/ Rumah Tangga / Pesona Suami Kedua / 6. Malam Pertama (First Time)

공유

6. Malam Pertama (First Time)

last update 최신 업데이트: 2021-05-21 13:53:27

Keenan baru sampai ke rumah dan mendapati Khanza sudah tidak ada di rumah. Ada note tertempel di kulkas. Dari Khanza. Dia ada panggilan operasi. Keenan jadi tersadar suatu hal. Khanza masih sibuk dengan karirnya sebagai dokter, sedangkan dia saat ini menganggur. Roman sudah memecat Keenan. 

Keenan duduk terhenyak di kursi. Mulai memikirkan apa yang harus ia lakukan sekarang. Tidak mungkin dia tidak bekerja dan hanya berdiam diri di rumah. Tidak. Keenan harus tetap menjaga marwah sebagai laki-laki, terlebih saat ini dia punya istri. Pun, ibu dan adik perempuan yang harus ia jaga dengan baik. Keenan akan segera mencari pekerjaan baru. 

Rasa kantuk menghinggapi Keenan. Tak sadar ia tertidur di sofa. Sekitar satu jam kemudian, Keenan terbangun mendengar suara dentingan sendok beradu dengan gelas dari arah dapur. 

Tak lama Khanza muncul dari dapur sambil membawa secangkir teh untuk Keenan. Khanza tersenyum dan memegang tangan Keenan. Hal itu malah membuat Keenan semakin malu dan minder. Khanza begitu sempurna untuk laki-laki seperti dirinya. 

"Mas, kenapa lagi? Kok melengos gitu?" Khanza manyun.

"Astaghfirullah." Keenan beristighfar seketika ingat petuah Ustadz Rizal tadi. 

Keenan membelai kepala Khanza yang sudah tidak mengenakan kerudung. "Maaf, ya, Khanza. Aku cuma lagi suntuk aja. Biasanya jam segini udah sibuk di kerjaan," ujar Keenan.

Khanza mengangguk. Ia paham betul apa yang sedang Keenan pikirkan hingga begitu resah. 

"Khanza, kamu apa gak menyesal menikah dengan laki-laki seperti aku? Aku ini cuma laki-laki miskin. Sedangkan kamu seoramg dokter, kaya, cantik. Kamu seperti bidadari," ucap Keenan polos. 

Ucapan Keenan malah membuat Khanza tertawa. Itulah yang membuatnya jatuh cinta pada Keenan. Lelaki itu memang beda dari laki-laki yang lain. Begitu polos dan jujur. 

"Mas, aku menikah itu bukan untuk harta dan derajat. Aku mau menikah sama kamu karena akhlak kamu, Mas. Kalau harta itu bisa dicari. Lagi pula, harta cuma titipan Allah. Kapan aja bisa diambil sama Allah," jelas Khanza. 

Keenan tersenyum. Orang tua Khanza sepertinya telah mendidik Khanza dengan baik. Namun, masih ada onak yang mengganjal di hati Keenan. Sungguh dia merasa minder dengan Khanza. 

"Mas, jangan sedih gitu, dong. Yakin Mas pasti nanti dapat kerjaan lagi. Yang penting ikhtiar dan doa, Mas. Ya udah yuk makan. Aku udah masakin cumi asem manis buat Mas. Ibuk bilang Mas paling seneng makan cumi." Khanza menarik tangan Keenan ingin mengajaknya ke meja makan, tapi Keenan bergeming. 

"Aku belum lapar, Sayang. Sebentar lagi ya makannya...." pinta Keenan. 

Khanza menatap Keenan yang masih duduk menyandar. Rambut Keenan agak berantakan, membuatnya terlihat semakin cool. Wajah tampannya membuat jantung Khanza berdebar-debar. Pandangan Khanza beralih ke kemeja putih Keenan yang terbuka dua kancingnya. Pasti tadi Keenan tidurnya gelisah sekali sampai bajunya berantakan. Hal itu membuat darah Khanza berdesir. MasyaAllah. Sungguh mempesona suami keduanya ini.

Khanza kembali mendekat ke Keenan. Ia mendekatkan wajahnya ke wajah Keenan. "Mas...." bisik Khanza lembut, nyaris tidak terdengar suaranya. 

Mendadak Keenan malah gugup. Wajahnya merah, tersipu malu. Hal itu membuat Khanza terkikik geli. "Mas belum lapar, ya? Jadi pinginnya apa sekarang?" tanya Khanza. 

