Beranda / Romansa / Pesona Presdir Posesif / Tidak Ada Kesempatan Kedua

Share

Tidak Ada Kesempatan Kedua

last update Terakhir Diperbarui: 2024-08-16 05:19:06

Aksi Claire yang tiba-tiba berlutut di hadapan Claudia itu jelas membuatnya tidak nyaman.

Alih-alih mengundang rasa belas kasihan, yang ada malah menunjukkan jika aksi Claire tersebut mencerminkan pribadinya yang penuh drama.

“Aku tidak mau bicara jika caramu meminta maaf seperti ini, Claire,” tegur Claudia dengan tegas. Pandangan Claudia mengarah pada sofa yang diduduki Claire tadi. Dia berucap, “Bangun dan kembali ke tempat dudukmu.”

Semula Ryuga yang sudah merasa khawatir Claudia bisa luruh oleh air mata palsu Claire menjadi merasa yakin jika keputusan Claudia tidak bisa diganggu gugat melihat bagaimana cara Claudia merespons Claire.

Claire mengusap pipinya yang basah. “Nggak mau, maafin gue dulu baru–

“Claire, lekas duduk atau perlu Kakak yang menyeretmu?” ancam Liam yang menahan rasa kesalnya.

Sebagai seorang Kakak, Liam tahu seberapa gigihnya usaha adiknya itu untuk mencapai sesuatu yang diinginkannya. Sikap Claire itu sudah membuat Liam lelah sendiri.

Claire menolehkan wajahnya
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Tresna Sumirat Hermiati
lanjuuuut thor
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Pesona Presdir Posesif   Tamparan untuk Claire

    Sementara Claire masih terus memberontak dalam pelukan tunangannya. Bahkan semakin brutal dengan mencakar dan memukul Sam berkali-kali. “Bisa tinggalkan kami sebentar, Pak Deni?” Liam Lee bersuara. Pak Deni menganggukkan kepalanya. Dia bangkit dari duduknya dan menyuruh serta juniornya untuk meninggalkan ruangan. Saat melewati Claire, Pak Deni hanya bisa mengembuskan napas berat. “Claire, kendalikan dirimu.” Sam mengatakan itu untuk ke sekian kali. Tapi, indra pendengaran Claire seolah tidak berfungsi. “Lepaskan Claire, Sam,” pinta Liam yang tahu-tahu sudah menghampiri Sam. Menyadari jika dirinya tidak pernah bisa mengatasi kemarahan Claire, Sam akhirnya menyerah dan melepaskan wanita itu. Sam mengabaikan rasa sakit di tubuhnya akibat kebrutalan cakaran dan pukulan Claire. Dia memundurkan langkah. Maniknya bersitatap dengan Claire yang menatapnya marah. “Kak Sam nggak sayang sama aku ‘kan?” tanya Claire sambil terkekeh. Rasanya menyakitkan melihat Sam seperti melindungi Claudia

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-16
  • Pesona Presdir Posesif   Permintaan Claudia

    Setelah Claudia selesai menangis, wanita itu mengatakan tidak ingin pergi dengan mata yang sembab. Jadi, perjalanan menuju klinik berubah menjadi ke apartemen Ryuga.Keduanya sudah berada di apartemen. Claudia menaruh tasnya di sofa dan Ryuga berusaha menarik dasi hitamnya yang masih terpasang rapi.“Jangan dilepas dulu, Ryuga!” cegah Claudia namun sayangnya … terlambat. Dia mendesah kecewa begitu membalikkan tubuh, tahu-tahu dasi hitam itu sudah terlepas dari tempatnya.Ryuga tidak bergeming setelah berhasil mencopot dasinya. Manik hitamnya menyorot wajah Claudia yang tampak kecewa.“Aku ‘kan sudah bilang ingin melukismu … Ryuga,” ucap Claudia dengan nada yang lirih. Kepalanya menoleh ke arah kanvas yang sudah diletakkan Ryuga di atas meja.“Ya sudah, tinggal pasang lagi, Claudia,” jawab Ryuga dengan enteng menyampirkan kembali dasi yang sudah dilepaskannya itu.Entah karena suasana hatinya yang sedang tidak baik, Claudia menjadi lebih sensitif. Dia merasa terluka mendengar jawaban R

