Share

5. Pemerkosaan

last update Last Updated: 2021-05-21 13:52:13

Pagi sekali Khanza terbangun karena suara lantunan ayat suci yang keluar dari mulut Keenan. Khanza terbangun dengan mata sembap. Tak didapatinya Keenan di kamar. Segera Khanza teringat kejadian tadi malam. Penolakan Keenan. Hati Khanza terasa disayat sembilu. Sejenak dia mematut bayangannya di cermin. Apakah aku tak pantas untuk Mas Keenan? Apakah aku gak cantik? Khanza terus membatin sedih.

Sementara lantunan ayat suci masih terus terdengar merdu. Arahnya dari ruang sholat. Khanza beristighfar dan mencoba sabar. Dia berpikir mungkin Keenan masih badmood karena memikirkan Roman, mantan suaminya.

Khanza segera bangkit dan bergegas mandi. Segera mengambil mukena untuk bersiap sholat Subuh.

Mereka bertemu pandang di ruang sholat. Ketika itu Keenan telah menyelesaikan tilawahnya. Keenan menunduk lagi dan itu membuat hati Khanza semakin sedih

"Mas, apa salah Khanza? Mas marah sama saya?" Akhirnya Khanza tidak tahan untuk tidak bertanya. Bagaimanapun mereka pengantin baru.

Keenan terhenyak. Ia segera memandang wajah cantik Khanza dan merasa bersalah. Ia sendiri telah melakukan dosa dengan menjadi muhalil dan sekarang terjebak dilema. Batinnya meronta antara meneruskan perbuatan dosa itu atau jujur pada Khanza. Rasanya tidak ada pilihan yang bagus saat ini. Hanya ucapan istighfar yang keluar dari mulutnya.

"Maaf, Khanza. Kamu gak salah apa-apa. Cuma aku yang lagi gelisah. Maafkan saya," Keenan menyentuh kepala Khanza dan tersenyum padanya. "Sholatlah dulu. Jangan pikirkan macam-macam, ya. Mas izin pergi ke pengajian dulu."

Khanza mengangguk. Ada rasa lega hinggap di hatinya begitu melihat senyuman Keenan walau sebenarnya perasaannya masih tidak enak. Ia merasa Keenan menyembunyikan sesuatu darinya.

Keenan sendiri bergegas pergi menemui Ustadz Rizal, sahabatnya di masjid.

***

Mila merasa dunia di sekitarnya berputar. Kerlap kerlip lampu diskotik tadi malam terasa seperti masih mengikutinya ke mana saja. Sekarang dia sudah berada dalam dekapan seorang pria.

Mila tak berdaya dan hanya bisa terbaring di ranjang. Sementara Vino sibuk menggerayangi tubuhnya. Mila merasa tubuhnya kaku tak bisa bergerak. Ia sadar, tapi tak bisa berbuat apa-apa.

Penyesalan adalah hal pertama yang dirasakan Mila. Batinnya menjerit. Semalam dia bertemu Vino, adik kelasnya saat SMA-nya dulu dan mau diajak pemuda itu hang out ke diskotik. Tak ada kecurigaan apa-apa. Tadinya Vino menyikapi sangat bijak saat dua jam Mila berkeluh kesah tentang putusnya dia dan Keenan. Vino bahkan sukarela meminjamkan bahunya jadi sandaran saat Mila menangis.

Mila tak menyangka Vino tega memasukkan obat aneh ke dalam birnya.

"Ja... ngan...." gumam Mila sambil menangis. Namun, percuma. Vino tampak begitu dikuasai nafsu. Tubuh Mila sudah setengah telanjang. Kaos yang dipakainya sudah ditanggalkan Vino dan pemuda itu sudah beberapa menit asyik mencumbu leher dan dadanya sampai meninggalkan banyak kissmark di sana.

"Aku sudah lama suka sama kamu Kak Mila. Primadona di sekolah SMA Matahari," ujar Vino disusul tawa senang.

Selanjutnya, Mila merasakan mahkotanya telah direnggut Vino. Adik kelas yang dulu dikenalnya baik, ramah, dan selalu aktif dalam acara sekolah. Tidak disangka Vino berniat jelek pada Mila. Sekarang Mila hanya bisa menangis sesegukan. Pengaruh obat telah membuatnya kehilangan sesuatu yang amat berharga dalam dirinya.

***

Ustadz Rizal menepuk pelan bahu Keenan. Sementara Keenan sedang terguncang dalam tangis penyesalannya. Sejenak tadi ia telah menceritakan segala keluh kesahnya pada Ustadz Rizal.