Khanza menyentuh dada Keenan. Seketika Keenan merasakan getaran yang hebat menyelimutinya. Istrinya begitu cantik walau tanpa polesan make up. Wajah Khanza merona seperti mawar yang bersiap dipetik. Bibir ranum merahnya sedikit terbuka menunggu respons dari Keenan. Keenan sangat mengerti apa yang diinginkan Khanza saat ini. Sebenarnya, ia juga sudah mulai merasakannya. 

Khanza tersenyum dan menuntun Keenan bangkit berdiri dari duduknya. Keenan menuruti langkah Khanza yang membawanya ke kamar. Ini pertama kalinya bagi mereka. 

Khanza yang telah lebih dulu duduk di tepian ranjang melambaikan tangannya pada Keenan mengajak Keenan untuk turut serta di dekatnya. Keenan merasa jantungnya berdetak semakin kencang. Buru-buru ia mengunci pintu kamar, hingga tidak sengaja kakinya tersandung bufet. Keenan mengaduh pelan. Sementara Khanza tertawa. Ya. Keenan tersenyum malu sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal. 

Ini memang akan menjadi yang pertama kali bagi mereka. Khususnya bagi Keenan. Hanya Khanza, satu-satunya orang di ruangan itu yang lebih berpengalaman. 

Pikiran aneh mulai muncul dalam benak Keenan. Ia melamun membayangkan adegan Khanza di masa lalunya. Huh! Tiba-tiba saja sosok Roman berkelebat. Sungguh tidak enak membayangkan istri pernah melakukan hal-hal mesra dengan mantan suaminya. 

Alis Khanza bertaut bingung melihat tingkah Keenan yang hanya berdiri melamun di dekat pintu. Khanza lalu bangkit berdiri dan mendekat ke Keenan. Perlahan dia mendekatkan wajahnya lagi ke wajah Keenan.

Keenan merasakan napas Khanza kian memburu, begitu juga dengan napasnya. Keenan menyentuh wajah Khanza lembut dan langsung kagum dengan mulusnya kulit wajah Khanza. Keenan jadi semakin penasaran apa tubuh Khanza juga semulus wajahnya. 

Bibir Khanza yang sedikit terbuka dan matanya yang mulai sayu membuat Keenan semakin didera gairah. Keenan menyentuh ubun-ubun Khanza dan mengucapkan doa lalu perlahan mencium bibir Khanza, mengisi ruang kosong yang diberikan Khanza padanya. Sungguh lembut dan nikmat. Keenan baru tahu rasanya mencium seorang istri akan senikmat ini. 

Khanza terlihat senang dicumbu oleh Keenan. Jari jemarinya mulai menggerayangi rambut Keenan, semakin menekan Keenan agar menciumnya lebih dalam. Keenan mulai mengerti bahasa tubuh Khanza dan melanjutkan ciumannya, semakin dalam dan menggebu.

Perlahan tangan Keenan menyibakkan kimono pink tipis yang dipakai Khanza. Dalam waktu beberapa detik, di hadapannya ia melihat kulit bening mulus Khanza. Keenan mengecup bahu lengan Khanza, kemudian naik ke lehernya. Khanza bereaksi, dadanya naik turun menahan getaran yang dasyat. 

Keenan memandangi Khanza yang sudah terbuka setengah pakaiannya beberapa saat. Khanza sangat cantik. Mulus, bersih, lembut, dan tubuhnya proporsional. Tidak ada satu pun yang kurang dari penampilan fisiknya. 

Khanza lalu bergerak ke ranjang. Ia mulai merebahkan tubuhnya. Dengan tatapan sayu ia menatap Keenan. Menunggu suami tampannya itu menyirami dirinya dengan kehangatan. 

Keenan membuka kemeja dengan cepat seperti seorang pesulap yang menyingkap pakaiannya. Terlihat tubuh Keenan yang begitu kokoh dan atletis. Keenan lalu naik ke ranjang dan melanjutkan mencium Khanza. 

