Share

Aksi Nekat Jessica

Jessica sudah berjanji pada dirinya sendiri bahwa ia tak akan pernah menyerah oleh keadaan. Benar saja,  setelah beberapa hari mencoba kesana kemari dengan menggunakan berbagai cara Jessica yang  masih saja tidak diterima di perusahaan manapun, akhirnya  memutuskan untuk menyudahi pencariannya. Ia bertekad memulai kembali hidupnya dengan mengganti tujuannya. Ia mulai memikirkan tentang cara  bagaimana ia bisa menghasilkan uang tanpa bekerja di sebuah perusahaan. Jalan satu-satunya saat ini tentu saja hanya dengan mulai berbisnis.

Mungkin ia akan mulai menyewa sebuah toko yang entah akan berjualan apa di dalamnya. Di waktu kecil ia pernah berkeinginan memiliki sebuah kafe. Karena memang sejak kecil Ia memiliki hobi memasak.  Seringkali ia menirukan berbagai tutorial masak di internet. Ia juga pandai memodifikasi sebuah resep masakan menjadi makanan yang lebih istimewa dari aslinya. Namun,  itu hanyalah hobi yang tak pernah menjadi mimpi besarnya.

Kali ini sepertinya ia terpaksa bertekad untuk mewujudkan keinginan kecilnya itu.  Meski tak terlalu yakin dengan kemampuannya sendiri. Tapi selama ia mau belajar dan berusaha, semua pasti ada jalannya. Karena tak akan ada hasil yang menghianati usaha.

“Kau yakin dengan rencanamu Jess?” tanya Elsa saat Jessica mencoba mengutarakan niatnya menyewa sebuah gedung kecil untuk dijadikan kafe.

“Meski tak terlalu yakin. Tapi aku masih mau berusaha Elsa! Kau atau aku tidak memiliki cara lain selain merencanakan hal ini.”

“Jadi kau mau menyerah pada pekerjaan? Kau tidak takut rugi?”

“Takut rugi?” Jessica heran dengan pertanyaan Elsa.”Jika ada pebisnis yang takut rugi,  maka lebih baik jangan pernah memulai usahanya.”

“Kau yakin akan menggunakan seluruh tabungan yang kau kumpulkan bertahun-tahun. Yang rencana awal untuk dibelikan rumah?” Elsa menghela nafas sejenak. “Jess! Hal itu butuh modal besar! Belum lagi saingannya yang sangat banyak.”.

“Elsa, kau support aku dan berikan aku sedikit ide!  Jangan menakut-nakutiku begitu! “

“Aku siap membantumu kapan saja kawan! Bahkan kalau perlu, aku juga akan menginvestasikan tabunganku jika kau mau.” Ujar Elsa penuh keyakinan. “Asalkan kau harus memulainya dengan penuh persiapan. Kau harus berkonsultasi dulu dengan beberapa pengusaha kenalanku.”

“Siapa? Kau punya teman seorang pengusaha?” tanya Jessica penasaran.

“Tentu saja. Nanti kuperkenalkan yang masih single!” jawab Elsa berkelakar.

Jessica hanya tersenyum simpul. Berusaha melupakan semua hal yang menimpa dirinya. Sahabatnya Elsa memang yang paling mengerti dirinya bahkan melebihi dirinya sendiri.

Sore itu Jessica dan Elsa memiliki janji temu dengan salah satu kenalan Elsa yang katanya sudah lumayan sukses menjalankan bisnis kuliner. Di Newyork ia setidaknya sudah memiliki sekitar tiga restoran yang lumayan besar. Meski tak sekelas bintang lima.

“Hai Elsa!” sapa seprang pria yang baru datang dan langsung duduk di hadapan Elsa dan Jessica.

“Hai Mark, senang bisa berjumpa denganmu lagi.” Jawab Elsa santai. “Semoga saja kedatangan kami tidak mengganggu waktumu.”

“Oh tidak, aku sedang tidak terlalu sibuk.” Jawab laki-laki yang bernama Mark itu.

“Perkenalkan, ini temanku Jessica Simpson. Dan- jess! Perkenalkan, ini temanku. Pengusaha muda yang berbekat di bidang kuliner. Mark West!”

Jessica mengulurkan tangannya ke arah Mark yang saat itu menatap lurus ke arahnya. Dengan senang hati Mark menyambut uluran tangan Jessica dan menyalaminya sebentar setelah kemudian melepasnya.

