Share

Ketahuan

Pagi itu Elsa sedikit heran dengan tingkah Jessica yang  lebih ceria dari hari-hari sebelumnya. Padahal sebelumnya ia seringkali murung jika mengingat Leon ataupun keluarga Charleston.

“Hei, kau! Ceritakan padaku apa yang sebenarnya kau lakukan tanpaku kemaren?” tanya Elsa saat melihat Jessica menyanyi-nyanyi kecil sambil menggoreng sesuatu di kompor.

“Aku berhasil membuat mobil tuan Jack Charleston berantakan.” Jawab Jessica seraya masih fokus memegang sutil penggorengan.

“Apa?” mendengar hal itu, Elsa terbelalak kaget. “Kau apakan mobilnya?” tanya Elsa menghampiri Jessica.

“Ku tulisi beberapa kata-kata aneh menggunakan gunting.” Jawab Jessica enteng. Seakan tanpa beban dan rasa bersalah. Meski sebelumnya ia sempat gugup khawatir akan ketahuan. Namun, ia berusaha meyakinkan dirinya bahwa aksinya kemaren itu tidak akan ketahuan. Ia melakukannya dengan penuh kehati-hatian. Menghindari sudut-sudut yang sekiranya terekam kamera pengawas. Selain itu kemarin dia memakai masker dan kacamata. Mustahil rasanya jika sampai ketahuan.

“Kau gila Jess!” protes Elsa mendengar jawaban lanjutan dari Jessica. “Kau cari perkara dengan tuan Charleston! Sadarlah Jessy! Dia bukan lawanmu. Kalau sampai kau ketahuan. Aku yakin ia akan membuatmu lebih menderita dari sekarang!”

Mendengar perkataan Elsa dia diam sejenak. Sedikit berpikir dan membayangkan jika itu benar-benar terjadi. Namun tak lama kemudian ia masih melanjutkan kegiatan menggorengnya. “Aku sudah siap dengan segala kemungkinan terburuk!” jawab Jessica penuh keyakinan. Meski sebenarnya di dalam hati ia ragu menghadapi kemungkinan terburuk itu.

“Kenapa kau berbuat sejauh dan senekat itu?” tanya Elsa heran.

“Aku juga tidak tau kenapa aku senekat itu. Satu hal yang membuatku terdorong untuk melakukan aksi nekat seperti itu.” Ujar Jessica menjeda kalimatnya karna sedang sibuk mengangkat ikan yang sejak tadi digorengnya. “Ingin melihatnya marah. Itu saja.” Lanjutnya enteng.

“Sekali lagi Jess, kau memang gila!” seru Elsa sambil berjalan menuju lemari es.

Jessica cuek dan hanya mengangkat bahunya sebagai pertanda ia setuju dikatai begitu.

Elsa yang mengambil sayuran segar dari lemari es segera memotongnya menjadi potongan kecil.

“Oh ya, Mark menelponku lagi. Katanya kapan kita ada waktu luang untuk membicarakan proyekmu lagi?” Elsa bertanya pada Jessica.

“Kau bisa tentukan sesuai jadwal kosongmu dan juga waktu luang yang dimilik Mark untuk kita. Kau tau aku ini pengangguran. Jadi waktuku sangat banyak.” Jawab Jessica pasrah.

“Ok, aku telpon dia nanti.”

“Kau bersemangat sekali!” Jessica mengerling ke arah Elsa setengah menggoda Elsa.

“Kau,-“ Elsa menghela nafas sejenak. Mengisyaratkan tanda keberatan di goda demikian. “Aku melakukannya demi kamu Jess! Plise! Jangan salah paham.”

“Tak ada yang menjamin apa yang akan terjadi di masa depan.” Ucap Jessica dengan senyum menggodanya.

“Sudahlah, masakannya bisa gosong nantinya jika kita selalu bercanda seperti ini.”

Mereka berdua fokus pada pekerjaan masing-masing.

“Aku pergi dulu Jess! Baik-baik di rumah ya! Jangan meninggalkan rumah dalam keadaan pintu belum terkunci!” Elsa pamit berangkat kerja pada Jessica. Ia memberi peringatan begitu karena sangat tau kebiasaan lama temannya yang sering keluar rumah tanpa mengunci pintu karena lupa.

Dulu ketika jessica masih di kontrakan lama. Ia sering berkunjung kesana dan menemukan rumah Jessica tidak terkunci sedangkan orangnya entah kemana. Untung saja rumah yang dulu merupakan tempat terpencil yang jarang di lalui banyak orang.

