Share

Karyawan Blacklist

“Tuan, aku mendapatkan laporan dari bagian keuangan perusahaan. Bahwa ada  pengeluaran keuangan yang jumlahnya lumayan besar atas nama nona Olivia Charleston. Setelah kuselidiki lebih dalam ternyata itu dipakai oleh tuan Leon.” Robbet berusaha menjelaskan pada Jack. Ia yang memang masih diperintah untuk mengawasi hubungan Leon dan Jessica mengetahui bahwa diam-diam Leon memberikan sebuah kartu ATM atas nama Leon. Padahal dananya diambil dari perusahaan Charleston.

“Untuk apa Leon menggunakan uang itu?” tanya Jack penasaran dengan kelanjutan dari penjelasan Robbert.

Dengan agak ragu Robert menjawab. “Untuk diberikan kepada nona Jessica simpson tuan!”

“Apa?” Mendengar jawaban Robert Jack terbelalak kaget. Seketika rahangnya mengatup keras. Wajahnya memerah karena menahan amarah. “Kurang ajar!  Tidak tau diri!” ucap Jack sambil mengepalkan kedua telapak tangannya.

Jack mencoba menarik nafas pelan dan menenangkan dirinya. Ia tak menyangka adik iparnya akan senekat itu menyalahgunakan uang perusahaan seenaknya. Ia pun sangat kecewa dengan kenyataan yang membuktikan bahwa Jessica benar-benar memiliki hubungan serius dengan Leon. Karna hal ini, Jack kemudian menyusun sebuah rencana untuk menghancurkan Jessica maupun Leon. Ia tak habis pikir kenapa Leon bisa melakukan hal itu. Secara tidak langsung Leon meremehkan dirinya dan mempermainkannya.

“Bukankah kau sudah menyelidikinya dengan jelas?  Bahwa tidak ada hubungan antara mereka berdua?” tanya Jack sekali lagi demi memastikan bahwa dalam harapannya ia sangat tidak menginginkan kebenaran hal itu.

“Maafkan aku tuan.  Aku mendapatkan informasinya dari orang yang salah kemarin.” Jawab Robbert bergetar. Ada ketakutan dari nada bicaranya.

“Baiklah,  tugasmu selanjutnya membuat nona simpson ini sengsara. Bagaimanapun caranya buat dia menyesal telah memakai uang perusahaan Charleston tanpa seizin dariku. Jack menjeda kalimatnya sebentar sambil menghela nafas panjang “Dan untuk Leon biar aku yang menanganinya sendiri.”

Misi jack untuk membuat Jessica sengsara dimulai dari memecatnya dari tempat kerjanya.  Tentu saja jack sangat mampu melakukan hal itu. Dengan nama Charleston di belakangnya,  ia bahkan mampu membuat Jessica tidak bisa bekerja dimanapun setelah itu.

Jessica kira hidupnya sudah akan tenang dan tidak akan terganggu lagi dengan hadirnya tuan charleston yang baru sekitar tiga hari yang lalu menyekapnya.  Ia juga sudah mengganti nomer telponnya supaya Leon tidak bisa lagi mencarinya dan menghubunginya. Meski hal itu berat.  Namun ia lebih memilih kedamaian.  Ia tak ingin lagi bersinggungan dengan keluarga charleston. Hingga pagi ini.  Saat ia ingin memulai melakukan aktifitas paginya mengantarkan susu ke perumahan yang biasa ia singgahi. Tiba-tiba ia dikejutkan dengan selembar surat pemberitahuan yang menyatakan bahwa dirinya tidak bisa lagi bekerja sebagai pengantar susu. Ia dipecat Karna suatu alasan yang tidak jelas.

