BONEKA KEMATIAN

BONEKA KEMATIAN

last updateLast Updated : 2025-05-12
By:  Alya SnitzkyUpdated just now
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Not enough ratings
15Chapters
78views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Daru mendapati bahwa anak perempuannya menemukan sebuah boneka. Boneka itu terlihat lucu dan menggamaskan. Namun, Daru menemukan sebuah keanehan di mana kemunculan boneka itu bertepatan dengan kasus yang rumit di mana rekan-rekannya di kepolisian meninggal dengan cara yang mengenaskan. Apakah hubungan antara kasus pembunuhan dengan boneka itu?

View More

Chapter 1

KEMATIAN

Arrrghhh! Ada mayat!”

Malam itu, suasana yang sunyi dan sepi mendadak pecah karena jeritan seorang wanita. Wanita itu bekerja di toko yang ada di pusat perbelanjaan. Seperti biasa, wanita yang bernama Minah itu setiap malam harus membuang sampah di tempat pembuangan yang ada di samping toko bir setelah toko tutup

Gang sempit itu menghubungkan pusat perbelanjaan ke pasar besar. Tetapi, jika malam hari tentu saja sepi. Daru yang kebetulan sedang dinas malam langsung menuju ke TKP setelah menerima laporan penemuan mayat. Gang sempit yang biasanya sepi jika malam hari itu mendadak ramai dengan kerumunan orang-orang dan juga polisi. Tim INAFIS sudah datang dan sedang memeriksa korban saat Daru turun dari mobilnya.

Saat melihat kedatangan Daru, salah seorang anak buahnya langsung mendekat.

“Pak, saya sarankan lebih baik Anda tidak melihat jenazahnya.”

                                                                                   

Daru mengerutkan dahi. Sebagai kepala polisi yang sudah hampir 10 tahun menangani kasus kriminal tentu melihat mayat adalah hal yang biasa bagi Daru.

“Memangnya ada apa?”

“Itu, ma …Pak Daru … Pak!”

Tanpa bisa dicegah lagi, Daru pun mendorong tubuh anak buahnya sehingga ia bisa melangkah lebih dekat. Dari jarak yang lebih dekat, dia melihat mayat itu tampak sangat mengenaskan. Banyak bekas tusuk di tubuh, sobekan di perutnya bahkan membuat jeroannya keluar. Dan saat ia melihat kepala mayat yang terlepas itu, Daru pun spontan berteriak.

“Anwar!”

Teriakan Daru membuat salah satu anggota INAFIS menoleh dan langsung menghampiri.

“Malam Komandan!”

“I-itu AIPTU Anwar?” tanya Daru memastikan.

“Siap betul, Dan. Itu adalah jenazah AIPTU Anwar.”

Melihat mata Anwar yang masih melotot itu, membuat Daru yakin jika temannya pasti mengalami sesuatu yang membuatnya sangat ketakutan.

“A-apa yang sudah kalian temukan?” tanya Daru.

“Sejauh ini kami tidak menemukan sidik jari atau jejak kaki yang bisa dijadikan petunjuk. Anak buah saya hanya menemukan beberapa helai benang berwarna putih, hitam dan pink di TKP. Itulah sebabnya, kami butuh banyak keterangan dan saksi, Dan. Mayat AIPTU Anwar akan segera kami autopsi.”

“Kalian pikir pelakunya bisa melayang di udara? Tanpa sidik jari saya masih bisa terima. Tapi, jejak kaki? Periksa lagi dengan lebih teliti!” seru Daru kesal.

“Siap Komandan.”

“Laporkan pada saya perkembangannya. Jika ada yang mencurigakan cepat diselidiki!”

“Siap Komandan!”

Daru menoleh kepada anak buahnya yang tadi sempat menghalangi langkahnya.

“Orang yang pertama kali menemukan jenazah sudah dimintai keterangan?” tanya Daru.

“Sudah, Dan. Bahkan kami juga sudah meminta keterangan dari beberapa pemilik toko di sekitar sini. Katanya mereka tidak menemukan sesuatu yang mencurigakan.  Bahkan tidak ada yang mendengar perkelahian atau teriakan.”