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-17
  • Pesona Presdir Posesif   Sentuh Aku

    Jadi … begini ya rasanya ditolak secara tidak langsung?Claudia mengerjapkan matanya lambat. Dia tidak mengira Ryuga akan meresponsnya begitu. Apa Ryuga sengaja tengah menggodanya?“Kalau menolak ya sudah, aku tidak akan memaksa, Ryuga,” geleng Claudia. Tubuhnya berbalik untuk mengambil tas yang ada di sofa.Giliran Ryuga yang memicingkan mata mendengar respons dari Claudia. Pria itu menghampiri Claudia dan berdiri tepat di belakangnya.“Begitu saja? Kamu tidak berusaha merajuk, Claudia?”Kepala Claudia menggeleng. Dia membalikkan tubuhnya dengan hati-hati dan segera menatap Ryuga.“Aku pinjam kamar mandimu juga ya, Ryuga,” ucap Claudia menepuk bahu pria itu lantas menyunggingkan senyum.Ryuga menukik alisnya melihat Claudia pergi meninggalkannya begitu saja. Dia mendengus tidak percaya. Langkahnya memutar ke belakang, melewati Claudia, dan menerobos masuk ke dalam kamarnya, membuat Claudia menaikkan alisnya.‘Ada apa dengan Ryuga?’ heran Claudia dalam batinnya.Mencoba untuk tidak me

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-18
  • Pesona Presdir Posesif   Gangguan Kesekian

    Mendadak Claudia setengah yakin dan setengah ragu dengan apa yang ingin coba dia lakukan.‘Sejujurnya aku takut … tapi, mengingat Ryuga yang sudah membantuku dalam banyak hal, seharusnya aku juga bisa membantunya ‘kan?’Ya, benar. Claudia hanya harus memikirkan bagaimana cara untuk membalas budi atas apa yang telah Ryuga lakukan untuknya.Suara dua dalam pikirannya ikut berbicara, ‘Tapi, yang benar saja?! Ini terlalu liar untuk seorang Claudia Mada.’Saat Claudia mencoba memikirkan itu, bunyi dering dari ponsel menyala, menandakan ada panggilan masuk. Pandangan Claudia jatuh pada saku celana Ryuga. Pun, Ryuga yang langsung merogoh ponselnya.Terdengar pria itu menghela napas. “Siapa lagi kali ini …,” gumamnya menahan rasa kesal karena aktivitas berduaan dengan Claudia selalu mendapatkan gangguan. “Tunggu sebentar, Claudia,” sambung Ryuga.“O-oke,” sahut Claudia pelan. Dia lebih memilih mendudukkan dirinya di sisi ranjang Ryuga selagi menunggu pria itu selesai dengan teleponnya.“Ya.”

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-19
  • Pesona Presdir Posesif   Ayo Naik ke Atas Ranjangku!

    Mendengar saran dari Tirta, Ryuga teringat akan ucapan tempo hari dari Bu Yuli mengenai Claudia. Jika Bu Yuli tidak bisa memberitahunya secara langsung, Ryuga akan bertanya sendiri pada Claudia.Ini bukan lagi soal penasaran. Ryuga benar-benar menaruh empati serta simpati untuk wanita yang sudah mengisi singgasana hatinya itu.“Apa dia baik-baik saja sekarang, Ryuga?” tanya Tirta di penghujung akhir pembicaraan sebelum Ryuga benar-benar menutup teleponnya.“Kurasa … ya. Aku akan ke kamar untuk melihat Claudia.” Ryuga segera mengakhiri sambungan telepon dan meneguk sisa bir pada kaleng minuman yang dia buang berikutnya pada tong tampah.Lantas Ryuga berjalan menuju kamarnya masih depan pakaian yang terbuka seperti tadi. Saat itu Ryuga menebak jika Claudia sudah tertidur.Namun, pada kenyataannya, ketika Ryuga membuka pintu kamar, dia mendapati Claudia malah asyik bermain ponsel sambil berbaring miring yang menghadap ke arah pintu.“R-Ryuga,” panggil Claudia tampak terkejut dengan matan