“Ok sayang. Selamat bekerja! Semoga harimu menyenangkan.”

Begitu Elsa pergi, Jessica segera membereskan beberapa hal berantakan dan perlu dirapikan di rumah itu. Ia berencana diam di dalam rumah saja hari ini. Mungkin ia akan menyibukkan diri dengan browsing beberapa hal yang berkaitan dengan bisnis kulinernya.

Saat ia sibuk mengepel lantai yang sebenarnya tidak terlalu kotor, ia di kagetkan dengan suara bel di luar pintu. Siapa gerangan yang bertamu di saat jam kerja seperti ini? Tanyanya di dalam hati. Tidak mungkin Elsa kembali untuk mengambil sesuatu. Jika itu benar Elsa, untuk apa ia membunyikan bel? Bukankah ia juga sudah memegang kunci rumahnya sendiri.

Seketika Jessica meletakkan alat pel yang ada di tangannya. Ia dengan segera menuju pintu untuk melihat siapakah yang bertamu di waktu seperti ini. Saat ia membuka pintu rumah, seorang laki-laki tinggi gempal tersenyum tepat ke arahnya. Melihat orang itu Jessica mencoba memutar Ingatannya. Sepertinya ia pernah bertemu dengan laki-laki ini. Tapi ia lupa dan hanya bisa bengong menatap laki-laki itu cukup lama.

Melihat keterkejutan Jessica, laki-laki berbadan gempal itu berinisiatif menyapa lebih dulu. “Selamat pagi nona Simpson! Ini aku, Lukas. Mungkin kau masih ingat?” tanyanya percaya diri.

Mendengar namanya disebutkan Elsa mencoba mengingat sekali lagi. Seketika ingatannya terlempar pada suatu peristiwa yang tak mengenakkan tempo hari. Sial rupanya dia adalah salah satu bodyguard tuan Jack Charleston. Begitu kesadarannya kembali penuh ia mulai gemetar. Seluruh tubuhnya tiba-tiba seakan lumpuh. Ia yakin ini adalah pertanda buruk.

“Bolehkah saya masuk dulu nona?” tanya Lukas setengah memaksa. “Ada hal yang sangat penting yang ingin saya sampaikan.” Lukas melanjutkan perkataannya. Ia tak peduli bahwa saat itu Jessica sedang mati rasa. Bahkan ia tak memiliki kekuatan untuk menjawab pertanyaannya. Seluruh tubuhnya terasa kebas. Sepertinya aliran darahnya tiba-tiba tersumbat.

“Nona!” Lukas terlihat melambaikan tangannya tepat di depan wajah Jessica yang sedang diam mematung.

“Iya, silahkan tuan!” terdengar kalimat yang sebenarnya sangat ia ucapkan dengan sangat terpaksa.

Jessica mempersilahkan Lukas masuk dan mengikutinya dari belakang. Begitu sampai di dalam, ia dengan hati yang sangat berat mempersilahkan lukas duduk di kursi sofa.

“Kau mau minum apa tuan? Aku buatkan minuman dulu ya?” tanya Jessica berbasa-basi. Meski kenyataannya saat ini ia khawatir. Namun ia tidak boleh terlihat takut. Ia harus terlihat tegar dan kuat. Harus memberi kesan bahwa ia bukanlah orang yang gampang ditindas.

“Tidak usah nona! Duduk saja! Kita langsung bicarakan intinya.” Ucap Lukas tegas.

Jessica menelan ludahnya dan berusaha duduk setenang mungkin.

Lukas membuka tas yang sejak tadi tersampir dibahunya. Ia mengeluarkan sebuah handphone dan beberapa kertas yang entah apa yang tertulis di atasnya.

Pertama-tama ia menyalakan handphone dan menyerahkannya pada Jessica. Tanpa ragu Jessica langsung menerimanya dengan tangan yang sedikit gemetar.

“Lihat dulu rekaman dalam video itu hinggai selesai nona!” perintah Lukas sesaat setelah Jessica membawa ponsel itu dalam genggamannya. “Setelah itu, baru kita bicarakan jalan keluarnya.” Ucap Lukas mengintimidasi dalam setiap perkataannya.

Jessica mengangguk pasrah dan segera menekan layar dari ponsel Lukas yang masih menyala. Ia memperhatikan setiap kejadian yang terekam di dalamnya. Terlihat bagaimana seseorang tampak sedang menyelinap dan melakukan aksi yang brutal pada sebuah mobil mewah di sebuah parkiran hotel bintang lima. Ia kenal betul siapa orang dalam rekaman itu. Itu dirinya yang sedang memakai masker dan kacamata hitam yang agak besar.