"Antum sebaiknya segera bertaubat, Keenan. Apa yang antum lakukan itu dosa besar. Pernikahan bukan sesuatu yang pantas dipermainkan," ujar Ustadz Rizal. "Ana tahu antum terpaksa melakukan itu karena ingin menolong ibu antum. Tapi antum lupa, ada Allah yang memberikan segalanya pada kita. Allah Maha Mendengar dan akan mengabulkan doa-doa hambanya."

"Saya menyesal, Ustadz. Sekarang saya selalu diikuti rasa bersalah setiap melihat wajah istri saya. Apa yang sebaiknya saya lakukan, Ustadz?" Keenan terlihat sangat bingung.

"Pertama-tama, antum harus memohon ampunan kepada Allah. Lalu antum perbaiki semuanya. Antum kan muslim yang taat, antum pasti tahu apa yang harus antum lakukan. Pulanglah dan tenangkan hati istri antum. Segala aib di masa lalu cukup antum dan Allah yang mengetahui. Biar Allah yang menyimpan segalanya," pesan Ustadz Rizal.

"Jadi saya harus menyembunyikan fakta ini pada istri saya, Ustadz? Saya sebaiknya tak usah beritahu kalau tujuan saya menikahinya karena menjadi muhalil?"

"Jika itu bisa mengancam pernikahanmu, sebaiknya jangan. Cukup perbaiki saja apa yang sedang antum jalani sekarang. Lagi pula, antum cinta kan sama istri antum? Antum menikahinya atas dasar rasa cinta juga di hati antum, bukan keterpaksaan. Hanya caranya saja kurang baik."

"Iya, Ustadz. Saya sangat mencintai Khanza, sampai saya tidak tega menyakiti hatinya. Saya juga takut kalau istri saya sampai marah dan pergi ninggalin saya kalau tahu masalah sebenarnya." Keenan tertunduk lesu.

Ustadz Rizal tersenyum. "Sudahlah. Antum kan laki-laki, kepala rumah tangga, antum itu imam. Antum harus tegas, kuat, tabah, dan selalu membahagiakan istri dan keluarga antum. Sekarang, pulanglah. Ingat selalu Allah mengawasi setiap tingkah perbuatan yang kita lakukan. Minta Allah membimbing antum mulai dari sekarang. InsyaAlllah, semua akan baik-baik saja." Ustadz Rizal menasihati.

Keenan mengangguk. Sekarang dia merasakan bebannya sedikit hilang. Ada pencerahan yang ia dapatkan dari Ustadz Rizal. Semua saran Ustadz Rizal akan ia lakukan.

Keenan sholat taubat dan hanyut dalam tangisan memohon ampunan kepada Allah. Lalu ia tetapkan hati untuk segera pulang ke rumah. Ia akan menemui Khanza, istrinya.

Bersambung

Teman-teman maaf ya lama gak update lanjutannya karena beberapa hal. Terus support dengan membaca dan kasi vote ya. Ikuti terus kisah Keenan dan Khanza dalam Pesona Suami Kedua. Thank you 🙋

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pesona Suami Kedua    Extra Part 3. Pernikahan Mila

    Di ruangan KUA itu Vino menunggu dengan jantung berdebar. Mila belum hadir.Orang tua Vino dan saksi duduk ikut menunggu. Beberapa mulai menebak jangan-jangan calon mempelai wanita berubah pikiran.Vino mulai gugup dan memikirkan hal buruk. Bukan gengsi. Sudah lama ia tidak memikirkan itu untuk mendapatkan Mila. Ia hanya berharap bisa merasakan kebahagiaan. Bisa bersatu dengan Mila dan anaknya Endaru, meskipun mungkin Mila belum mencintainya."Assalamualaikum. Maaf, saya terlambat," ujar suara lembut yang langsung dikenali Vino.Terdengar suara orang-orang di ruangan menyahuti salam.Dengan sigap Vino bangkit berdiri menyambut Mila yang baru tiba memasuki ruangan tempat ijab qabul akan dilaksanakan. Seperti mimpi. Mila benar-benar ada di hadapan Vino terlihat sederhana, tapi sangat cantik. Ia mengenakan gaun putih panjangnya di bawah lutut dengan detail brokat pada bagian leher dan lengan. Sepatu balet putih melekat di kaki