“Senang bertemu denganmu Mr. Mark” Sapa Jessica berusaha membuka percakapan diantara mereka.

“Senang juga bertemu dengan nona cantik sepertimu Mrs. Simpson!”

Dikatakan begitu, Jessica tersipu malu dan merona.

“Kau jangan menggombal terlalu awal Mark. Sahabatku ini tidak akan terpengaruh!” protes Elsa berusaha membela Jessica. “Lagian kenapa hanya Jessica yang cantik disini? Kau pikir aku itu jelek?” tanya Elsa meledek Mark.

“Tentu saja kalau kau selalu. Selalu cantik dan manis. Tak perlu lagi ku ungkapkan!”

Elsa yang terbiasa dengan segala kegombalan Mark hanya memilih mencibir padanya.

“Ok, sebelum kita lanjutkan obrolan kita. Biar aku memesan beberapa makanan dan minuman dahulu “

Mark memangggil salah satu pelayan dan meminta buku daftar menu untuk diperlihatkan pada Jessica dan Elsa.

“Silahkan pilih dulu pesanan kalian! Nanti biar Renatta yang menyiapkannya.”

“Maaf, apakah ini restorantmu sendiri?” tanya Jessica sambil membolak balik Daftar menu yang ada di tangannya.

“iya, ini salah satunya.” Jawab Mark sambil terus memperhatikan Jessica. Sepertinya ia mulai tertarik padanya. “Kata Elsa kau tertarik untuk membuka usaha kuliner?”

“Ya aku sedang belajar, dan tujuanku kesini untuk belajar hal itu padamu tuan Mark!”

“Oh! Ayolah cantik! Tidak usah terlalu formal memanggilku dengan sebutan tuan. Kau bisa mulai memanggilku Mark!”

“Baiklah Mark, aku tidak akan sungkan lagi kalau begitu.”

Jessica dan Elsa memesan makanan andalan di resto milik Mark. Konsep dari resto itu sendiri menjual aneka dessert dan juga beragam olahan Pastry. Selain itu ada olahan es krim dari aneka buah segar yang sangat membuat penasaran.

Setelah memesan beberapa makanan, mereka asik dengan obrolan panjang srputar kuliner. Mark sangat antusias menjawab berbagai pertanyaan Jessica. Mark yang memilik sifat terbuka, tak sungkan menjelaskan semua hal yang pernah dilewatinya. Mereka mulai bercerita pengalaman Mark yang awalnya hanya sebagai pencuci piring di sebuah restorant. Hingga kemudian ia dijadikan asisten oleh salah seorang koki ternama. Dari sanalah ia mulai tertarik untuk belajar sendiri secara otodidak. Mark tak pernah menempuh sekolah khusus dunia kuliner. Ia mendapatkan ilmunya dengan cara belajar langsung pada koki yang dulunya pernah menjadikannya asisten.

Kesuksesan yang ia dapatkan sekarang merupakan sebuah hasil yang ia peroleh dari proses yang begitu panjang dan tentunya tidak mudah. Namun berkat semangat dan juga usahanya yang tak kenal kata menyerah mengantarkannya menjadi pengusaha muda yang cukup sukses di usianya saat ini.

“Bagaimana menurutmu? Kau siap dengan segala resikonya?” tanya Mark mengakhiri penjelasan panjangnya.

Jessica hanya mengangguk ragu. Bagaimanapun persiapannya masih nol persen. Ia Ingin melakukannya hanya karena terpaksa. Keadaan memaksanya untuk nekat menekuni bidang yang selama ini tidak pernah ia bayangkan.

“Jess! Baru kemarin kau berbicara padaku dengan mata yang berkilat penuh semangat!” ujar Elsa sedikit protes dengan respon Jessica yang kurang antusias.

“Itu kemaren Elsa. Saat aku belum mengetahui suka dan dukanya. Kini setelah mendengarkan kisah  perjalanan Mark. Nyaliku jadi ciut dan entahlah aku tak bisa menggambarkannya.”

“Tenang saja Jess! Kau memiliki aku yang siap membantumu!” Mark mencoba menenangkan kekhawatiran Jessica.

“Oh, Mark kau tak tau. Betapa aku sangat khawatir kekurangan modal.” Jessica berbisik pada dirinya sendiri. Ia hanya berani bergumam di dalam hati. Karena tak mungkin di hadapan Mark ia mengeluhkan masalah itu. Bisa-bisa nanti dikira butuh pjnjaman dana.