Selama beberapa saat mereka saling mengekspresikan kasih sayang. Sambil terbaring, Khanza tersenyum bahagia memandang wajah tampan Keenan di atasnya tengah berpacu memberinya kenikmatan, lebih tepatnya saling memberikan kenikmatan, hingga Khanza tidak dapat mengendalikan diri dan menggeliat. Desahan demi desahan keluar dari bibir Khanza, tak sanggup ia tahan. Bahkan beberapa kali ia berteriak kenikmatan dan memukul-mukul pelan bahu Keenan. Ternyata bukan hanya sangat tampan, Keenan juga begitu kokoh perkasa. Bobot tubuh Keenan terasa begitu berat, membuat Khanza megap, tapi ia sungguh menyukai setiap detiknya. Khanza merasa jadi berjuta-juta kali bertambah mencintai Keenan. Ia memeluk Keenan yang membalas mendekapnya erat. Tak peduli napas mereka tersengal, keduanya melanjutkan lagi hal-hal indah yang sudah semestinya mereka lakukan. 

Bersambung

Terima kasih sudah membaca part ini. Mohon support dan vote-nya ya teman-teman 🙋


이 책을 계속 무료로 읽어보세요.
QR 코드를 스캔하여 앱을 다운로드하세요

최신 챕터

  • Pesona Suami Kedua    Extra Part 3. Pernikahan Mila

    Di ruangan KUA itu Vino menunggu dengan jantung berdebar. Mila belum hadir.Orang tua Vino dan saksi duduk ikut menunggu. Beberapa mulai menebak jangan-jangan calon mempelai wanita berubah pikiran.Vino mulai gugup dan memikirkan hal buruk. Bukan gengsi. Sudah lama ia tidak memikirkan itu untuk mendapatkan Mila. Ia hanya berharap bisa merasakan kebahagiaan. Bisa bersatu dengan Mila dan anaknya Endaru, meskipun mungkin Mila belum mencintainya."Assalamualaikum. Maaf, saya terlambat," ujar suara lembut yang langsung dikenali Vino.Terdengar suara orang-orang di ruangan menyahuti salam.Dengan sigap Vino bangkit berdiri menyambut Mila yang baru tiba memasuki ruangan tempat ijab qabul akan dilaksanakan. Seperti mimpi. Mila benar-benar ada di hadapan Vino terlihat sederhana, tapi sangat cantik. Ia mengenakan gaun putih panjangnya di bawah lutut dengan detail brokat pada bagian leher dan lengan. Sepatu balet putih melekat di kaki

  • Pesona Suami Kedua    Extra Part 2. Dia yang Baru

    Sepulang dari Bali, kehidupan Keenan dan Khanza semakin bahagia. Keenan setiap hari saat di kantor merindukan Khanza dan ingin cepat bertemu. Khanza pun harus bersusah payah berkonsentrasi dengan pekerjaannya sambil mengingat Keenan.Seorang pasien, ibu berusia enam puluh tahun, akan menjalani operasi pagi ini. Operasi besar. Bukan sekadar pemasangan klep jantung.Khanza jadi teringat dengan Bu Ida, mertuanya. Awal mula ia mengenal Keenan adalah saat ia mengoperasi Bu Ida. Ia memang tidak tahu menahu rencana awal Keenan dan mantan suaminya, Roman. Walaupun begitu, tetap saja pada akhirnya Keenan adalah jodoh terbaik untuknya."Saya nggak mau dioperasi. Biarin saya mati aja," celetuk ibu itu terlihat lesu dan stress."Bu, jangan ngomong begitu. Dosa, Bu," ujar anak perempuannya kesal. Kelihatan sekali sudah lelah fisik maupun batin."Nggak mau. Buat apa hidup kalau abangmu nggak mau nurutin Ibu?" kata si ibu lagi.

  • Pesona Suami Kedua    Extra Part 1. Bulan Madu Kedua di Bali

    Khanza memindahkan pakaian dari koper ke lemari di kamar hotel. Senyumnya merekah saat memegang lingerie merah muda dan piyama tipis berwarna hijau soft. Ia sendiri yang menyiapkan busana seksi itu untuk menghabiskan malam-malam indah bersama Keenan di Bali.Mereka memutuskan pergi berbulan madu. Altan yang sudah berusia dua tahun dititipkan bersama nenek dan tantenya. Hanya tiga hari waktu yang akan mereka lewati di Bali karena Altan tidak mau ditinggal lama oleh mama dan papanya. Khanza juga tidak bisa cuti lama-lama. Banyak pasien membutuhkan pertolongannya.Napas lembut Keenan menderu di leher Khanza. Diam-diam Keenan mengendap ke kamar dan mendekati Khanza."Sayang," bisik Keenan di telinga Khanza. "Kenapa nggak dipakai ini?" Keenan meraih lingerie di tangan Khanza.Khanza terkikik geli dan menyembunyikan lingerie dari Keenan."Ini kan surprise buat malam. Kamu jangan lihat, Mas." Khanza dengan manja mendorong Keenan.