  • Pesona Suami Kedua    Extra Part 2. Dia yang Baru

    Sepulang dari Bali, kehidupan Keenan dan Khanza semakin bahagia. Keenan setiap hari saat di kantor merindukan Khanza dan ingin cepat bertemu. Khanza pun harus bersusah payah berkonsentrasi dengan pekerjaannya sambil mengingat Keenan.Seorang pasien, ibu berusia enam puluh tahun, akan menjalani operasi pagi ini. Operasi besar. Bukan sekadar pemasangan klep jantung.Khanza jadi teringat dengan Bu Ida, mertuanya. Awal mula ia mengenal Keenan adalah saat ia mengoperasi Bu Ida. Ia memang tidak tahu menahu rencana awal Keenan dan mantan suaminya, Roman. Walaupun begitu, tetap saja pada akhirnya Keenan adalah jodoh terbaik untuknya."Saya nggak mau dioperasi. Biarin saya mati aja," celetuk ibu itu terlihat lesu dan stress."Bu, jangan ngomong begitu. Dosa, Bu," ujar anak perempuannya kesal. Kelihatan sekali sudah lelah fisik maupun batin."Nggak mau. Buat apa hidup kalau abangmu nggak mau nurutin Ibu?" kata si ibu lagi.

  • Pesona Suami Kedua    Extra Part 1. Bulan Madu Kedua di Bali

    Khanza memindahkan pakaian dari koper ke lemari di kamar hotel. Senyumnya merekah saat memegang lingerie merah muda dan piyama tipis berwarna hijau soft. Ia sendiri yang menyiapkan busana seksi itu untuk menghabiskan malam-malam indah bersama Keenan di Bali.Mereka memutuskan pergi berbulan madu. Altan yang sudah berusia dua tahun dititipkan bersama nenek dan tantenya. Hanya tiga hari waktu yang akan mereka lewati di Bali karena Altan tidak mau ditinggal lama oleh mama dan papanya. Khanza juga tidak bisa cuti lama-lama. Banyak pasien membutuhkan pertolongannya.Napas lembut Keenan menderu di leher Khanza. Diam-diam Keenan mengendap ke kamar dan mendekati Khanza."Sayang," bisik Keenan di telinga Khanza. "Kenapa nggak dipakai ini?" Keenan meraih lingerie di tangan Khanza.Khanza terkikik geli dan menyembunyikan lingerie dari Keenan."Ini kan surprise buat malam. Kamu jangan lihat, Mas." Khanza dengan manja mendorong Keenan.

  • Pesona Suami Kedua    38. Cinta Sejati | Ending

    Beberapa waktu telah berlalu. Sejak menikah dengan Vino, Mila sudah pergi dari rumah Bu Ida membawa Endaru.Seperti janji Mila, ia tetap mengirimkan ASIP untuk Altan, karena kondisi Altan membaik. Sudah mau dibujuk minum dengan dot oleh Keenan.Terbukti kekhawatiran Khanza selama ini bisa diatasi. Harus sabar dan kuat. Memang sulit, tapi jika percaya dengan kekuatan doa, semua akan selesai dengan baik.Khanza mulai tenang dan semakin sabar. Walaupun belum sembuh, masih lumpuh, dan tidak bisa berbuat apa-apa, keluarga di sekeliling Khanza tidak pernah meninggalkannya. Terutama Keenan selalu men-support-nya.Seperti hari ini, Khanza sudah mulai bisa menggerakkan telapak kakinya. Keenan teramat senang. Berulangkali dia mencium Khanza atas kemajuan itu."Alhamdulillah. Yakin sebentar lagi bisa jalan. Bismillah, Sayang," ucap Keenan menyemangati Khanza.Khanza tersenyum. "Aamii

  • Pesona Suami Kedua    37. Antara Dua Wanita

    Khanza masuk ke kamar Mila. Mila inisiatif menutup pintu kamar, karena Khanza ingin bicara padanya dari hati ke hati.Tidak ada senyuman di wajah Khanza. Hanya kemuraman. Begitu Mbak ART meninggalkan Khanza dan Mila berdua saja, mereka lama terdiam. Khanza tampak sulit memilih kata-kata."Mbak, doain aja ya biar pernikahanku lancar," ujar Mila memulai pembicaraan.Khanza menatap Mila penuh arti. "Tapi kenapa, Mila?"Mila tersenyum. "Aku juga ingin Endaru bahagia, Mbak. Vino menyayangi Endaru.""Lalu bagaimana dengan kamu?" Khanza menatap Mila tajam.Mila membuang pandangan. Ada kegetiran tergambar di wajahnya. Dijelaskan juga mungkin tidak akan ada yang mengerti. Itu yang dipikirkan Mila.Berat bagi Mila untuk menerima Vino. Seorang korban perkosaaan jarang menerima pemerkosanya sebagai pasangan. Namun, Mila punya alasan lain. Vino memang sudah berbuat jah