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-19
  • Pesona Presdir Posesif   Cuddle

    “Claudia.”Itu panggilan kedua Ryuga karena Claudia masih belum meresponsnya. Dia mendaratkan satu tangannya di atas lengan Claudia, membuat wanita itu tersentak dalam duduknya.Claudia langsung merespons, “Y-ya, Ryuga?”Cepat-cepat Claudia memusatkan pikirannya agar fokus. Tapi, begitu netranya fokus menatap Ryuga, kepala Claudia dibuat pening.‘Masa gini saja kamu lemah, Clau!’ cibirnya dalam hati.Masih ingat jika Claudia menyukai pria tampan? Ryuga ‘kan salah satunya. Namun, tampilan Ryuga dengan rambutnya yang sedikit acak-acakan, tidak mengenakan atasan, duduk dengan posisi kaki kiri yang ditekuk dan tangannya yang di gips bertengker di atas lututnya. Dari sudut mana Ryuga tidak tampak mempesona?Aish! Claudia meneguk ludahnya dalam-dalam. Lantas Claudia menggelembungkan pipinya. Menyaksikan itu membuat Ryuga tertegun.Baru saja Claudia menunjukkan sisi menggemaskannya yang lain. Ryuga memainkan lidahnya di dalam mulut.“Sebenarnya ada apa, Ryuga? Aku sudah naik di ranjangmu lal

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-20
  • Pesona Presdir Posesif   Kilas Balik Part 1

    Menanti jawaban Ryuga, Claudia menggigit bibir bawah bagian dalamnya sambil menatap Ryuga lekat-lekat. Claudia mencoba menebak-nebak tentang perasaan Ryuga. ‘Apa mungkin saja Ryuga masih menyimpan rasa pada … Natasha?’ pikir Claudia menyebut nama wanita yang dia tahu adalah sosok ibunya Aruna. Ryuga memang berucap menyukainya. Tapi, Claudia tidak pernah benar-benar tahu isi hati seorang Ryuga Daksa. Memikirkan itu membuat Claudia mendaratkan jari-jarinya meremat pelan di bahu kokoh Ryuga. “Hentikan, nanti sariawanmu bisa parah, Claudia,” tegur Ryuga mengedikkan dagu ke arah bibir cherry Claudia. “Eng~” jawab Claudia menurut. Dia berhenti menggigit bibirnya sendiri. Pandangannya turun, menatap otot perut Ryuga yang terlalu sayang untuk dilewatkan. ‘Jangan salahkan aku jadi lancang begini. Salahkan saja Ryuga yang dengan sukarela mempertontonkan otot-otot perutnya yang menggoda itu,’ cibirnya dalam hati. Pria tampan dengan otot yang tidak berlebihan. Ryuga jelas termasuk tipe pria

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-21
  • Pesona Presdir Posesif   Kilas Balik Part 2

    Claudia pernah mengatakan bahwa kehilangan tidak pernah mudah untuknya.Teringat ucapan itu membuat Ryuga mengusap sisi lengan kanan Claudia kala wanita tersebut terdiam beberapa saat.“M-maaf, Ryuga.” Suara Claudia terdengar bergetar menahan tangis. Claudia terlalu lemah jika itu menyangkut dengan orang tua, terlebih Sang Mama terkasih.Pandangan Claudia naik ke atas, berusaha menghalau air matanya yang sudah menggenang di sudut mata. Dan itu tidak luput dari pandangan Ryuga.Manik hitamnya menyorot lembut. “Tidak perlu dilanjutkan sekarang, Claudia,” ucap Ryuga. Dia tidak bisa mengukur kedalaman perasaan kesedihan seseorang, termasuk kesedihan yang Claudia rasakan. Pun, sebenarnya Ryuga juga tidak tahu seberapa dalam perasaan Claudia terhadapnya.Apakah hanya sebatas menyukai? Menyukai sekali? Atau sangat menyukai sekali?Kepala Ryuga menggeleng samar. Kenapa Ryuga harus memikirkan itu sekarang. Situasinya tidak tepat. Tanpa aba-aba, Ryuga membawa Claudia ke dalam pelukannya.‘Aku m