“Kau juga memiliki teman sebaik Elsa Jess! Percayalah dia pasti akan membantumu seberat apapun rintanganmu di depan.” Kali ini Mark membawa nama Elsa untuk semakin meyakinkan Jessica.

Obrolan sore itu diakhiri sedikit lebih cepat. Karena Mark tiba-tiba ada urusan yang mendesaknya untuk berpamitan pada Elsa dan Jessica.  Kendati demikian ia tetap membiarkan Elsa dan Jessica menikmati dulu setiap menu yang mereka pesan di restoran yang Mark punya itu.

##

“Bagaimana Mark menurutmu?” tanya Elsa sedikit mengerling ke arah Jessica yang berjalan disampingnya.

“Nice.” Jawab Jessica singkat.

“Hanya Nice?” tanya Elsa gemas.

“Lalu kau mau aku mengatakan apalagi?”

“Kau tidak naksir padanya?” pertanyaan Elsa sedikit mengintimidasi.

“Elsa, kau memperkenalkan aku padanya untuk tujuan apa? Membuatku belajar bisnis, atau mau menjodohkanku dengannya?” ucap Jessica sedikit bergurau.

“Tentu saja dua-duanya kawan!” jawab Elsa mantap.

“Kau gila!” Jessica menghentikan langkahnya dan berbalik menatap Elsa. “Kenapa tidak kau saja yang mendekatinya?”.

“Mana mau dia padaku?”

“Kenapa Elsa? Kau cantik, baik, mandiri dan penuh pengertian. Hampir perfect menurutku.”

“Tidak, lagipula dia bukan tipeku.”

Saat Jessica hendak melanjutkan pembicaraannya, ia tiba-tiba melihat sebuah mobil mewah lewat di sampingnya. Ia ingat betul siapa pemilik mobil sport keluaran terbaru itu. Tuan Jack Charleston sedang memarkir mobilnya di sebuah hotel bintang lima di seberang jalan. Terlihat seseorang mengambil alih mobil itu dan membawanya menuju tempat parkir. Sedangkan tuan Jack sendiri berjalan melewati pintu utama menuju ke dalam ruangan. Tampak beberapa orang berdiri di belakang mengikuti langkahnya.

“Elsa, kau tau itu hotel milik siapa?”

Tanya Jessica mengalihkan pembicaraan. Ditanya begitu Elsa berbalik menatap gedung pencakar langit yang tepat berada di seberang jalan. Membaca nama yang terukir indah di taman kecil yang terletak di sebelah pintu gerbang raksasa.

“Hotel Rich” gumam Elsa dengan wajah bengongnya. “Tunggu, sepertinya aku ingat ini salah satu hotel.milik keluarga Charleston.” Elsa setengah berteriak ketika menyebutkan nama Charleston.

Mendengar hal itu, Jessica jadi semakin bersemangat. Entah apa yang sebenarnya sedang ia pikirkan. Tiba-tiba sebuah ide nakal berkelebat dalam pikirannya.

“Elsa, kau pulanglah duluan! Aku.masih ada urusan.” Ujar Jessica sambil tersenyum.misterius.

“Kau mau menemui tuan muda Charleston?” tanya Elsa setengah tak percaya.

“Aku harus memberinya sedikit pelajaran Elsa! Ucapnya penuh keyakinan.

“Kau tadi mengatakan aku gila karna menjodohkanmu dengan Mark. Dan sekarang menurutku kau yang lebih gila kawan!”

“Ya, aku memang gila jika itu menyangkut tuan muda Charleston!” ujar Jessica sambil berlalu meninggalkan Elsa.

Melihat hal itu Elsa hanya bisa menggelengkan kepalanya pelan. Tak mungkin baginya mencegah Jessica melakukan hal yang entah apa bahkan Elsa juga tak mengerti. Namun satu hal yang ia yakini. Sahabatnya itu sungguh sudah kehilangan akal sehatnya. Menemui seseorang yang sudah membuatnya menderita selama ini. Sama saja dengan secara sengaja ingin menambah penderitaannya.

Saat Jessica sudah sampai di lobi hotel Rich milik keluarga Charleston. Ia mulai memperhatikan sekitarnya dengan penuh kehati-hatian. Ia berusaha bersikap selayaknya pengunjung lain. Gerak-geriknya harus terlihat natural dan tidak mencurigakan.