Meski kecewa namun ia bisa apa?  Itu sudah keputusan langsung dari pemimpin perusahaan. Ia berusaha tegar dan berharap bisa menemukan lagi pekerjaan sampingan lain yang bisa memberinya pendapatan tambahan selain pekerjaan utamanya sebagai karyawan bank swasta. Karna tak lagi bisa mengantarkan susu kerumah-rumah.  Ia bisa lebih santai dan lebih pagi berangkat kerja. Namun lagi-lagi suatu kabar tak menyenangkan memberitahunya. Ia juga dipecat dari bank tempatnya bekerja. Pemecatan ini membuatnya semakin terpukul. Entah kenapa hari ini ia mendapatkan kesialan dua kali dalam hidupnya.

Namun, ia tetap ia berusaha tegar dan menenangkan hatinya. Tak memiliki kecurigaan sama sekali bahwa sebenarnya Jack Charlestonlah dalang dibalik pemecatannya hari ini.

“Nona Jessica,  maaf! Kami tidak bisa mewawancarai anda. Apalagi menerima anda di perusahaan kami.” Jawab seorang staff yang bertugas mewawancarai pendaftar baru saat Jessica mencoba melamar suatu pekerjaan.

“Kenapa begitu?  Jelas-jelas perusahaan anda sedang ingin merekrut beberapa karyawan baru. Aku melihat pengumumannya kemarin di internet.” Protes Jessica sedikit kesal.

“Anda masuk pada salah satu karyawan blacklist Nasional nona!  Apa anda tidak mengetahuinya?”

Mendengar jawaban itu Jessica mengernyitkan keningnya.

“Maksud anda?” tanya Jessica tak mengerti.

“Karyawan Blacklist Nasional adalah karyawan yang tidak bisa bekerja dimanapun selama ia masih berstatus blacklist!” staff itu berusaha menjelaskan alasan kenapa ia tak bisa menerima Jessica meski sebenarnya ia memang sedang membuka lowongan pekerjaan. Padahal Jessica sudah memenuhi semua kualifikasi persyaratan yang ada. Namun karna ada peringatan keras dari Jack Charleston. Ia tak bisa menjelaskan keadaan yang sesungguhnya.

“Whatt? Apa ada aturan begitu di negara kita?” tanya Jessica saat mulai mengerti maksud dari perkataan staff yang sedang menerima wawancaranya.

“Tentu saja ada!  Aturan ini dibuat sekitar dua tahun yang lalu!”

“Tidak!  Aturan macam apa itu?  Aku rasa tidak ada aturan seperti itu!”

“Terserah anda nona!  Tapi saya ingatkan bahwa oercuma anda mendaftar di perusahaan manapun. Anda tetap tidak akan diterima.”

“Ini tidak adil!” jessica sedikit berteriak sambil menggemprak meja di hadapannya.

“Seseorang yang seperti anda berbicara masalah keadilan? Tidak akan ada yang mendengarkan. Sekarang segalanya butuh uang nona! Jika anda mau keadilan berpihak pada anda.  Silahkan miliki banyak uang!” ujar staff itu yang sudah mulai kesal berbicara dengan Jessica.

Mendengar perkataan orang itu Jessica jadi muak dan segera berlalu. Ia tak terima dengan perlakuan orang-orang terhadapnya. Entah apa salah yang sudah ia perbuat. Kenapa harus menanggungnya sebanyak ini.

Namun bukan Jessica namanya jika ia mudah putus asa. Sejak kecil ia sudah terbiasa hidup susah. Ia setidaknya masih memiliki tabungan yang sedari awal diniatkan untuk membeli rumah. Tidak ada salahnya jika menggunakan uang itu sementara untuk memenuhi kebutuhannya selama tidak bekerja.

Sore itu, saat Jessica mulai lelah dari usahanya mencari pekerjaan kesana kemari. Mendatangi setiap tempat yang ia tandai di internet. Ia yang sedang kesal dan lelah memilih pulang ke kontrakannya dengan perasaan kecewa. Baru saja ia ingin membuka pintu rumahnya ia dikejutkan oleh sebuah suara dari belakang.

“Jessica!  Kau tidak bisa lagi. Menempati rumah ini!” suara dari nyonya jolie. Pemilik kontrakan kecil yang ditempati Jessica.