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-22

Bab terbaru

  • Pesona Presdir Posesif   Tolong Cintai Aku

    “Jangan mengebut, santai saja, Yel.” Mendengar ucapan perintah itu, Riel melirik wanita yang duduk di kursi penumpang dengan tatapan horror. Bisa-bisanya dalam kondisi genting seperti sekarang, dia menyuruh Riel untuk mengemudi dengan santai?! “Kamu akan melahirkan, Lilia.” Dengan suaranya yang dalam, Riel mengingatkan. Keseluruhan tangannya mencengkram setir erat-erat. Di sampingnya, Lilia memasang wajah tenang. Tampak kesakitan, akan tetapi Lilia menunjukkan seolah sakit yang dia rasakan bukan sesuatu yang besar. “Aku tahu dan aku tidak akan melahirkan di sini kok, aku tidak akan mengotori mobil mewahmu,” kata Lilia. Dia sedikit meringis, “Hanya saja, maaf, celanaku sekarang basah.” Ya, cairan yang tampak membasahi kaki Lilia adalah air ketuban yang pecah. “Apa masalah itu penting?” sindir Riel kentara menunjukkan perasaan kesalnya. Sebenarnya, apa yang ada dalam pikiran Lilia? Riel hanya ingin tiba lebih cepat supaya dia bisa segera ditangani. Melihat ketuban Lilia pecah, Ri

  • Pesona Presdir Posesif   Kekhawatiran Riel

    “–Akan tetapi, tolong antarkan aku pergi ke tempat lapangan lari. Aku ingin jalan-jalan pagi.” Riel memukul stir yang dikemudikannya lalu memutar mobilnya ke arah tempat lapangan lari. Bisa-bisanya dia menuruti permintaan Lilia, dan parahnya membiarkan wanita yang tengah mengandung anaknya itu keluyuran sendirian. Sesaat, hatinya dilanda perasaan bersalah. Riel menyadari bahwa semakin hari, setiap minggu, dan beberapa bulan ke belakang sikapnya sangat acuh pada istrinya itu. “Ayo, angkatlah,” gumamnya pelan. Dia memutuskan menghubungi Lilia. Teleponnya aktif. Namun, tidak diangkat. Pikiran Riel terpecah. Sebelum Lilia turun dari mobil, dia sempat menatap Riel seolah ingin mengatakan sesuatu. “Katakan saja.” Berulah saat itu, Lilia mengutarakan pikirannya. Wanita itu mencengkram seatbelt yang sudah terlepas. “Aku serius dengan ucapanku tadi. Ayo berpisah setelah anak ini lahir.” Riel tidak memberikan respons. Manik hitamnya menyorot tajam, mencari kebenaran dibalik pernyataan Li

  • Pesona Presdir Posesif   Muak (Revisi Besok)

    Ketegangan pagi itu tidak hanya terjadi pada sepasang ayah dan anak, melainkan juga terjadi pada sepasang suami istri di kediaman keluarga Waluyo.“Tidak bisakah kamu membatalkan agar tidak jadi pergi, Yel?”Istri mana yang tidak marah apabila suaminya baru saja pulang beberapa jam, harus kembali pergi meninggalkannya seorang diri … ditambah dengan keadaan hamil besar.Lilia memperhatikan baik-baik Riel yang sudah siap dengan pakaian berkudanya. Ya, Riel akan pergi berkuda bersama rekan-rekan bisnisnya.“Membatalkannya?” ulang Riel lantas menggelengkan kepala. “Itu tidak mungkin. Aku sudah merencanakannya lama dengan teman-temanku.”Setelah Riel kembali untuk menggantikan sang ayah memimpin perusahaan, dia mulai memiliki kesibukan-kesibukan di luar pekerjaan utama sehingga tidak memiliki banyak waktu untuk menemani Lilia sehingga berujung … mengabaikannya tanpa sadar.“Bagaimana dengan aku, Yel?” tanya Lilia dengan pandangan yang meredup. Perlahan, dia menundukkan pandangan dan mengus

