Keesokan harinya Elsa sudah siap-siap dan rapi untuk bekerja. Namun ia merasa heran melihat Jessica yang masih malas-malasan dikasur dengan boneka beruang kesayangannya. Ia yang sejak tadi membangunkan hanya disahuti dengan sepatah atau dua patah kata saja.
Elsa heran kenapa Jessica semalas itu jika ia akan bekerja di perusahaan besar seperti Charleston Tower. Jika itu dirinya ia akan berusaha datang sepagi mungkin untuk mencari perhatian bos muda setampan Jack Charleston. Meski Elsa belum pernah bertemu langsung dengan Jack. Namun, ia sering melihatnya di beberapa acara televisi.
“Jess! Aku berangkat. Tidak akan ada lagi yang membangunkanmu. Kau yakin tidak akan mulai bekerja hari ini?” tanya Elsa sambil sibuk merapikan penampilannya.
“Jess!” Elsa memanggil sekali lagi. Karena panggilannya yang pertama belum ada jawaban.
“Iya, aku mulai besok saja. Aku sedang tidak enak badan.” Ucap Jessica akhirnya mengutarakan keluha
“Tuan! Apakah mobil ini milik perusahaan?”“Bukan nona! Ini milik tuan Jack.” Jawabnya sambil menyalakan mesin mobil dan siap berangkat menuju perusahaan Charleston.“Lalu bagaimana aku bisa diberikan hak untuk menaiki mobil sebagus ini? Hm, maksudku. Apakah posisiku nanti begitu penting di sana? Sehingga aku diberikan fasilitas antar jemput dari perusahaan?.”Sambil tersenyum Lukas menjawab. “Tidak tau nona! Tapi satu hal yang saya ketahui. Tuan khawatir kau tidak mau bekerja disana jika bukan aku sendiri yang mengantar dan menjemputmu.”“Maksudnya? Aku tidak mengerti tuan.” Tanya Jessica sambil meringis menahan sakitnya.“Begini nona. Tuan Khawatir kau tidak masuk kerja jika bukan aku sendiri yang menjemputmu.”Jessica masih belum mengerti dengan maksud perkataan Lukas. Ia heran. Bukankah tanpa antar jemput pun ia tetap harus terpaksa bekerja di sana? Karena hal itu me
Benar dugaan Jessica bahwa Clara akan sama kejamnya dengan Jack Charleston. Ia memperkenalkan Jessica pada bagian-bagian penting di Perusahaan. Namun, ia menunjuknya sebagai pembantu umum. Itu artinya siapapun yang butuh bantuannya. Bisa dengan leluasa memerintahnya. Tidak hanya dalam hal penting yang berkaitan dengan masalah pekerjaan. Seperti hanya menyuruh untuk memfotokopikan dan sebagainya. Namun juga dapat memerintah dalam hal sepele seperti membeli makan atau minuman kesukaan.Jessica harus mondar mandir Melewati beberapa lantai demi melaksanakan pekerjaan apa saja yang mereka perintahkan. Ia bahkan harus menahan rasa sakit yang sejak tadi pagi menderanya. Sehingga akhirnya ada fase dimana ia sudah tidak sanggup lagi melakukan semua hal itu. Ia sudah tidak kuat lagi berjalan kesana kemari demi memenuhi panggilan siapa saja yang membutuhkan.Tenaga jessica sudah terkuras habis bahkan sebelum istirahat untuk makan siang. Rasa sakit dibawah perutnya semakin menjadi
Sesampainya di rumah sakit Jessica segera diperiksa. Lukas hanya bisa menjaganya dari luar. Ia tak menghubungi siapapun yang bisa menjadi walinya. Ia tau betul Jessica hanyalah seorang anak yatim yang hidup sendirian. Dalam hati ia berharap Jessica akan baik-baik saja.Setelah seorang dokter terlihat keluar dari ruang gawat darurat ia segera menghampirinya.“Bagaimana dok? Apa yang terjadi kepada anak itu?” tanyanya penuh kekhawatiran.“Dia baik-baik saja. Dia hanya kelelahan. Sepertinya ia mengalami kram perut akibat siklus darah haidnya yang tidak lancar. Mungkin karna rasa sakitnya itu yang membuatnya pingsan. Untuk keseluruhan dia sehat.” Ucap dokter itu optimis.Mendengar penjelasan dokter. Lukas hanya bisa bernafas lega.“Apakah dia sudah sadar dok?” tanyanya sekali lagi.“Ia, bahkan dia sudah boleh di bawa pulang. Anda bisa menebus obatnya nanti setelah menyelesaikan prosedur administrasi.&rdq
