Home / Romansa / Petaka Malam Tahun Baru / Bab 9 : Diperkosa Tiga Bencis

Share

Bab 9 : Diperkosa Tiga Bencis

Author: Evhae Naffae
last update Last Updated: 2021-08-16 23:39:51

#Petaka_Malam_Tahun_Baru

Bab 9 : Diperkosa Tiga Bencis

Ah, kenapa mesti ketemu Seno dan satu kelas pula? Dia temannya Bastian yang hanya berpura-pura lugu dan mengaku tak ikut andil. Bohong, semua itu hanya kebohongannya saja! Aku takkan bisa percaya kepadanya, dia sama gilanya dengan temannya yang bermodal kegantengan namun berotak mesum itu! Cih, aku benci!

Kuhempaskan tubuh ke atas tempat tidur, lalu meraih ponsel sambil memikirkan teror selanjutnya yang akan kuhadiahkan kepada Bastian. Aku tersenyum miring sebab ide langsung muncul di kepala ini. Langsung kuketik sebuah pesan yang akan kukirimkan kepadanya.

[Kak Icha, nanti jemput Intan di tempat biasa, ya!]

Aku pura-pura chat salah nomor. Dua menit kemudian,  chatku langsung dibacanya.

[Maaf, Dek, kamu salah nomor berangkali. Aku bukan Kak Icha, tapi Davit.]

Hmm ... aku menyunggingkan senyum dan kembali mengetik balasan.

[Oh, maaf, Bang, abis nomornya mirip. Maaf, ya, Bang, udah ganggu.]

Aku kembali mengirimkan umpan dan semoga sang ikan mesum ini langsung memakannya dengan rakus.

[Nggak ganggu kok, Adek. Emang umurnya berapa ini? Masih sekolahkah?]

Aku semakin mengembangkan senyum, dia terpancing juga.

[Iya, Bang, masih sekolah, kelas XII SMA.]

Tak perlu menunggu lama lagi, chat kami terus berlanjut hingga berjanji untuk vedeo call nanti malam, dia juga sudah mengirimkan foto sok gantengnya dengan wajah ala bule. Aku mengeryitkan dahi, mencari akal, siapa yang akan kusuruh untuk menyamar menjadi anak SMA yang centil ini. Kupejamkan mata sambil menyusun siasat untuk mengerjai mantan sialan itu, sang pemerkosa dan perenggut kehormatan, penyebab diriku dikucilkan semua orang.

****

Aku menyeringai puas setelah berhasil menyuruh Tissa, anaknya Ibu kost untuk vodeo call dan mengaku sebagai Intan, anak SMA yang cantik juga mengemaskan.

[Dek, ketemuan mau gak?]

Baru saja aku kembali ke kamar, chat Bastian sudah kembali masuk. Aku menyunggingkan senyum karena target telah memakan umpan ini dengan sempurna.

[Boleh, Bang, tapi malam aja ketemuannya, di tepi pantai ya!]

Kukirimkan pesan itu kepadanya.

[Kok di tepi pantai? Kenapa nggak di cafe saja atau juga di taman gitu?]

Dengan sinis, aku kembali mengetik balasan, sedang di kepalaku mulai menyusun siasat.

[Biar romantis soalnya Adek suka pantai.]

[Oke, pukul 19.30 di tepi pantai.]

[Oke, Abang, nanti aku pakai baju putih ya dengan rambut panjang.]

Yes, rencanaku lancar, tinggal eksekusi saja. Dasar OMES (otak mesum) begitu mudahnya diperdaya, andai aku dulu sepintar sekarang, mungkin kehormatanku takkan terenggut oleh para setan itu.

****

Sore harinya, aku sudah berada di pantai dengan segala perlengkapan dan susunan rencana. Aku sengaja memilih pantai ini sebab sepi dan jarang dikunjungi. Menurut kabar burung, pantai ini angker makanya jarang dikunjungi.

Pukul 19.30, Bastian sudah menelepon dan mengaku sedang dalam perjalanan. Aku sudah berpesan kepadanya untuk datang sendirian saja tapi jika dia membawa lima temannya itu juga tak masalah, itu lebih bagus lagi.

“Halo, Intan, kamu udah di mana?” Suara Bastian melalui telepon membuatku menyunggingkan senyum.