Mendengar hal itu,  Jessica menoleh seketika sambil mengernyitkan keningnya. “Maksud nyonya?”

“Aku sudah menjual seluruh kontrakanku ini pada orang lain. Hari ini kau harus keluar dan cepat kemari barang-banrangmu!” perintahnya dengan nada yang sedikit sengit. Terlihat raut yang kurang menyenangkan dari wajahnya.

“Aku sudah membayarnya lunas bulan ini nyonya!” protes Jessica pada perempuan setengah baya yang berbadan gempal itu.

“Aku akan mengembalikannya utuh. Sebagai kompensasi atas kesalahanku menyuruhmu keluar sekarang!”

“Kenapa tidak ada pemberitahuan sebelumnya?” protes jessica sekali lagi dengan nada kesal. “Aku bisa menuntutmu nyonya!”

“Silahkan saja kalau kau bisa! Kau pikir kau siapa?  Bayar uang kontrakan saja terkadang kau kesusahan!” seru nyonya Jolie sambil berkacak pinggang. “Ingat Jess!  Selama ini aku sudah berusaha sabar menghadapimu yang sering telat membayar uang bulanan. Kau juga sudah merusak semua perabotan dalam rumah ini beberapa hari yang lalu!”

“Tapi aku sudah menggantinya dan memperbaikinya sebagian nyonya!”

“Sudahlah Jess!  Jaga sikapmu jika kau ingin tetap aman dan damai dimanapun kau berada.”

Mendengar ucapan terakhir nyonya Jolie, Jessica semakin tidak paham.

“Tunggu nyonya!  Apa yang sebenarnya terjadi?” tanya Jessica penasaran.

“Kau sudah merayu suami orang Jess!  Aku tau kehidupan di negara ini memang bebas.  Tapi,  bukan berarti merebut suami orang itu bisa kau lakukan seenaknya!”

“Apa?” Jessica mencoba mencerna setiap kata-kata yang nyonya Jolie lontarkan. “Tunggu!  Sepertinya kau salah paham nyonya!”

“Aku tak peduli lagi Jess!  Yang aku mau,  kau harus mengosongkan tempat ini dari barang-barangmu sore ini!” serunya sambil berlalu meninggalkan Jessica yang masih bingung dengan seluruh kata-katanya.

Jessica segera mencari ponselnya untuk menumpang di rumah Elsa sahabatnya

“Elsa,  Bisakah aku menginap di rumahmu malam ini?” tanyanya setelah mendengar suara bip tanda telponnya sudah diterima.

“Tentu saja kawan!  Kau selalu disambut di sini!  Ada apa lagi?”

“Nanti aku ceritakan disana!  Oh ya,  aku juga akan membawa benerapa barang-barangku!”

“Apa yang akan kau rencanakan selanjutnya Jess?” tanya Elsa setelah mendengar seluruh keluh kesah sahabatnya.

“Tentu saja secepatnya aku harus mencari pekerjaan lagi! Besok aku juga akan mencari kontrakan lain.”

“Jangan terburu-buru Jess! Dapatkan dulu pekerjaan baru.  Masalah tempat tinggal kau tak perlu menghawatirkannya!” Elsa berusaha menenangkan meski ia tak yakin apa sahabatnya itu bisa benar-benar tenang.

“Apa ini hanya sebuah kebetulan?” Jessica bergumam pada dirinya sendiri.

Mendengar hal itu Elsa menjadi heran. “Maksud kamu?” tanya Elsa.

“Aku rasa sepertinya ada yang salah dengan mereka semua. Padahal aku tidak pernah membuat kesalahan. Tapi kenapa mereka membuangku seperti sampah yang tak berguna!” air mata yang tadinya ia tahan mulai bercucuran. 

“Jess!  Percayalah!  Semua pasti akan ada jalan keluarnya.”

“Aku tak yakin,  apakah aku bisa mendapatkan pekerjaan yang lebih baik dari kemarin. Kau tau sendiri kan?  Dengan kemampuanku dan juga latar belakang pendidikanku.”