Daru menghela napas panjang lalu mengembuskannya perlahan, “Itu berarti ada kemungkinan jika korban dibunuh di tempat lain, baru mayatnya dibawa ke sini. Tapi, jika begitu seharusnya ada jejak kendaraan,” ujarnya.

“Kami sudah memeriksanya juga Komandan, gang kecil itu memang menghubungkan pusat pertokoan dengan pasar induk. Tetapi, gang ini tidak bisa dilalui mobil. Jadi, jika jenazah dibawa dari tempat lain, seharusnya ada saksi mata yang melihat orang membawa jenazah pak Anwar dan membuangnya di sana.”

Daru mengepalkan tangannya dengan kesal. Tidak lama kemudian ambulance pun sudah membawa kantong jenazah menuju rumah sakit. TKP juga sudah dipasangi garis kepolisian. Dan, Daru pun kembali ke kantornya dengan perasaan yang masih emosi.

Paginya, Daru pulang dengan perasaan kesal. Ia masih mengingat mayat Anwar yang mati menggenaskan itu. Kembali terbayang di dalam benaknya bagaimana tusukkan di tubuh Anwar yang mengeluarkan darah merah segar dan merah gelap di sekitar perut. Jeroannya yang berhamburan di tanah, seperti usus besar dan usus halus yang berserakan dan terlihat menjijikan.

Rasa mual mulai ia rasakan di perutnya. Daru pun menepikan mobilnya di tepi jalan dan memuntahkan isi perutnya. Setelah merasa sedikit lega, lelaki itu masuk kembali ke dalam mobilnya. Ia meraih botol air mineral yang selalu ada di dalam mobil dan meminumnya untuk menghilangkan rasa pahit yang tertinggal di mulut.

Daru menyandarkan tubuhnya dan menarik napas panjang berulang-ulang. Lelaki berusia 35 tahun itu mencoba untuk menenangkan diri. Ia tidak mau keluarganya cemas. Tidak seharusnya ia memikirkan soal pekerjaan. Semua urusan kantor harus ditinggalkan di kantor. Saat berada di rumah dia bukanlah IPTU Daru Setiawan. Tetapi, Daru … seorang suami dan ayah.

Merasa jauh lebih tenang, Daru pun kembali menyalakan mesin mobilnya dan ia meneruskan perjalanan pulang. Di jalan, lelaki itu mampir ke sebuah kedai sarapan untuk membeli beberapa kue tradisional kesukaan anak istrinya untuk dibawa pulang.

Suasana di rumah kepala polisi itu dari luar tampak sepi. Mbok Inah asisten rumah tangganya sedang sibuk menyapu halaman dan mengangguk sopan saat melihat kedatangan  Daru.

“Selamat pagi, Pak,” sapa Mbok Inah.

“Pagi Mbok. Istri saya mana?” tanya Daru.

“Ibu tadi di dapur sedang mencuci piring sambil memasak, Pak.”

Daru mengangguk kemudian meneruskan langkahnya masuk ke dalam rumah. Lelaki itu langsung menuju ke dapur. Dan ketika melihat sang istri sedang asik mencuci piring, ia pun memeluk wanita itu dari belakang.

“Mas, kamu itu kebiasaan ah. Untung aku ga kaget, kalo ga piring ini bisa jatuh dan pecah.”

Kalina sang istri membalikkan tubuh dan tersenyum pada Daru. Ah, senyuman wanita yang sudah memberinya seorang anak perempuan itu memang selalu menenangkan.

“Mana Soraya?” tanya Daru menanyakan putri mereka yang berusia 4 tahun.

“Itu, dia sedang main sambil menonton kartun.”

Daru pun mengecup kening sang istri lalu melangkah menuju ke ruang televisi untuk menemui si kecil.

“Duh, anak papa lagi main apa?”

Gadis kecil yang tadinya sedang asik menonton itu pun menoleh dan langsung memeluk Daru.

“Papa pulaaang! Papa liat deh, Aya punya boneka baru.”

Daru tersenyum melihat boneka anak perempuan di tangan anaknya itu.

“Mama beliin kamu boneka baru?”

“Nggak, aku nemu boneka ini di depan pintu. Karena bonekanya bagus dan cantik, ya aku bawa.”

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

No Comments
15 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status