“Udah di tepi pantai, Bang,” jawabku dengan suara yang kubuat berbeda dari biasanya, semoga dia tak curiga.

“Pantainya gelap, Dek, Abang masih di mobil ini. Gimana kalau kamu ke sini saja? Abang tungguin di mobil aja,” ujar Bastian lagi.

“Adek udah siapin makan malam romantis di tepi pantai, spesial untuk Abang. Turunlah, Bang!” ujarku dengan suara yang kubuat serak-serak basah, menyerupai suara Tissa anaknya ibu kost yang tempo hari kusuruh menjadi tokoh Intan, anak SMA yang salah sambung.

“Oh, ya, jadi begitu? Ya sudah, Abang turun ini, teleponnya jangan dimatiin!”

“Iya, Abang Sayang .... “ jawabku dengan suara lembut.

Dari arah jalan, terlihat Bastian turun dari mobil dan menggunakan senter di ponsel untuk menuju masuk ke arah pantai. Aku menyeringai sambil bersembunyi di balik pohon. Saat Bastian telah tiba di pinggir pantai, sambungan telepon langsung kumatikan.

“Intan, kamu di mana?” teriak Bastian dengan gaya sok gantengnya.

Bastian mengedarkan pandangan ke sekeliling, ia mencari sosok Intan sambil sibuk dengan ponselnya tapi ponsel di tanganku sudah kunonaktifkan.

“Intan, ini aku udah datang, Bang Davit. Keluarlah!” teriak Bastian.

Kubiarkan dulu dia berputar-putar di sekeliling pantai. Saat dia hendak berbalik arah, patung yang kudandani seperti kuntilanak dengan menggendong bayinya kutekan tombol untuk menghidupkan lampu yang hanya menyinari wajah agar terlihat seram sukses membuat Bastian menjerit kaget.

“Aku di sini, Bang ... hihiiii .... “ Dari arah samping, seorang bencis yang kusewa yang juga berdandan ala kuntilanak juga mengejutkan Bastian.

“Aggghh!! Agghh!!!” Dia menjerit Histeris dengan memegangi dada, aku menahan tawa melihat tingkahnya.

Kini giliranku muncul tepat di hadapannya dengan membawa boneka bayi yang penuh darah.

“Bang .... “ panggilku dengan suara yang kubuat seram dengan dandanan ala kuntilanak tentunya.

“Agghhh!!!” jerit Bastian semakin kelabakan, karena kini ada tiga kuntilanak yang menghadangnya. 

Kulempar boneka bayi digendonganku ke tangannya, Bastian semakin histeris dan menjerit-jerit seperti orang kusurupan.

Aku tertawa keras dengan tawa khas nyi Kunti lalu memamerkan kuku-kuku panjangku dan mengarahkannya kepada pria mesum itu. Dia jatuh tersenungkur dan mencoba melarikan diri. Aku langsung bersiul kencang, sontak beberapa bencis yang sering mangkal di taman langsung berdatangan, dengan kostum ala kuntilanak tentunya. Semuanya tertawa kencang dan mendekat ke arahnya.

Aku tertawa puas dan bersiap mengabadikan rekaman mantan pacarku itu diperkosa enam bencis. Ini baru pembalasan dendam part 2, akan masih part-part selanjutnya, Sayang, hahahaa ....

Bastian berusaha mendorong hantu para bencis itu yang kini berebutan untuk mentoel-toel dirinya. Seorang pria perkasa yang berotak mesum kini malah dikeroyok kaleng-kalengan, ini sungguh merusak reputasi cowok puopuler jaman kuliah dulu karena banyak cewek yang antri buat jadi pacarnya tapi rata-rata semua cewek yang jadi pacarnya pasti akan dicicipi olehnya.

“Agghh ... tolong ... tolong .... “ jerit Bastian kencang.

Aku mendekat dan langsung menempel plester di mulutnya, kini dia tak bisa bersuara lagi. Beberapa saat kemudian, cowok blesteran Indo-Jerman yang level kegantengannya itu di atas rata-rata, kini sudah terlecehkan oleh enam bencis. Aku tertawa puas, melihat dia meronta di dalam kegelapan malam dan tak bisa melawan lagi. Ini belum seberapa, akan ada yang lebih mengenaskan lagi dari ini, Bastian alias Davit.