  • Pesona Presdir Posesif   Perdebatan Kecil

    “Daddy!” Sebuah protesan dilayangkan Aruna tepat saat dia diinterograsi Ryuga di ruang tamu bersama Pras. Ya, suara lain itu milik Ryuga. Bukan milik hantu penunggu rumah ataupun kucing jadi-jadian. “Semua yang Daddy tuduhkan pada Kak Pras salah besar,” ucapnya dengan tegas. Aruna sudah menjelaskan kejadian yang sebenarnya. Namun, ekspresi Ryuga menunjukkan jika dirinya tidak percaya. Kedua alis Ryuga berkedut samar. “Oh, kamu membelanya, Aruna?” Mata besar Aruna memicing menatap ke arah Daddy-nya. Besok-besok, Aruna harus memberikan saran pada Aji untuk memasang CCTV di dalam rumah agar kejadian seperti ini bisa terekam oleh bukti. “Bukan begitu, Daddy …,” geleng Aruna dengan suara yang putus asa. Aruna frustasi. Mencoba menghilangkan ketakutannya, dia berucap, “Mommy mana? Cuma Mommy yang bisa bersikap netral dan tidak kekanakan seperti Daddy.” Aruna tidak peduli lagi jika kemarahan Ryuga bertambah dua kali lipat. Saat Ryuga mengeluarkan tanduk tak kasat mata di kepalanya, Arun

  • Pesona Presdir Posesif   Beruang Kembar

    Selang beberapa menit di kamar mandi, Aruna baru ke luar dengan wajah yang sudah tampak lebih segar. ‘Nggak perlu panik, Na. Itu cuma Kak Pras ‘kan? Bukan Kak Sam aktor terkenal?’ batinnya mencoba menenangkan diri. Tidak dipungkiri jika debar itu hadir dalam dadanya saat melihat Pras bersama Aland tadi. Wajahnya dibiarkan setengah basah. Tidak ada poni yang menghiasi dahi Aruna. Rambutnya terurai, sedikit berantakan. Namun, justru itu daya pikat alaminya. Mata besar Aruna celingukan melihat ke arah ruang tamu yang sudah tidak ada siapa-siapa. “Ke mana perginya beruang kembar itu?” Satu alis Aruna naik, keheranan. Yang Aruna maksud dengan beruang kembar itu Pras dan Aland. Rasa-rasanya julukan beruang kembar sudah cocok untuk keduanya. Detik setelah gumaman itu mengudara, knop pintu dibuka dari luar. Satu sosok beruang yang Aruna cari muncul. Dia melangkah masuk dan mengambil asbak kecil yang ada di atas meja. Belum sempat Aruna bertanya, suara berat pemuda di hadapannya lebih du

  • Pesona Presdir Posesif   Dua Suasana Pagi yang Berbeda

    Ternyata Ryuga benar. Dia sama sekali tidak salah mendengar. “Mas Ryuga?” ulang Ryuga lalu menusukkan ujung lidahnya di salah satu pipi. Dia mengurungkan niat–sebenarnya Ryuga hanya sekadar menggoda Claudia. Mendapati Ryuga yang merangkak mendekatinya, Claudia buru-buru meraih selimut dengan susah payah untuk menutupi tubuhnya yang polos. Setengah dari wajahnya sudah hampir tertutupi selimut, hanya saja Ryuga berhasil menariknya turun sebatas leher. “Ulangi, Claudia,” pintanya dengan suara yang rendah. Claudia menaikkan pandangan, menatap Ryuga, sebab tangan suaminya itu mengangkat dagunya. Seluruh wajah Claudia memanas. Bibir cherry-nya perlahan disentuh Ryuga dengan cara yang sensual. “Baiklah, jika memang Nyonya Daksa ini tidak mau bicara, aku menganggapmu tidak ingin melanjutkan– “Ja-hat!” Mendengar Claudia merutuk, sudut bibir Ryuga tertarik ke atas. Demi apapun, Claudia tampak menggemaskan. Apalagi Claudia yang menghindari kontak mata dengan manik hitamnya. “A–aku masih b