“Kau mengenal orang dalam rekaman itu nona?” tanya Lukas dengan tiba-tiba. Meruntuhkan ketegangan yang sedang bergejolak dalam diri Jessica.

“A- apa?” jawabnya gugup.

“Apakah kau mengenal orang di dalam rekaman itu?” tanya Lukas sekali lagi dengan pelan dan penuh penekanan dalam perkataannya. Mengisyaratkan bahwa kali ini ia bukan hanya bertanya namun sedikit mengintrogasi Jessica.

Jessica menelan ludah dan dengan penuh kegugupan ia terpaksa menjawab “Maaf, aku tidak tau siapa orang itu.” Ia akhirnya berbohong demi menutupi kesalahannya.

“Kau yakin tidak mengenalnya?” lagi-lagi pertanyaan Lukas semakin membuatnya merasa diinterogasi.

“Tidak! Aku tidak kenal.”

“Baiklah, silahkan coba buka lagi rekaman video yang ada di bawahnya!” perintah Lukas dengan cepat.

Dengan penuh keraguan namun tetap dalam keterpaksaan Jessica membuka folder lain setelahnya. Ia mengematinya dengan hati yang penuh ketakutan. Jantungnya berdebar semakin kencang tak karuan. Setelah sekian detik ia memperhatikan video itu diputar. Akhirnya ia menemukan sebuah rekaman yang memperlihatkan dirinya sedang masuk ke dalam hotel dengan menggunakan pakaian yang sama seperti dalam rekaman sebelumnya. Namun satu hal yang berbeda. Ia tidak sedang menggunakan masker dan juga kacamata. Wajahnya tampak jelas dalam rekaman yang ini.

Wajahnya seketika pias. Ponsel dalam genggamannya hampir saja terjatuh jika saja Lukas tidak segera merebutnya kembali.

“Sekarang pasti kamu sudah mengenali orang di dalam rekaman itu.” Ucap Lukas semakin membuat nyali Jessica menciut. Kini ia hanya bisa pasrah. Kali ini ia tidak akan bisa mengelak lagi. Rasa malu dan takut berbaur menjadi satu menciptakan suatu ketegangan yang hampir membuatnya pingsan seketika itu juga.

“Lalu apa yang akan kalian lakukan padaku?” tanyanya memberanikan diri sambil menelan ludah.

“Tuan Jack memberimu waktu tiga hari.”

“Waktu tiga hari?” ia masih bertanya tanda tak mengerti ke mana arah oembicaraan lukas saat ini.

Lukas mengeluarkan selembar kertas dan memberikannya pada Jessica. Di atas kertas itu terdapat catatan pengeluaran uang untuk perbaikan mobil atas nama Jack Charleston. Jessica langsung menganga saat membaca jumlah uang yang tertera di dalamnya. Jumlahnya empat kali lipat dari tabungan di dalam rekeningnya yang sudah ia simpan beberapa tahun terakhir.

“Tuan Jack meminta ganti rugi sebesar yang tertera di kertas itu nona simpson! Dan kau hanya diberi waktu tiga hari untuk melunasinya.” Lukas menjelaskan maksud perkataan tiga hari yang dia ucapkan sebelumnya.

“Gila!” sebuah umpatan yang tanpa sengaja melesat dari mulat mungil Jessica. Sadar bahwa ia keceplosan ia segera menutup rapat mulutnya menggunakan telapak tangannya sendiri.

“Ya, betul. Kau memang gila nona! Untuk apa kau menyengsarakan hidupmu dengan melakukan hal gila semacam itu? Kau pikir aksimu tidak akan ketahuan? Kau tidak kenal siapa itu Jack Charleston? Bukankah selama ini kau sudah dibuat cukup menderita oleh tuanku?” berbagai pertanyaan terlontar dari Lukas untuk Jessica.

Jessica yang sejak tadi sudah membeku dalam diamnya dibuat semakin tak karuan oleh ucapan Lukas. Tiga hari bukanlah waktu yang lama. Ia mulai berpikir darimana ia akan mendapatkan uang sebanyak itu? Seluruh tabungannya tidak akan cukup untuk menggantikan kerugian itu. Ia mulai mengumpati dirinya sendiri dalam hati. Kenapa ia sangat nekat? Kenapa ia dibutakan oleh rasa balas dendam yang tentunya akan merugikannya sendiri?. Kini ia hanya bisa menghela nafas panjang dan air matanya mulai menggenangi pelupuk matanya.