Setelah Bastian terlihat tak berdaya, tak lupa kusiram air cabe yang sudah kusiapkan tadi. Dia langsung menjerit histeris kembali. Segera kuajak enam bencis itu untuk mengemasi segala atribut nyi kunti lalu segera pergi dari pantai itu dan membakar segala bukti lalu membuangnya ke tempat sampah.

“Ini untuk kalian dan anggap kita tak pernah bertemu, oke?” Kuulurkan beberapa lembar uang berwarna merah ke hadapan enam bencis itu.

“Aduh, Chin, nggak perlu repot-repot kok ... akika udah ambil dompet si doi kok dan isinya buanyak deh ayy ... lengkap ama atm dan kartu kredit,” ujar salah satu dari mereka.

“Ambil uangnya saja, kartu atm dan kartu kredit sebaiknya jangan, nanti malah kalian bisa dilacak. Buang sekarang!” perintahku.

“Oke, deh, Chin, akika buang.”

****

Aku pulang ke kamar kost dengan hati yang puas. Mengingat ekspresi Bastian tadi membuatku sangat geli. Playboy diperkasus para bencis, bisa viral ini. Aku menyunggingkan senyum sambil mengamati kembali video rekaman di pantai tadi. Rasakan itu, Bastian!

Hahaa ... akan kutunggu berita viralnya di koran tapi kayaknya kamu takkan berani lapor Polisi deh, reputasimu akan hancur! Kuraih handuk lalu mandi dan membersihkan diri dari kuman-kuman di pantai tadi, walau kini sudah hampir subuh.

Bersambung .... 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Petaka Malam Tahun Baru   Bab 40 : Tamat

    Petaka Malam Tahun BaruPart 40 (Tamat)Hari ini aku sudah bersiap untuk pulang kampung, walau belum tahu apakah akan kembali ke sini lagi atau tidak. Yang jelas, saat ini aku hanya ingin jujur kepada kedua orangtuaku tentang apa yang sudah kualami dulu. Aku tak mau ada yang ditutup-tutupi lagi, meski kenyataan ini sangat pahit tapi aku sudah berhasil melewatinya. Dengan adanya musibah itu, aku dapat menjadi pribadi yang kuat dan tak pantang menyerah serta bisa membuktikan di mana ada kegigihan dan kesungguhan tekat, maka kesuksesan tetap akan kamu tuai. Percayalah, di setiap ada masalah, pasti akan ada hikmahnya. Allah takkan memberika ujian di luar batas kemampuan umat-Nya.Setelah mengunci rumah, aku segera menuju taxi yang sudah menunggu di depan pagar.

  • Petaka Malam Tahun Baru   Bab 39 : Nisan Tanpa Nama

    #Petaka_Malam_Tahun_BaruPart 39 (Nisan Tanpa Nama)Hari terus berlalu, aku masih disibukkan oleh rutinitas sebagai penasehat hukum para klien yang membutuhkan jasaku. Aku jadi bimbang untuk pulang ke kampung karena jika sudah tinggal di kampung, pendidikan advokatku ini tidak akan berguna sebab keluargaku tinggal di desa terpencil dan jauh dari perkotaan, palingan aku hanya bisa bekerja di kantor desa.Aku merenung di depan meja makan, menatap aneka masakan yang kubeli dengan cara catering sebab aku tak sempat untuk masak karena kepadatan rutinitas. Semua telah kumiliki, uang dan rumah yang mewah tapi semua ini terasa hampa. Ibu dan ayah juga tak mau kuajak tinggal di sini, sebab ayah tak bisa meninggalkan ladangnya.

