Share

Tekanan

last update Terakhir Diperbarui: 2025-12-11 20:14:11

“Siapa dia, Danira?” Ibu Danira bertanya karena melihat anaknya jadi lebih pendiam setelah dia berada di dalam taksi.

“Bukan siapa-siapa, Ma. Dia memang teman sekolahku dulu,” jawab Danira, tapi dari perkataannya jelas terdengar dia sangat kecewa.

“Benarkah? Mama nggak yakin kalau dia hanya teman biasa saja. Sebaiknya kau pikirkan lagi, Kamu tahu kan kondisi keluarga kita seperti apa? Lebih baik kamu segera cari solusi agar aku nggak bolak-balik masuk rumah sakit,” ucap ibu Danira terdengar pelan, namun jelas itu tekanan tanpa sadar.

“Kenapa semua harus aku sih, Mah? Anak Mama kan nggak cuman aku. Masih ada Roni dan dia nggak pernah Mama bebankan hal seperti itu,” jawaban ketidakpuasan benar-benar mengalir begitu saja dari mulut Danira.

Mungkin saja dia juga sudah lelah dengan kondisi keluarganya atau tekanan yang diberikan oleh ibunya benar-benar membuat Danira sesak.

“Jangan samakan kamu sama Roni, dia itu adik laki-laki kamu. Kamu yang harus bisa melindungi keluarga kita. Apalagi
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Pesona Perawat Papa    Tidak Keberatan

    “Apa maksudmu, hah? Aku tidak mengerti!” Danira kembali memalingkan wajah dan tidak berani menatap Bimo secara langsung.“Kau, apakah sudah tidak memiliki perasaan apapun padaku?” Tatapan Bimo semakin dalam dan sulit dilukiskan. Dia seperti melupakan Santi saat berhadapan dengan Danira. Yang terlintas sekarang hanya masa lalu yang belum sempat Bimo reguk kenikmatannya.“Bimo, kamu ini nggak masuk akal masih saja membahas masa lalu!” Danira seperti akan mengamuk, tapi sebenarnya itu hanya penolakan yang tidak berarti dari lubuk hati. Denira sebenarnya masih ingin melakukan hal itu, dia juga masih merasakan hal yang sama dengan Bimo.“Lepaskan aku, biarkan aku pergi,” masih saja Danira mengucap kata yang sama, tapi Bimo seperti hilang kendali dan tidak ingin peduli, dia mengajukan wajahnya dan entah sejak kapan bibir Bimo mulai menyapa bibir Danira lebih dulu.Bimo melakukan aksinya dengan sadar, saat Danira ingin melakukan pendorongan Bimo malah menarik pinggang Danira agar dia bisa

  • Pesona Perawat Papa    Hati Nurani

    “Ma–maafkan aku!” Danira buru-buru melepaskan pelukan Bimo yang terbilang erat dan sepertinya Bimo juga enggan melepaskan pelukannya.“Sssttt, jangan menangis lagi. Ada apa sebenarnya?” Bimo tanpa sadar mengusap air mata yang jatuh di pipi Danira.Kisah kasih di sekolah dan cintanya yang belum pernah tersampaikan.“Aku nggak apa-apa, Bim,” Danira berbalik dan ingin menyembunyikan wajahnya. Dia terlihat malu-malu saat berhasil dengan Bimo.“Aku akan antar, kamu mau kemana?” dengan senang hati Bimo menawari diri untuk mengantarkan Danira yang terlihat ingin pergi dan menghindarinya.“Nggak usah, Bim. Aku nggak apa-apa. Aku baik-baik saja. Lebih baik kamu pergi sekarang,” sepertinya Danira merasa tidak enak dan masih sedikit memiliki hati nurani untuk tidak melakukan aksi yang bisa dibilang suatu hal yang tidak baik.“Kenapa? Kau benar-benar nggak ingin ketemu denganku? Atau kamu memang nggak ingin berbicara denganku?” jawab Bimo terlihat tidak suka dengan jawabannya.Danira menatap Bimo