“Dan jika tiga hari aku tidak mendapatkan uang sebanyak ini? Apa yang akan kalian lakukan kepadaku?” tanyanya polos dengan nada yang lirih. Seolah meminta belas kasihan kepada Lukas.

“Bukankah sudah jelas? Kau akan dijebloskan ke dalam penjara nona!” Lukas menjawab tanpa keraguan.

“Apa? Penjara?” refleks Jessica dibuat terkejut sekali lagi. Saat ini tiba-tiba pikirannya blank. Tak tau harus berbuat apa.

“Baiklah, kurasa semuanya sudah jelas nona! Lebih baik aku permisi dulu!” seru Lukas sambil beranjak dati tempat duduknya.

“Tunggu!” ucap Jessica mencoba menahan kepergian Lukas.

“Apalagi nona?” tanya Lukas sebelum melewati pintu keluar.

“Tiga hari lagi, kalau misalkan aku tidak bisa menggantinya. Bisakah aku berbicara langsung kepada tuan Jack?” tanya Jessica penuh harap.

“Aku juga tidak tau. Kita lihat saja apa yang akan terjadi nanti. Semoga kau beruntung nona Simpson!” itulah kata terakhir yang Lukas ucapkan sebelum ia benar-benar meninggalkan ruangan itu.

Jessica masih sock dan memetung di atas sofa. Ia menjadi tidak berdaya.

###

“Siapa sangka masalahnya akan menjadi serumit ini?” ucap Elsa setelah mengetahui cerita Jessica tadi siang saat didatangi Lukas.

“Aku juga tidak menyangka akhirnya akan ketahuan juga. Padahal aku sudah melakukannya dengan penuh kehati-hatian!” jawab Jessica seraya bercucuran air mata.

“Mark ingin bertemu kita besok malam. Katanya ia akan mengajakmu mencari-cari tempat yang strategis. Tapi, melihat keadaanmu yang seperti ini. Apakah masih mungkin melanjutkan rencana kita?”

“Benarkah? Oh! Bagaimana ini?” Jessica terlihat semakin bingung.

“Kurasa tuan Jack masih berbaik hati memberimu waktu tiga hari jes! Jika tidak ia akan langsung mengirimmu ke penjara!” ucap Elsa sedikit menenangkan Jessica.

“Tiga hari Elsa! Bagiku itu sama saja dengan tidak memberiku waktu sama sekali! Dari mana aku akan mendapatkan uang sebanyak itu? Bahkan tabunganku yang sudah sekian tahun ku simpan tak sampai separuh dari apa yang ia tuntut.”

“Bagaimana jika aku memberikan tabunganku? Setidaknya separuh dari uang tuntutan itu sudah terpenuhi. Tapi selanjutnya, bagaimana dengan rencanamu menjalankan bisnis? Apakah akan berhenti sampai di situ?” tanya Elsa penuh kekhawatiran terhadap nasib sahabatnya.

“Aku akan bernegosiasi dengan tuan Jack. Aku ingin ia memberiku waktu setidaknya tiga bulan.” Ucap jessica mantap. Ia mengambil keputusan untuk memohon perpanjangan waktu pada Jack Charleston.

“Kalau dia tidak memberikan perpanjangan waktu selama itu, bagaimana?” Elsa ragu dengan keputusan sahabatnya.

“Setidaknya aku harus mencobanya. Aku juga tidak ingin melibatkanmu dalam masalahku. Apalagi sampai memakai uang tabunganmu. Aku tidak peduli bahkan jika aku harus berlulut memohon pengampunannya.”

“Jangan Jes! Jangan sampai kau memohon pengampunannya  dengan cara seperti itu. Bagaimanapun kau tidak bersalah dari awal. Dia yang mencari gara-gara terlebih dahulu. Jika saja dia tak menjadikanmu karyawan blacklist, tak mungkin kau melakukan hal senekat itu.”

“Pada akhirnya meski tidak bersalah, orang miskin seperti kitalah yang tetap bersalah.” Ucap Jessica seraya menghela nafas berat. Begitu beratnya masalah yang menimpanya kali ini membuatnya tak memiliki kepercayaan diri lagi. Membuatnya ingin menyerah saja.

“Jess! Jangan sungkan untuk memakai uang tabunganku jika itu memang membantu. Lagi pula, jika kau dipenjara. Aku akan berteman dengan siapa?” Elsa menjelaskan dengan wajah memelasnya.

“Oh, Elsa! Kau memang yang terbaik.”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status