  • Petaka Malam Tahun Baru   Babal 38 : Spageti Untuk Bastian

    Petaka Malam Tahun BaruBab 38 : Spageti Untuk Bastian[Penggerebekan di sebuah losmen yang terletak di belakang Klab malam, Polisi menemukan beberapa pasangan mesum, salah satunya saudara BS bersama dua wanita malam sedang melakukan pesta narkoba. BS sang terdakwa kasus perkosaan juga sebelum, kini malah menambah berat kasusnya. Pria yang sudah tiga kali berganti nama ini akan dihukum dengan banyak pasal.]Aku tersenyum puas, kubuka lembaran berikutnya berita koran hari ini dan membaca tentang terkuaknya pelaku pemerkosaan di malam tahun baru 2020 silam. Ini kasusku dan seminggu yang lalu juga aku sudah dimintai keterangan. Lima pelaku itu kini sudah mendekam di tempat yang semestinya, akhirnya keadilan sudah berpihak kepadaku.Bastian, akhirnya kamu bisa mendapatkan ganjaran yang setimpal. Bagaimana kabarmu di sana? Sepertinya, aku harus melihat keadaanmu dan membawakan oleh-oleh tentunya. Walau bagaimana pun, kamu itu mantan pacarku dan ayah dari mayat

  • Petaka Malam Tahun Baru   Bab 37 (POV Bastian 12)

    #Petaka_Malam_Tahun_BaruBab 37 (POV Bastian 12)Agghh ... foto wanita bernama ‘calon istri’ ini menggunakan masker, jadi aku tak bisa melihat wajahnya dengan jelas. Aku makin penasaran kalau begini. Kubuka galery ponsel Seno, tanggung banget kalo udah megang ponselnya tapi tak bisa dapat info siapa wanitanya ini. Temanku yang satu ini memang agak kudet masalah wanita sebab ia belum pernah sekali pun berpacaran, sebab aku mengenalnya sudah sejak dari kecil.Mataku langsung melotot kaget, melihat beberapa foto wanita yang sudah tak asing ini. Wooww ... di sini juga ada foto mereka berdua, saat di angkutan umum, saat sang wanita tertidur di pundaknya. Ternyata Seno bermain di belakangku, bisa-bisanya dia mendekati musuh bebuyutanku. Pantas saja dia begitu girang dan mendukung Amrul untuk menyerahkan diri kepada Polisi atau mungkin juga memang ia yang membujuk Amrul agar kami juga terseret.“Kopi, Bas.” Seno meletakkan cangkir kopi di

  • Petaka Malam Tahun Baru   Bab 36 (POV Bastian 11)

    #Petaka_Malam_Tahun_BaruPart 36 (POV Bastian 11)Kulempar ponsel ke sofa, semuanya memang menyebalkan dan ditambah lagi, Seno telah mengundurkan diri sebagai pengacaraku. Ini sih, hukuman 20 tahun sudah di depan mata. Derra, penuturan darinya di depan pengadilan membuatku semakin tersudut. Aku yakin, ini pasti suruhan mamanya. Ia pasti memang disuruh untuk mengaku kalau kuperkosa.Taklama kemudian, terdengar bunyi bel di depan pintu apartementku. Kuraih remot untuk membukanya tanpa harus berjalan lagi. Itu pasti Bobby, sebab tadi dia sudah meneleponku dan mengatakan hendak ke sini. Pintu terbuka masuklah empat temanku, Bobby, Andra, Seno serta Amrul yang kini sudah kurus kering.“Woy, kok Si Penderita HIV ini dibawa ke sini sih?” tanyaku kaget melihat penampakan teman yang sudah lama tak pernah kulihat itu. katanya dia direhap, dan aku tak berkeinginan untuk membesuknya.Amrul duduk agak jauh dari kami, ia juga mengenakan masker, juga

  • Petaka Malam Tahun Baru   Bab 35 (POV Seno) : Sidang Pertama

    #Petaka_Malam_Tahun_BaruBab 35 (POV Seno : Sidang Pertama)Dasar, Bastian, biar sudah begitu juga, dia masih belum bisa insyaf. Aku tak habis pikir dengan cara pikirnya. Wajar saja orangtua Derra begitu meradang, anaknya masih kecil gitu namun sudah diperawani olehnya, dan orangtua mana pun pasti melakukan hal yang sama, walau sang pelaku berniat menikahi putrinya. Aku juga tak yakin, temanku yang bajingan itu benaran tulus kepada bocah 16 tahun ini, bisa-bisa setelah menikah, Derra malah akan tekanan batin hidup bersamanya.Bastian, Bastian, biar sudah tiga kali ganti nama dan identitas pun, kesialan akan terus menerpamu sebelum kamu benar-benar insyaf dan menyesali segala kesalahanmu. Cuma tinggal Bastian dan Andra saja yang masih belum sadar ini, kalau Pedro, kini ia sudah resmi menjadi tersangka penabrakan itu dan kini sedang menjalani masa hukuman.Tiba-tiba, ponsel yang kini ada di dalam genggamanku bergetar, segera dan kulihat notifikasi apakah it