  • Pesona Suami Kedua    36. Keputusan Mila

    Mila duduk melamun di kamar tamu, tempat di mana ia menetap selama tinggal di rumah Khanza dan Keenan. Endaru dan Altan keduanya sedang bermain dengan anggota keluarga yang lain.Pikiran Mila sendiri jadi tidak menentu. Makan pun jadi tidak enak. Suasana saat ini benar-benar tidak nyaman bagi Mila. Setiap kali Mila berpapasan dengan Khanza, wanita itu pasti bertanya apa keputusannya.Masalahnya, menikah dengan lelaki beristri bukan perkara mudah. Meskipun Keenan adalah laki-laki yang dicintai Mila, bahkan hingga saat ini, tapi Mila bukan tipe wanita yang sanggup menjadi madu."Pikirkan Endaru, Mila. Kami berjanji, kalau kamu mau menikah sama Mas Keenan, Endaru akan mendapatkan kasih sayang yang sama dengan Altan. Endaru juga akan diberikan pendidikan agama dan sekolah yang terbaik."Kata-kata Khanza itu terus terngiang-ngiang dalam pikiran Mila. Memang benar Keenan menyayangi anaknya. Namun ... setuju dipoligami?Keenan lewa

  • Pesona Suami Kedua    35. Kepasrahan Khanza

    Khanza dan Keenan harus menahan getir kesedihan luar biasa. Cobaan datang lagi. Altan harus dirawat di rumah sakit karena kondisi kesehatannya menurun. Dokter mendiagnosis bayi malang mereka kekurangan asupan makanan akibat tidak mau minum susu."Altan ...." Tangis Khanza pecah menyaksikan bayi mungilnya harus ditusuk jarum infus. Memilukan, tapi langkah tersebut mesti dilakukan."Sabar, Khanza," ucap Bu Ida menguatkan Khanza.Entah berapa kali sudah mendengar kata itu. Mungkin sudah menjadi sarapan setiap hari baginya.Menahan derita pada dirinya Khanza masih tahan. Namun, begitu mendengar jeritan tangis kesakitan bayi yang telah ia lahirkan, rasanya tak sanggup."Kita doakan anak kita cepat pulih, Sayang. Dengan diberikan cairan infus, otomatis asupan gizi Altan bisa membaik." Keenan menyemangati Khanza meski dia sendiri ragu.Khanza melamun memandangi Altan yang kini telah tertidur setelah lelah menangi

  • Pesona Suami Kedua    34. Suami Terbaik

    Keenan menatap Khanza yang masih terisak di kamar. Rasa sakit hati Khanza tidak dimengerti oleh Keenan. Namun, Bu Ida paham dan sudah menasihati Keenan."Za, maafin aku ya, Sayang," ucap Keenan lembut.Khanza masih larut dalam tangisan. Enggan menyahuti Keenan.Keenan membungkuk dekat kursi roda lalu memeluk Khanza. "Maafin aku, Za. Aku salah. Aku udah ambil keputusan tentang anak kita tanpa persetujuan kamu. Maaf ya," ucap Keenan terus menerus.Khanza perlahan mengangkat pandangannya. Ia menatap Keenan sedih. Sudah berkali-kali ia bertengkar dengan Keenan, tapi selalu berakhir baikan. Kali ini, Khanza tidak tahu apa bisa memaafkan Keenan atau tidak. Keenan pasti tidak mengerti perasaannya.Tidak lebih Khanza takut kehilangan Keenan, suaminya, juga takut kehilangan Altan."Za, maafin aku. Aku lakuin itu bukan karena maksud buruk atau seperti yang kamu pikirkan. Aku hanya ingin Altan, anak kita, sembuh. Tapi kala

  • Pesona Suami Kedua    33. Jangan Rebut Suami dan Anakku

    Hai, teman-temanku yang baik. Mohon dukungannya ya vote dan follow agar aku semakin semangat menulis dan melanjutkan cerita ini. Boleh juga baca cerita-ceritaku yang lain klik bioku biar kita semakin kenal. Aku berniat menulis banyak cerita roman. Mohon support-nya ya, Teman-Teman semoga dilancarkan cita-citanya bagi yang membaca ceritaku. Hani diam-diam mendekati Keenan saat Khanza selesai dipijat dan dilatih berjalan oleh Keenan. "Mas Keenan, ada masalah," bisik Hani. Keenan mengerutkan kening. "Apa?" "Altan nggak mau minum ASIP yang didapat dari pendonor." Hani kelihatan letih dan bingung. Keenan mengembuskan napas. Lelah dan emosi menyatu. "Ya ampun. Apa lagi ini?" gumam Keenan. Khanza menoleh heran melihat Keenan. "Kenapa, Mas? Ada masalah apa?" Kenan cepat menggeleng. "Nggak

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status