#Petaka_Malam_Tahun_Baru
Bab 17 (POV Bastian 6) : Malu
Bunyi bel berkali-kali di depan pintu membuatku harus keluar dari kamar. Saat membuka pintu, terlihat empat temanku di depan sana dan langsung masuk tanpa kusuruh lagi. Dari mobil merah milik Seno, Andra keluar belakangan dan melangkah ragu. Aku sedang malas marah dengannya, ya sudahlah, yang sudah berlalu takkan kubahas lagi.
Ada Seno, Andra, Bobby, Amrul, dan Pedro. Mereka kini menatapku dengan prihatin. Sudah lama kami tak pernah berkumpul selengkap ini, biasanya mereka selalu sibuk sendiri.
“Bas, kamu belum ada ke mana-mana ‘kan hari ini?” tanya Seno sambil berlalu menuju dapur.
Aku menghela napas dan menunggu kedatangan temanku yang sudah jadi pengacara itu kembali ke ruang tamu ini. Dia pasti bisa menolongku untuk membereskan semua permasalahan yang sedang kuhadapi sekarang.
Seno kembali dari da
#Petaka_Malam_Tahun_BaruBab 18 (POV Bastian 7) : Pertemuan MengenaskanSudah seminggu aku tak berani keluar dari rumah. Ponsel juga sengaja kumatikan agar tak ada yang menghubungiku untuk menanyakan berita viral itu. Entah kenapa? Kesialan beruntun ini menimpaku tanpa henti. Semenjak berganti nama dengan maksud menghilangkan jejak perkosaan terhadap Rivana, seolah masalah tak hentinya menyerangku dari berbagai penjuru. Nama ‘Davit’ ini hanya membawa kesialan saja, apa aku harus ganti nama dan identitas lagi? Agghh ... tapi tak mungkin juga harus ganti wajah!Kupegangi kepala yang terasa sakit saat memikirkan semua ini, kurasa semua cobaan Tuhan ini teramat berat untuk kejalani. Segera kukemasi semua pakaian lalu memasukkan ke dalam koper. Besok aku akan pulang ke Jerman, walau sebenarnya tinggal sendiri di sini yang paling nyaman. Kalau di rumah sana, aku akan terikat banyak aturan yang dibuat oleh Daddy. Aku takkan bisa hidup bebas lagi. Bisa jadi
#Petaka_Malam_Tahun_BaruBab 19 : Tiga Tahun KemudianHari terus berlalu, karirku sebagai pengacara semakin berkembang. Tiga tahun merintis karir dari bawah, membuatku begitu mensyukuri nikmat kesuksesan yang saat ini kurasakan. Kini aku tak lagi tinggal di kamar kost, tapi dengan jerih payah dan keuletan, aku bisa membeli sebuah rumah sederhana yang kini kujadikan sebuah kantor.Aku sudah bersiap untuk pergi ke Pengadilan, pukul 10.00 nanti aku akan mendampingi klienku sidang perebutan hak asuh anak. Dia seorang wanita yang teraniaya oleh suami yang bertindak semena-mena, dipukuli dan diselingkuhi di depan mata. Keputusan cerai sudah ketuk palu, tapi sang suami malah mempermasalahan hak asuh anak yang menurut sang suami anaknya takkan bisa sejahtera jika tinggal bersama sang ibu, sebab sang suami yang memang orang kaya itu selalu merendahkan istrinya yang hanya bekerja sebagai penjual kue online.Marlina, itulah nama klienku ini.
#Petaka_Malam_Tahun_BaruBab 20 : Permintaan IbuSetengah jam kemudian, aku telah tiba di rumah. Kulangkahkan kaki menuju kamar lalu mencuci wajah di toilet. Rasa sakit di kepala ini sudah mereda, tapi bayangan bayi pucat di kamar mandi itu malah tak dapat hilang dari kepalaku. Ya Tuhan, kenapa aku? Padahal sudah lama sekali arwah bayi itu tak pernah lagi menerorku. Apa saat ini dia merindukanku, ibunya? Mendadak perasaan menjadi sedih. Bukan aku yang membunuhmu, Nak! Kamu kulahirkan dengan keadaan sudah tak bernyawa lagi, jadi jangan pernah menghantuiku. Aku tak bersalah atas kematianmu, walau jika kamu terlahir hidup pun ... aku tetap berencana mengantarmu kepada ayahmu, Bastian. Agghh ... bajin*an itu. Ke mana perginya dia? Sudah lama aku tak lagi menerornya karena padatnya rutinitasku.Segera kuganti baju dinas ala advokat ini dengan kaos oblong dan celana pendek, lalu berbaring di tempat tidur. Sebaiknya aku ist
#Petaka_Malam_Tahun_BaruBab 21 (POV Seno 1)‘Plak’Tamparan keras mendarat lagi di wajah ini, entah sudah tamparan yang keberapa, aku juga tak ingat karena sudah terlalu sering mendapatkannya. Aku tak menyalahkan Riva atas kesalahpahaman ini, wajar saja kalau ia membenciku sebab aku berteman dengan para bajin*an yang telah merenggut kesuciannya.“Jangan mimpi kamu, Seno!” bentak Riva marah.“Riva, aku serius. Bukalah pintu hatimu untuk menerimaku, aku berjanji akan selalu membuatmu bahagia dan takkan ada kesedihan lagi di hidupmu. Percayalah padaku!” Aku mencoba meyakinkan wanita yang sudah tak pernah tersenyum itu lagi, semenjak petaka malam tahun baru menimpanya. Dia memang wanita tangguh, tak semua wanita bisa setegar dia. Aku sangat salut kepada semangat juga tekadnya untuk terus berjuang meraih cita-cita hingga ia bisa sukses begini.