“C mon Jess!  Jangan berpikir seperti itu. Karena apa yang kita pikirkan itulah yang akan mendominasi keadaan. Sehingga apapun yang kamu takutkan itu benar-benar akan terjadi sesuai dengan yang kamu pikirkan. “

“Berpikirlah positif Jess!  Karna pikiran yang positif akan membawa jiwa positif.  Sehingga selalu ada aja solusinya.” Elsa berusaha menghibur Jessica yang sedang galau.

Mendengar hal itu Jessica menjadi lebih lega dan sangat bersyukur ia dipertemukan dengan sahabat sebaik Elsa.

“Kau tau Elsa? Kau sudah mirip seorang motivator!” ujar Jessica sambil tertawa lepas.

Mendengar hal itu Elsa pun ikut tertawa keras. “Kau ini!  Seriuslah sedikit!” protes Elsa sambil menimpuk bantal ke wajah Jessica. Tak terima dengan perlakuan Elsa,  Jessica pun melakukan hal yang serupa. Akhirnya mereka berdua bergumul satu sama lain.

Saat Jessica berjalan menyususuri jalanan kompleks perumahan gedung bertingkat Ia dikagetkan dengan sebuah mobil sport mewah yang tiba-tiba menyeruduk ke arahnya. Hampir saja mobil itu menabraknya dari arah samping. Membuatnya sedikit terjungkal dan merasakan keterkejutan yang luar biasa. Jantungnya berpacu begitu cepat. Tiba-tiba badannya gemetar dan hampir ambruk ke jakanan beraspal.

Ia memegangi jantungnya yang hampir saja copot oleh ulah pengemudi yang sembarangan itu. Setelah berhasil menenangkan jantungnya. Tanpa berpikir panjang ia menghampiri mobi l mewah yang hampir menabraknya tad.i Menggedor kacanya supaya pemiliknya mau keluar dari dalam.

Sebuah wajah yang tak asing membuka pintu mobil dengan seringai kejamnya. Bukannya menyesal, ia justru puas dengan aksinya barusan.

“Kau?” kalimat pertama yang meluncur dari mulut Jessica saat mengetahui siapa pemilik mobil itu. Ternyata seorang Jack Charleston.

Mendengar hal itu Jack hanya tersenyum mengejek. “Iya, ini aku nona pelakor!”

“Apa? Pelakor?” lagi-lagi kalimat itu terlontar tepat dihadapannya.

“Iya, selain pelakor. Kau juga pembohong! Oh ya, mungkin pelacur lebih tepat untukmu!”

Jessica begitu emosi mendengar kata yang terakhir.

“Plak!” sebuah tamparan keras mendarat di pipi Jack.

Jack langsung memegang pipinya yang memerah. “Kau sudah bosan hidup rupanya!”

“Iya, aku memang sudah bosan dituduh sebagai pelakor! Dan ini malah lebih kejam. Kau menyebutku pelacur!”

“Kau dibayar karna menjual tubuhmu pada adik iparku! Apa namanya jika bukan pelacur!” teriak Jack kesal.

“Apa kau bilang? Aku menjual tubuhku?” tanya Jessica tak kalah kesal dengan tuduhan itu.

“Iya, kau menggunakan uang perusahaan Charleston! Dasar tidak tau malu!”

“Uang yang mana yang kau maksud tuan Charleston yang sombong?”

“Bukannya Leon memberikan sebuah kartu ATM kepadamu tempo hari?”

Mendengar jawaban Jack, Jessica langsung teringat tentang kartu yang diberikan oleh Leon padanya. Tanpa pikir panjang ia membuka tasnya dan mengeluarkan kartu itu dari tasnya. Setelah itu ia melemparkannya tepat di hadapan wajah Jack.

“Ambil itu! Aku tidak menggunakannya sepeserpun!”

Diperlakukan seperti itu, tentu saja membuat Jack semakin marah pada Jessica. Rahangnya semakin mengeras dan wajahnya merah menahan amarah yang sudah tak terbendung. Seakan-akan sebentar lagi ia akan menumpahkan segalanya.

