Share

Nyai sang Pembunuh

Pria yang aku ikuti menghentikan langkahnya, tak disangka ia menoleh ke arahku yang berdiam diri di sudut jalan yang gelap. Seperti dugaanku, seketika dia pun menghampiri.

"Bu Marni, sedang apa di sini?" tanyanya dengan wajah kebingungan.

Aku hanya tersenyum tipis dan berbalik membelakanginya, berharap dia mengikuti langkahku yang sengaja dipelankan. Orang lain akan melihatku sebagai Marni. Penyamaran yang bagus, bukan?

"Bu, apa Ibu baik-baik saja?" tanyanya kembali.

Langkah ini terhenti di sebuah tempat tak berpenghuni. Gelap, serta gemercik hujan kian membasahi permukaan tanah.

"Kau sudah mencampuri urusanku, Pak tua," ucapku datar tanpa menoleh ke arahnya.

"Astagfirullah hal Adzim, siapa kamu?"

Aku berbalik badan dengan memperlihatkan setengah sosokku. Mata merah, wajah bersisik, dan gigi bertaring, serentak membuatnya terperanjat. Aku memang meminjam tubuh Marni, tetapi wujud asliku tetap bisa kutampakkan dengan sesuka hati.

"Kau ... kau jelmaan siluman. Untuk apa berada di tubu
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status