu sebelum melibatkan pihak luar. Apa lagi ini merupakan masalah internal yang memang harus diatasi oleh perusahaan.Di dalam perusahaan yang terlihat baik - baik saja dari luar, para petingginya sedang mencoba membereskan masalah yang ada. David bersama Farhan kini sedang memeriksa beberapa data yang sudah terlanjur tersebar dan sedang mencoba menghentikannya.Farhan sendiri sudah mendapatkan rekaman CCTV yang dia butuhkan. Kini pria itu memeriksa rekaman yang ada. Beberapa video dari beberapa sudut telah dia periksa. Namun tak ada yang mencurigakan. Hingga dia menemukan video di mana saat dirinya sebelum mengantarkan sang bos menuju ke rumah sakit untuk mendampingi sang istri yang melahirkan."I-ini ...." Farhan bergumam sembari membetulkan kacamatanya.Kedua alis pria itu saling bertaut. Kini memorinya tertuju pada saat dia menyerahkan hasil rapat pada salah satu karyawan pria yang dia mintai tolong unt

  • Pesona Pembantu Tuan David   186. Masalah di Perusahaan

    Farhan menarik napas sebelum menjawab. "Maaf, Pak David. Tapi data itu telah bocor."David membulatkan kedua matanya. "Apa?! Bagaimana bisa?" tanya pria itu dengan ekspresi kaget dan tak percaya.Lila pun mendongak menatap heran ke arah suaminya. Terlihat jelas bahwa David sedang terkejut."Maaf, Pak David. Saya dan juga Cindy sedang menyelidikinya. Kami sedang mencari tahu bagaimana data itu sampai bocor," jawab Farhan terdengar ketakutan.David menghela napas kasar. Pria itu kemudian duduk di samping sang istri, tepatnya pada salah satu sisi tempat tidur. Tangan kanannya menggenggam ponsel, sementara tangan kirinya menyugar rambutnya."Kalau begitu teruslah selidiki. Aku akan segera ke kantor," ucap David kemudian sembari menutup panggilan telepon.Pria itu kini menunduk. Lila yang merasa khawatir segera mendekati suaminya dan meraih lengan kekar pria itu dengan lembut."Mas ... Ada apa?" tanya wanita itu khawatir. Melihat dari respon suaminya, dia menduga adanya masalah yang sedang

  • Pesona Pembantu Tuan David   185. Mengganggu Cuti

    Malam itu suhu cukup panas. Bayi mungil David dan Lila mulai rewel karena kegerahan. Beruntung sang ayah dengan sigap menyetel suhu dalam ruangan tersebut agar putranya kembali nyaman."Ternyata dia merasa kegerahan juga," ucap David yang kini berjalan mendekati istri dan anaknya."Iya, Mas. Sekarang cukup sejuk," sahut Lila.Bayi mungilnya masih menangis. Lalu segera saja Lila memberikan ASI padanya. Dan ternyata tak hanya kegerahan saja, bayi kecil itu juga meredakan haus dan lapar."Ternyata lapar juga Adek, ya?" Lila bertanya dengan lembut seolah sedang bertanya langsung pada putranya.David duduk di samping Lila yang sedang menyusui putranya. Tatapan pria itu tertuju pada payudara Lila yang terlihat padat dan berisi. Kini dia menelan ludahnya seolah ikut merasakan kehausan."Kenapa lihatinnya kaya gitu, Mas?" tanya Lila menatap curiga pada suaminya.David tersenyum penuh arti. Pria itu kemudian beralih menatap wajah cantik istrinya."Aku hanya penasaran bagaimana rasanya," gumam

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status