Ia menuju lokasi parkir motor yang ada di lantai paling bawah. Matanya berusaha mencari dimana mobil Jack yang pernah ia lihat tadi ketika ada di seberang jalan hotel. Meski memerlukan waktu yang agak lama, ia pun menemukan letak dimana mobil mewah itu terparkir. Ia menoleh ke arah sekitar memperhatikan CCTV yang terpampang di berbagai sudut. Meski hatinya mulai merasakan debaran karna sedikit ketakutan untuk memulai aksinya. Namun hal itu tak menyurutkan langkahnya. Ia pura-pura keluar sebentar dan mencari toilet terdekat.

Di dalam toilet, Jessica memakai masker dengan tujuan supaya wajahnya samar dan sulit tertangkap kamera. Selain itu ia juga mengenakan kacamata hitam yang semakin membuat wajahnya sulit dikenali. Setelah siap dengan penyamarannya yang menurutnya sudah perfect. Ia keluar lagi dan langsung menuju tempat parkir dengan sedikit tergesa-gesa. Khawatir Jack segera keluar dan ia belum sempat melaksanakan aksi gilanya.

Sesampainya di samping mobil Jack, Jessica langsung saja mengambil gunting yang ada di dalam tasnya dan dengan sengaja melukai bagian luar mobil dengan beberapa kata-kata kotor. Setelah puas melampiaskan kekesalannya dengan kata-kata yang tak etis. Ia segera berlalu menghindari sudut yang sekiranya tertangkap oleh kamera pengawas.

Entah apa yang sedang Jessica pikirkan. Yang pasti kali ini pikirannya sudah mulai kalut sejak tadi selepas melaksanakan aksinya. Ia mulai berpikir jernih dan menyesali apa yang telah ia.lakukan barusan. Namun, nasi sudah menjadi bubur. Ia harus siap menerima segala konsekuensi atas perbuatan nekatnya.

Sementara di ruangan lain Jack sedang sibuk rapat dengan para karyawan hotel Rich. Rapat yang sudah merupakan agenda bulanan itu berjalan seperti biasanya. Berisi laporan pendapatan maupun pengeluaran keuangan. Evaluasi pengembangan seputar pelayanan dan juga fasilitas yang semakin dibuat nyaman untuk para pengunjung maupun tamu.

Setelah menutup rapat bulanan jack segera pergi untuk urusan lain yang menantinya. Ia menelpon sopir pribadi untuk mengantarkannya melakukan kegiatan selanjutnya di tempat lain yang lumayan jauh. Biasanya ia lebih memilih membawa sendiri mobilnya jika jaraknya tak terlalu jauh. Namun kali ini pekerjaannya menuntut perjalanan yang agak panjang. Sehingga wajar jika ia meminta sopir pribadinya saja yang mengantarkannya.

Seorang laki-laki melangkah setengah berlari ke arah Jack. Dari kehauhan Jack tau bahwa itu adalah David sopir pribadinya. Tapi yang membuat Jack sedikit mengernyitkan keningnya adalah jalan David yang terlihat sangat tergesa-gesa untuk bisa mencapainya. Hal itu sungguh di luar kebiasaan david uang kesehariannya santai namun pasti. Selain itu, bukannya seharusnya David menghampirinya dengan membawa mobil Jack.

Begitu David sampai di hadapan Jack, ia setengah gugup ingin menyampaikan apa yang terjadi sebenarnya.

“Ada apa David? Kenapa kau terburu-buru seperti itu?” tanya Jack pada David yang masih berusaha mengatur nafasnya kembali.

“Tuan, ada sedikit masalah pada mobil anda!” jawab David.

“Apa yang terjadi?” tanya Jack sekali lagi. Penasaran dengan hal yang disampaikan David.

“Seseorang dengan sengaja melukai mobil anda dan mengempeskan bannya.”

“Apa katamu?”

Mendengar penjelasan David, seketika Jack terkejut dan membelalakkan matanya. Ekspresinya saat ini cukup membuat kegugupan David semakin bertambah. Wajah Jack merah karna menahan amarahnya.

“Bagaimana bisa hal itu terjadi?” tanya Jack

“Saya juga tidak tau tuan. Saat saya mau mengambilnya di tempat parkir. Saya juga terkejut dengan keadaan mobil anda yang seperti itu.”