Sementara di perusahaan Charleston. Saat Jack mendengar kabar dari Lukas. Ia segera mengumpulkan bagian terpenting dari masing-masing departemen di perusahaannya. Ia mengadakan rapat darurat tiba-tiba.“Baru saja aku mendapat kabar tentang kondisi nona Jessica Simpson. Dokter bilang ia pingsan karena kelelahan. Aku tidak mau tau apa yang telah kalian lakukan kepadanya. Aku hanya ingin menanyakan suatu hal.” Jack diam sejenak sambil menarik nafas dalam-dalam dan memejamkan matanya. Sebelum akhirnya ia melanjutkan pertanyaannya.Apakah menurut kalian. Kalian berhak menyiksa seseorang hingga jatuh pingsan karena kelelahan seperti itu?” tanya Jack saat dalam rapat darutat. Ia menanyakan dengan ekpresinya yang sangar. Wajahnya memerah menahan amarah.Yang ditanyakan diam tanpa suara. Hening, mereka tak berani menjawab pertanyaan Jack.Apakah begini cara kalian memperlakukan setiap karyawan yang magang selama ini?Mereka semua masih sam
Chapter 1.Suara musik yang begitu keras dari salah satu klub malam terbesar di kota new york menggema seseantero bangunan yang begitu megah dan luas itu. Tampak seorang disk joki yang begitu asyik memainkan keahliannya dalam mengolah musik pilihan hingga ikut asyik berjoget sambil sesekali melambaikan tangan kearah penonton di lantai dansa yang tampak ramai dan sedikit sesak oleh kerumunan orang yang sedang berjoget sesuka hati mereka. Pemandangan malam yang biasa dan sudah lumrah tentunya bagi sebagian penduduk kota newyork. Namun bagi seorang jessica simpson, pemandangan seperti itu begitu asing dan bahkan bisa di katakan ini kali pertama ia menginjakkan kakinya ke tempat yang penuh dengan segala kenikmatan duniawi di dalamnya.Meski ragu dan merasa was-was. Jessica tetap memberanikan diri untuk masuk. Hal itu ia lakukan demi menjemput temannya yang setengah jam yang lalu menelponnya dalam keadaan mabuk berat. Karna khawatir, Ia akhirnya memut
Chapter 2.Jessica terlihat gelisah menunggu kabar dari Leon sahabatnya. Ia penasaran kenapa hingga sesore ini leon tidak juga menghubunginya. Bahkan ia sangat khawatir Leon masih belum bangun dan belum makan apapun sejak tadi pagi. Melihat betapa banyaknya minuman yang ia teguk semalaman. Wajar jika ia akan tidur seharian. Ia bolak balik mengecek layar ponselnya. Berharap ada telpon maupun pesan dari Leon. Namun nihil, yang ia dapatkan justru pesan dari agen pengkreditan barang-barang elektronik. Mengingatkan bahwa tanggal jatuh tempo pembayaran cicilannya akan berlangsung lima hari lagi.“Shit! Bahkan aku belum mendapatkan gajiku bulan ini!” serunya sambil setengah melempar ponselnya ke dalam tas jinjingnya. Ia mulai bersiap untuk pulang ke rumah. Waktu sudah menunjukkan selesainya jam kerja.“Glenca, aku pulang duluan ya!” sapanya pada teman yang duduk di dekatnya.“Kau tidak menungguku?
Chapter 3.Dimana Ini?” guman Jessica sambil dengan susah payah membuka kedua kelopak matanya yang begitu berat. Setelah kedua kelopak matanya berhasil terbuka lebar, ia terkejut mendapati dirinya berada di sebuah ruangan persegi bernuansa putih. Ia mencoba mengingat kembali tentang kejadian yang menimpanya tadi sepulang kerja. Saat melewati lorong yang agak sepi di sekitar rumahnya. Tiba-tiba sebuah tangan dengan memegang sapu tangan yang sepertinya sudah dibubuhi obat bius dibekapkan ke mulutnya dari arah belakang. Hingga membuatnya jatuh pingsan karena kehilangan kesadaran. Setelah itu, ia tidak tau apa yang terjadi pada dirinya.Ia berada di ruangan itu dengan kedua tangan terikat oleh seutas tali yang cukup kuat ke belakang. Tidak hanya tangannya yang diikat. Namun, mulutnya juga ditutup rapat menggunakan isolasi berwarna hitam. Sambil di dudukkan pada sebuah kursi di tengah-tengah ruangan. Menyadari hal itu ia langsung bis
“Tuan, aku mendapatkan laporan dari bagian keuangan perusahaan. Bahwa ada pengeluaran keuangan yang jumlahnya lumayan besar atas nama nona Olivia Charleston. Setelah kuselidiki lebih dalam ternyata itu dipakai oleh tuan Leon.” Robbet berusaha menjelaskan pada Jack. Ia yang memang masih diperintah untuk mengawasi hubungan Leon dan Jessica mengetahui bahwa diam-diam Leon memberikan sebuah kartu ATM atas nama Leon. Padahal dananya diambil dari perusahaan Charleston.“Untuk apa Leon menggunakan uang itu?” tanya Jack penasaran dengan kelanjutan dari penjelasan Robbert.Dengan agak ragu Robert menjawab. “Untuk diberikan kepada nona Jessica simpson tuan!”“Apa?” Mendengar jawaban Robert Jack terbelalak kaget. Seketika rahangnya mengatup keras. Wajahnya memerah karena menahan amarah. “Kurang ajar! Tidak tau diri!” ucap Jack sambil mengepalkan kedua telapak tangannya.Jack mencoba menarik nafa