  • Pesona Perawat Papa    Wanita Penghibur

    Bimo baru saja berpikir akan segera ke kantor dan menunggu telepon istrinya, namun tatapannya beralih saat mobilnya melintas dan melihat Danira sedang berada ditengah jalan. Dia terlihat sedang bertengkar dengan dua orang laki-laki yang terlibat tidak bersahabat dengannya.“Aku nggak tahu dan nggak mau ikut campur urusan Roni dan mama Elly,” suara Danira begitu berat saat dia menentang, dia sudah bertekad tidak akan lagi mengurus keluarga.Baginya ucapan sang ibu sudah sangat menyakitkan. Bagaimana bisa seorang ibu membiarkan anak perempuannya yang menanggung sedangkan adik laki-lakinya tidak harus melakukan apapun karena dia lebih muda.“Gimana bisa begitu, si Elly dan Romi bilang semua urusan keuangan kamu yang atur. Kami hanya menagih saja. Semua urusan tagihan kau yang akan membayar,” cetus salah satu dari mereka terlihat tidak suka dengan penolakan yang Danira lakukan.“Kepala rumah tangga itu mama, mana mungkin aku. Aku ini hanya anak perempuannya saja. Kalau dari apapun harusn

  • Pesona Perawat Papa    Tidak Ada Hak

    “Nggak masuk akal! Memangnya siapa dia? Seenaknya saja mengatur. Ingat San … kau ini sudah menikah dan punya anak!” Batin Santi sedang megap-megap seperti ikan kekurangan air.Perlakuan Baga yang berbeda. Saat dia terluka seperti itu pun dia seperti tidak peduli dengan lukanya. Masih sempat melakukan rayuan gombalnya.“Hei, kamu mendengarnya kan, Sayang?” Santi mengerutkan kening saat mendengar Baga berbicara hal yang tidak masuk akal lagi, “kamu mendengarnya kan? Jika aku menghubungi berarti aku sangat merindukanmu. Kau harus menjawabnya!” cengkraman Baga pada salah satu tangan Santi membuat dia mengalihkan pandangannya pada laki-laki bertubuh tinggi besar tersebut.‘Agh, iya, iya!” Santi yang ditekan dengan cengkraman cukup kuat terpaksa menjawab dengan cepat.“Aku akan meminta orang-orangku mengantar!” ucap Baga sedang memberikan perintah pada dua orang yang sempat menyeretnya tadi.“Nggak perlu! Aku bisa sendiri!” kata Santi berusaha menolak.“Dengarkan aku,” Baga mendekat lagi da

  • Pesona Perawat Papa    Berikan Kontakmu

    “Sepertinya aku membuat kesalahan, bagaimana ini? Mas Bimo pasti akan mengamuk!” Santi bingung dengan yang akan terjadi nanti. Dia bahkan tidak pernah memperkirakan akan ada hal yang seperti itu. Semua terjadi begitu saja. Tidak ada kepastian dari seorang Baga. Sepertinya laki-laki itu tidak takut pada apapun. “Bagaimana? Kalau setuju dengan panggilanku tadi?” Santi tetap diam dan benar-benar tidak ingin beradu argumen dengan laki-laki yang tidak dikenalnya itu. “Baiklah tidak apa-apa. Aku akan angkat kamu setuju!” wajahnya semakin mendekat ke arah Santi. Santi memundurkan tubuhnya agar laki-laki itu tidak menggapai wajahnya. “Anakku sedang dalam antrian aku harus segera ke sana,” ucap Santi mencoba bernegosiasi. “Antrian?” “Aku baru saja melahirkan. Mama mertuaku sedang mengantri untuk mengecek kondisi anakku,” seperti orang bodoh Santi malah menjelaskan tujuannya datang ke rumah sakit, “jadi aku mohon biarkan Aku pergi!” Santi masih mencoba dengan berbagai cara supaya dia

  • Pesona Perawat Papa    Laki-laki Aneh

    Laki-laki itu menatap tajam pada pintu kemana Santi sedang berganti baju. Tidak memerlukan waktu lama Santi sudah keluar mengenakan baju baru.“Kau benar-benar sangat cantik!” Santi benar-benar terkejut, saat dia membuka pintu laki-laki itu sudah berdiri di hadapannya. Santi mundur satu langkah namun terantuk pintu ruangan tadi. Laki-laki itu dengan sikap tangan Santi sampai tidak sadar tubuhnya sudah berada dalam pelukan seseorang. “Apa-apaan ini!! Apa maksudnya ini?” Santi mendorong tubuhnya perlahan, namun pinggangnya tetap ditahan dari belakang hingga dia benar-benar tidak bisa menghindari atau kabur dari cengkraman tangan laki-laki itu. “Terima kasih sudah menolongku!” ucapannya. Suara bariton langsung menyapa telinga Santi.Tatapannya sangat tajam, Santi bahkan tidak bisa menghindarinya.“Aku, aku sudah bilang, aku nggak perlu ucapan terima kasih. Aku sudah nggak mempermasalahkan itu!” kata Santi, dia memang hanya menganggap semua hanya sesuatu yang biasa saja.Tidak ada yang

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status