  • Pesona Suami Kedua    38. Cinta Sejati | Ending

    Beberapa waktu telah berlalu. Sejak menikah dengan Vino, Mila sudah pergi dari rumah Bu Ida membawa Endaru.Seperti janji Mila, ia tetap mengirimkan ASIP untuk Altan, karena kondisi Altan membaik. Sudah mau dibujuk minum dengan dot oleh Keenan.Terbukti kekhawatiran Khanza selama ini bisa diatasi. Harus sabar dan kuat. Memang sulit, tapi jika percaya dengan kekuatan doa, semua akan selesai dengan baik.Khanza mulai tenang dan semakin sabar. Walaupun belum sembuh, masih lumpuh, dan tidak bisa berbuat apa-apa, keluarga di sekeliling Khanza tidak pernah meninggalkannya. Terutama Keenan selalu men-support-nya.Seperti hari ini, Khanza sudah mulai bisa menggerakkan telapak kakinya. Keenan teramat senang. Berulangkali dia mencium Khanza atas kemajuan itu."Alhamdulillah. Yakin sebentar lagi bisa jalan. Bismillah, Sayang," ucap Keenan menyemangati Khanza.Khanza tersenyum. "Aamii

  • Pesona Suami Kedua    37. Antara Dua Wanita

    Khanza masuk ke kamar Mila. Mila inisiatif menutup pintu kamar, karena Khanza ingin bicara padanya dari hati ke hati.Tidak ada senyuman di wajah Khanza. Hanya kemuraman. Begitu Mbak ART meninggalkan Khanza dan Mila berdua saja, mereka lama terdiam. Khanza tampak sulit memilih kata-kata."Mbak, doain aja ya biar pernikahanku lancar," ujar Mila memulai pembicaraan.Khanza menatap Mila penuh arti. "Tapi kenapa, Mila?"Mila tersenyum. "Aku juga ingin Endaru bahagia, Mbak. Vino menyayangi Endaru.""Lalu bagaimana dengan kamu?" Khanza menatap Mila tajam.Mila membuang pandangan. Ada kegetiran tergambar di wajahnya. Dijelaskan juga mungkin tidak akan ada yang mengerti. Itu yang dipikirkan Mila.Berat bagi Mila untuk menerima Vino. Seorang korban perkosaaan jarang menerima pemerkosanya sebagai pasangan. Namun, Mila punya alasan lain. Vino memang sudah berbuat jah

  • Pesona Suami Kedua    36. Keputusan Mila

    Mila duduk melamun di kamar tamu, tempat di mana ia menetap selama tinggal di rumah Khanza dan Keenan. Endaru dan Altan keduanya sedang bermain dengan anggota keluarga yang lain.Pikiran Mila sendiri jadi tidak menentu. Makan pun jadi tidak enak. Suasana saat ini benar-benar tidak nyaman bagi Mila. Setiap kali Mila berpapasan dengan Khanza, wanita itu pasti bertanya apa keputusannya.Masalahnya, menikah dengan lelaki beristri bukan perkara mudah. Meskipun Keenan adalah laki-laki yang dicintai Mila, bahkan hingga saat ini, tapi Mila bukan tipe wanita yang sanggup menjadi madu."Pikirkan Endaru, Mila. Kami berjanji, kalau kamu mau menikah sama Mas Keenan, Endaru akan mendapatkan kasih sayang yang sama dengan Altan. Endaru juga akan diberikan pendidikan agama dan sekolah yang terbaik."Kata-kata Khanza itu terus terngiang-ngiang dalam pikiran Mila. Memang benar Keenan menyayangi anaknya. Namun ... setuju dipoligami?Keenan lewa

더보기
좋은 소설을 무료로 찾아 읽어보세요
GoodNovel 앱에서 수많은 인기 소설을 무료로 즐기세요! 마음에 드는 책을 다운로드하고, 언제 어디서나 편하게 읽을 수 있습니다
앱에서 책을 무료로 읽어보세요
앱에서 읽으려면 QR 코드를 스캔하세요.
DMCA.com Protection Status