Benar saja ia langsung mendorong tubuh Jessica hingga menekannya ke bumper mobil. Sambil lalu tangannya memegang dagu Jessica dengan kasar.

“Kau bukan hanya tidak tau malu nona! Kau sangat sombong! Bagaimana kejutan dariku? Kau puas?”

Mendengar perkataan Jack barusan Jessica sedikit terkejut dan penasaran. “Kejutan apa yang kau maksud?” tanyanya langsung sambil mencoba menepis tangan Jack dari dagunya.

“Kejutan karyawan blacklist nasional!”

“Oh, jadi itu kau yang berulah! Sengaja membuatku tak bisa bekerja dimanapun?”

“Hahaha, kau memang bodoh dan tidak tau apa-apa nona! Itu akibat kau berani membuat masalah dengan keluargaku!”

“Terserah apa katamu. Aku hanya ingin mengatakan bahwa diatas langit masih ada langit. Jangan terlalu bangga dengan apa yang kamu miliki sekarang sehingga bisa menindas orang sesukamu. Karna Tuhan tidak akan tinggal diam!”

“Jangan membawa-bawa nama tuhan di depanku nona simpson! Harusnya kau malu! Hal itu tidak sesuai dengan kelakuanmu.” Jack masih saja menghina Jessica. Jessica sangat paham apa yang dimaksud perkataan lelaki itu.

Karna kesal jessica akhirnya memegang kedua pundak Jack dan dengan sekuat tenaga ia mendorong badan lelaki itu. Berusaha membalik keadaan. Hingga kini posisi yang terjepit bukan lagi dirinya. Melainkan Jack. Ia menghimpit badan Jack ke arah bumper mobil. Mengunci badan jack dengan kedua pahanya.

Entah kenapa ia sangat nekat melakukan aksi gila semacam itu. Di saat yang bersamaan ia menyesal namun enggan untuk melepas. Karna sama saja ia mengaku lemah jika sampai menghentikan aksi nekatnya itu. Karna keadaan sudah terlanjur seperti itu. Ia dengan tegas melanjutkan perkataannya.

“Kau pikir aku akan menyerah semudah itu? Silahkan saja kau halangi semua jalanku! Maka kau sendiri yang akan menyesal karna sudah mempermainkanku!”

Jack kaget setengah mati saat tiba-tiba paha sebelah kanan Jessica terangkat dan mengiuncinya. Sontak benda yang ada di antara kedua paha Jack berdiri dan ia pun merasakan detak jantung yang berpacu sangat cepat. Seketika badannya memanas, seakan seluruh aliran darahnya mendidih. Seumur-umur ia belum pernah diperlakukan seperti itu oleh seseorang. Apalagi orang itu adalah perempuan.

Tindakan itu membuatnya tak bisa memberontak meski sebenarnya dengan tenaganya yang besar ia pasti bisa dengan sekali sentak menyingkirkan Jessica yang menghimpit tubuhnya. Tapi ia tak bisa, ia hanya bisa berdiri kaku dan mematung.

Melihat Jack yang bertingkah sekaku itu, Jessica tiba-tiba sadar akan apa yang ia lakukan. Dengan perlahan ia menurunkan pahanya dan mulai menjauh dari tubuh Jack. Aroma dari tubuh Jack seketika menguar dan mengganggu konsentrasinya.

Agar tidak terlihat bahwa sebenarnya ia juga mulai salah tingkah. Ia berinisiatif segera berlalu dari hadapan Jack. Wajahnya memerah menahan malu yang sangat luar biasa. Bagaimana bisa ia bertingkah seliar itu. Hal itu benar-benar membuatnya tak percaya pada dirinya sendiri.

Jack juga memilih diam dan tidak mencegah kepergian Jessica. Ia hanya mengatur nafasnya pelan dan mulai menaiki mobilnya untuk kembali pulang. Suasana hatinya jadi tak karuan.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status