#Petaka_Malam_Tahun_BaruBab 22 (POV Seno 2)[Riva, bisa kita bertemu sore ini? Ada hal penting yang ingin kubicarakan.]Segera kukirim pesan itu kepada Riva dan berharap ia sudi membalasnya. Yeah, jangankan dibalas, dibaca juga nggak. Beginilah kalau seorang wanita yang hatinya sudah teranjur sakit oleh ulah pria, ia akan sadis ke pria lainnya juga. Oke, lebih baik tidur siang saja dulu, siapa tahu pas bangun tidur nanti pesanku sudah dibalasnya.Entah sudah berapa lama aku tertidur, perut rasanya melilit. Cacing-cacig di perut ini seakan berdemo saja. Bergegas aku bangkit dari tempat tidur lalu menuruni anak tangga dan menuju dapur. Kubuka tudung saji, hmm ... lauknya menu kesukaan mama semua ini. Ada rendang jengkol, pepes ikan nila, asam pedas cumi, sambal udang campur pete. Semua menu ini tak ada yang kusuka, mamaku yang orang Cina itu penggila masakan ala melayu. Tiap hari Bik Ijah disuruh masak jeng
#Petaka_Malam_Tahun_BaruBab 23 : Pulang Kampung“Novelnya bagus, ya, Mbak?”“Ceritanya tentang apa itu?"“CCTV isinya hantu semuakah?”“Saya juga suka cerita horor loh, nanti boleh pinjam, ya!”Itulah ocehan pria di sampingku yang membuat aku sedikit jengah, padahal tadi yang duduk di sini bukan dia. Entah ke mana pergi anak remaja yang seusia adikku itu?Dengan tetap mengacuhkannya, aku bangkit dari kursiku lalu meletakkan novel bacaanku ke tempat duduk.“Permisi, saya mau ke toilet!” ujarku saat melewati sang pria bawel dan ibu-ibu berhijap itu yang duduk di sampingnya.Dengan tergesa-gesa, aku menuju toilet yang ada di balik kursi penumpang bagian paling belakang. Aku nggak kuat kalau kena AC, bawaannya mau pipis melulu, emang nggak cocok jadi orang kaya kalau begin
#Petaka_Malam_Tahun_BaruBab 24 (Kebohongan Seno)“Terminal, terminal, terminal!”Terdengar teriakan dari kernet bus, aku segera membuka mata dan melirik jam di pergelangan tangan yang sudah menunjuk ke arah 13.00. Segera kuambil tas ransel lalu bangkit dari tempat duduk. Seno terlihat masih tertidur, aku tersenyum miring lalu melangkah pelan melewati tubuhnya kemudian turun dari kendaraan roda banyak itu.Dengan cepat, aku berlari mendatangi tukang ojek yang berada di pangkalan lalu menyebutkan alamat kampungku yang akan menempuh waktu satu jam-an dari sini.“Jalan, Bang!” ujarku kepada tukang ojek dengan sambil menoleh ke arah bus dan berharap Seno tak melihatku.Aku tertawa jahat dalam hati, sambil berdoa agar Seno tak terbangun hingga bus berangkat lagi ke Kota. Rasain kamu, darar pria sipit sok lugu. Aku benci melihat tingkah sok pahlawan dengan tatapan sayu seolah tanpa dosa itu. Semoga juga, dia dirampok
#Petaka_Malam_Tahun_BaruBab 25 : Calon IstriDengan sangat terpaksa, aku tak bisa mengusir begitu saja pria bermata sipit itu. Apalagi Ibu dan Ayah terlihat menyukainya, jadi dia semakin pura-pura baik dan sok ramah saja. Aku makin jengkel melihatnya yang begitu mudah akrab dan membaur bersama keluargaku.“Kak, Bang Seno itu mirip Ji Chang Wook, ya?” ujar Rissa saat aku sudah berbaring di sampingnya.Aku mengerutkan dahi.“Siapa itu?” Aku masih fokus dengan ponsel.“Itu loh, Kak, aktor Korea,” jawab Rissa dengan nada kagum.“Oh, ya? Kayak mayat hidup ‘kan, ya?” Aku menoleh ke arahnya yang terlihat mesem-mesem tak jelas.“Mayat hidup apanya, Kak? Ganteng banget gitu .... “ protes Rissa dengan mata yang berbinar-binar.Aku melengos kesal. Semua orang di rumah ini begitu mengaguminya, Ibu juga tadi di dapur ngomongin