  • Petaka Malam Tahun Baru   Bab 34 : Mantan Kurang Ajar

    #Petaka_Malam_Tahun_BaruPart 34 (POV Bastian 10) : Mantan Kurang AjarSial! Mantan kurang ajar, beraninya dia menyiramku dengan air comberan yang baunya bikin muntah begini. Benar-benar kelewatan dia! Aku mengumpat sepanjang jalan dan menyuruh Seno untuk mengebut biar cepat sampai. Dia sih enak, cuma kecipratan sedikit saja, lahh aku ... pas kena muka dan ada yang masuk ke tenggorokan juga malah.Sesampainya di apartement, aku langsung berlari menuju kamar mandi dan memuntahkan semua jatah makan siangku karena bau yang teramat sangat ini. Entah apa saja ramuan yang dibuat Pengacara sok kondang itu, awas saja kamu! Bukan Bastian namanya kalau tak bisa membalas perlakuanmu. Akan kudatangi dukun santet, biar kamu yang bakalan ngejar-ngejar aku dan minta ditiduri. Agghh ... kok malah mesum lagi pikiranku, padahal karena efek terlalu mesumlah hingga aku dijeret pasal berlapis dengan ancaman hukuman 20 tahun. Apa jadinya aku jika akan mendekam di sana? Ya Tuhan, terl

  • Petaka Malam Tahun Baru   Bab 33 : Memohon Bantuan

    Petaka_Malam_Tahun_BaruBab 33 (POV Bastian) : Memohon BantuanSore ini, Seno mengajakku untuk ke rumah Rivana. Walau agak ragu, tapi mencoba untuk memberanikan diri, walau pertemuan terakhir kami, dia meneriakiku jambret dan akibatnya harus menginap seminggu di jeruji besi.Seno membunyikan bel dan taklama kemudian, muncullah mantan pacar yang dulu pernah kucintai itu. Begitu banyak kenangan manis yang kami lewati selama dua tahun berpacaran, walau aku hanya kebanyakan napsu saja dengannya. Untuk sesaat, kami saling pandang, dia terlihat terkejut melihat kedatanganku dengan Seno.“Assalammualaikum, Rivana,” ujar Seno dengan raut wajah datar.Rivana tak menjawab salam dari Seno, ia malah hendak menutup kembali pintu tapi temanku itu segera menahan pintu itu.“Riva, aku ke sini hanya mengantar Bastian. Dia ada keperluan denganmu dan ingin menggunakan jasamu, sebagai pengacara” ujar Seno.“Pergi kalian dari

  • Petaka Malam Tahun Baru   Bab 32 : Dia Rivana?

    #Petaka_Malam_Tahun_BaruBab 32 (POV Bastian 8) : Dia Rivana?“Tuhan akan murka jika umat-Nya tak mau mengakui kesalahan dan mempertanggung jawabkannya!”Apa maksud Seno mengatakan hal itu? Kata-kata itu selalu terngiang-ngiang di kepala ini, membuat hidupku tak tenang saja. Apa dia mencoba menghakimiku? Sudah kubilang, aku takkan pernah mau untuk menyerahkan diri kepada polisi, apalagi kejadian itu sudah tujuh tahun berlalu. Rivana saja tak melaporkan hal itu, artinya ia tak masalah akan kelakuanku. Bisa jadi juga, ia telah menganggapnya inpas karena segala yang telah kuberikan selama dua tahun berpacaran dengannya. Bagaimana tidak? Aku sudah menganggap ia seorang istri yang harus kunafkahi setiap bulannya, juga memenuhi segala kebutuhannya mulai dari pakaian dan segala perlengkapan lainnya. Tempat tidur yang ada di kamar kostnya saja, aku yang membelikan. Setiap bulan, aku selalu mentransfernya uang mulai dari dua juta hingga lima juta dan itu hany

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status