  • Pesona Presdir Posesif   Kunjungan Kesekian Ryuga (Vit.C)

    Warning: Mature content! Bagi yg kurang nyaman untuk baca, bisa skip bab ini okayyyy. Thank u … di atas ranjang.Namun, bukan berarti kehadiran calon anaknya yang sebentar lagi akan lahir tidak diinginkan oleh Ryuga. Dia sudah sangat menantikannya.“Lebih turun sedikit lagi, Claudia,” pinta Ryuga berbisik pelan di telinga istrinya itu dengan suaranya yang dalam. Tangannya membelai sisi pinggang atas Claudia yang terasa lembut.Pada kehamilan Claudia yang sudah menginjak tujuh bulan, Claudia tampak lebih berisi di beberapa bagian tubuh, salah satunya di bagian dada. Tangan Ryuga sudah bergeser pada bagian itu. Menekan lalu menggoda cherry di dada Claudia menggunakan dua jarinya.Satu lenguhan pelan mengudara. “Engh~”Dia

  • Pesona Presdir Posesif   Menginginkan Vitamin

    Mas RyugaMungkin sudah ratusan kali–oke, bagi Claudia itu berlebihan, rasanya sudah puluhan kali dia merapalkannya baik dalam hati maupun isi pikirannya. Bibirnya terlalu kelu untuk memanggil Ryuga demikian.Lidahnya terlalu kaku. Sisi dalam diri Claudia berbisik, ‘Semua akan terbiasa. Jadi, dicoba dulu, Clauuuu!’“Ryuga dan Aland belum pulang, Clau?”Celetukkan itu membuat Claudia mengerjapkan mata lantas menatap Sang Ayah yang sudah tampil rapi di hadapannya. “Ha? O–oh, belum, Yah. Sepertinya sebentar lagi,” jawab Claudia menduga-duga.Dia mengalihkan pandangannya ke arah jam dinding yang kini menunjukkan baru pukul tujuh pagi. Sekitar satu setengah jam lalu, Aji mengatakan jika Ryuga dan Aland ke luar untuk lari pagi.Baru Claudia ketahui setelah menikah jika Ryuga akan pergi berolahraga minimal satu kali dalam seminggu. Claudia menolehkan wajahnya lagi ke arah Aji. “Ayah sudah harus pergi sekarang?”Aji menganggukkan kepalanya. “Rasanya ada yang kurang kalau belum Ayah pastikan s

  • Pesona Presdir Posesif   Mas Ryuga?

    Pras mengantarkan Aruna pulang sesuai jam yang sudah ditetapkan Aji. Tidak ada keanehan. Sepanjang makan malam pun, Aruna bahkan tak segan memamerkan manik-manik yang dibelikan Pras di Pasar Sabtu. Namun, sekitar hampir jam setengah sembilan malam, gadis itu mulai terbatuk-batuk dan kesulitan bernapas. Asma Aruna … kambuh. Dan di saat-saat seperti itu, kekhawatiran Ryuga datang dua kali lipat. Pria itu cekatan memastikan kebutuhan Aruna terpenuhi. Claudia tidak diperbolehkan membantu, hanya menemani Aruna yang berbaring di ranjang tidur. Lagi-lagi Claudia dibuat terpesona. Dia beberapa kali kedapatan menggigit bibir bawahnya, menginginkan sesuatu dari suaminya itu. Akan tetapi, dengan cepat Claudia menepis jauh-jauh pemikirannya. ‘Ish, mikir apa, sih, kamu, Clau?!’ “Mom, tidur dengan Aruna, ya, malam ini?” pinta gadis itu sambil memeluk lengan Claudia. Hal itu membuat fokus Claudia teralihkan. Dia tidak langsung mengiakan. Malah melemparkan pandangan pada Ryuga yang ternyata sudah

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status