“Cepat! Panggilkan satpam penjaga tempat parkir.” Perintah Jack sambil melangkah menuju tempat mobilnya di parkir. Ia sangat kesal dengan kejadian ini. Bukan karena terlalu sayang dengan mobil mewahnya. Tapi, karna sistem keamanan tempat parkir yang ternyata masih kurang bagus. Baginya ini bisa jadi sebuah kegagalan yang fatal.

Sesampainya disana ia cukup terkejut melihat keadaan mobilnya yang di tulisi berbagai kata-kata kasar. Ia marah dan memerintah semua satpam penjaga area parkir berkumpul dan menghadap kepadanya. Satu persatu-satu mereka mulai berdatangan. Tentu saja dalam keadaan gugup karena takut. Mereka yakin Jack pasti akan murka dengan kejadian ini. Kelalaian mereka kali ini mempertaruhkan pemotongan gaji atau bahkan berkonsekuensi pada hilangnya pekerjaan mereka.

Jack masih diam dan belum memulai pembicarannya. Ia menatap tajam satu persatu satpam yang bediri tegak di depannya. Sorot matanya begitu menakutkan. Rahangnya mengeras dengan wajah yang merah akibat menahan amarah.

Setelah semuanya berkumpul sekitar sepuluh orang jack memulai ceramah panjanganya. Ia sangat kecewa dengan kinerja mereka yang menurutnya tidak becus menjaga keamanan di tempat parkir. Jack juga menyanyakan keaktifan CCTV yabg terpampang di hampir seluruh sudut ruangan. Bagaimana mungkin mereka tidak memperhatikan jika semua kejadian bisa terekam kamera pengawas. Jack tak habis pikir mengapa mereka bisa kecolongan jika memang kinerja mereka bagus dan kompak.

Tampak satu persatu dati para satpam itu mengelak dan mencari alasan yang sekiranya logis. Bahkan mereka mulai menyalahkan satu sama lain. Hal itu justru membuat Jack semakin geram dan murka. Keputusan akhirnya Jack menghukum mereka dengan pemotongan gaji selama tiga bulan ke depan. Ia melakukan hal itu bertujuan untuk mendisiplinkan kinerja mereka.

Jack yang kecewa hanya bisa meminta rekaman kamera pengawas hari itu dan menyerahkannya pada lukas, asisten pribadinya. Ia memerintah lukas mengamati dan menemukan pelakunya melalui rekaman seluruh kejadian hari itu. Ia juga memerintah David untuk mengambil mobil lain milik perusahaan untuk mengantarkannya lagi ke tempat tujuannya berikutnya.

Tak perlu waktu yang lama bagi lukas untuk menemukan pelakunya. Ia bahkan sudah memotong beberapa bagian rekaman yang bisa langsung memperlihatkan bahwa kejadian hari itu merupakan ulah Jessica. Tanpa memperpanjang waktu lukas segera memberi tahu Jack.

“Ya lukas, ada apa? Kau sudah menemukan pelakunya?” tanya Jack melalui handphone saat Jack baru saja selesai meeting dengan beberapa pemegang saham.

“Iya tuan!” jawab Lukas tegas tanpa berbasa-basi. Ia tau Jack pasti sangat kesal dan sangat penasaran siapa dalang dibalik semua ini. “Nona Jessica Simpsonlah pelakunya” lanjut Lukas segera memberikan jawaban sebelum Jack mulai bertanya lagi.

Mendengar nama itu Jack menghela nafas pajang. Ia mengepalkan tangannya seraya memejamkan matanya agak lama. Ia berusaha menenangkan emosinya yang saat ini sudah serasa akan meledak.

“Selanjutnya, apa yang bisa saya lakukan tuan?” tanya Lukas.

“Jangan lakukan apapun! Biar aku saja yang membuat perhitungan dengannya.” Jawab Jack sambil tersenyum menyeringai. “Berikan saja padaku rekaman jelasnya dan struk tagihan perbaikan mobilku. Aku ingin tau,  apakah dia mampu mengganti rugi sebanyak itu.”

“Baik tuan!” jawab lukas tegas.

Jack mulai memikirkan cara bagaimana membalas wanita yang sejak awal ia anggap sebagai pengganggu rumah tangga adik kesayangannya. Kali ini ia tak akan lagi memberinya ampun. Ia akan membuat Jessica menyesal karena pernah mengenalnya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status