Home / Fantasi / Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa / 162. Iblis Racun Hati : Cindy Aleta

Share

162. Iblis Racun Hati : Cindy Aleta

Author: Zhu Phi
last update Huling Na-update: 2025-05-21 16:12:59
Wanita itu menyeringai lebar, dan kali ini, ia tidak lagi repot-repot menyembunyikan rasa bangga yang membara di balik senyumnya. Cahaya dari kristal spiritual yang menggantung di langit-langit memantul di matanya, menambah kesan gila namun indah pada wajahnya yang nyaris terlalu sempurna untuk dipercaya.

“Akhirnya kau sadar juga,” ucapnya pelan, dengan suara yang meluncur seperti beludru namun menyimpan bilah tersembunyi di balik tiap katanya. “Semua orang bodoh di luar sana ... selalu mengira bahwa Iblis Racun Hati dan Black Widow adalah sosok yang sama.”

Ia tertawa kecil, ringan, seperti suara bel yang retak. Kepalanya bergeleng perlahan seolah sedang menyayangkan kebodohan dunia.

“Padahal kami ... dua jiwa yang berbeda. Dua sisi dari racun yang sama. Raisa dan aku.”

Nama itu menghantam dada Kevin seperti petir yang menyambar dari langit gelap. Ia mengepalkan tangannya, kuku-kukunya nyaris menembus kulit. Tubuhnya bergetar, bukan karena takut, melainkan karena tubuhnya belum sepenuh
Zhu Phi

Bab pertama hari ini ... semoga bisa menghibur sobat readers. Untuk Bab Extra Author Kemarin akan dirilis setelah Bab Utama selesai. Bab Utama : 1/2 Bab Extra Author Kemarin : 0/2

| 8
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Pinakabagong kabanata

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   479. Menghabisi Raijin

    Langit tidak lagi sekadar kanvas biru di atas kepala. Kini ia menyala dalam warna perak dan ungu kelam, menggeliat seolah menjerit karena dua kekuatan kuno tengah berseteru di bawahnya.Raijin Serpenta, salah satu dari delapan Petir Iblis, melayang di atas tebing dengan tubuh menjulang, dikelilingi oleh gulungan kabel spiritual yang menyala seperti ular kilat. Matanya membakar biru terang—tanpa ampun, tanpa belas kasih. Petir-petir meluncur liar dari bahunya, menyambar tanah, membelah batu, dan menghanguskan udara.Di seberangnya, berdiri sosok yang tidak lagi sepenuhnya manusia—Kevin Drakenis, pewaris naga gelap, dengan aura ungu-hitam menyelimuti tubuhnya. Nafasnya menghembuskan uap qi murni bercampur kehendak iblis yang telah ia jinakkan. Di belakang punggungnya, bayangan seekor naga hitam berputar perlahan, mata merahnya terbuka, seakan menatap langsung ke tulang belakang dunia.“Kau ... apa kamu ini Arkantra Drago yang memiliki naga darah hitam?” tanya Raijin. “Tidak mungkin ... A

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   478. Melawan Raijin

    Langkah-langkah Kevin bergema pelan di antara lembah yang porak-poranda. Setiap hentakannya membunyikan tanah yang retak oleh sisa energi pertempuran sebelumnya. Ujung jubahnya yang compang-camping melambai tertiup angin, serupa bendera dari medan perang yang belum usai. Darah mengering di bagian bahunya, namun tatapan matanya tak berubah—tetap dingin, tajam, dan memancarkan ancaman diam yang mematikan.Pedang spiritual di tangannya berdenyut lembut, seperti makhluk hidup yang bernapas bersama nadinya. Warna biru tua dan hitam pada bilahnya tampak seperti pusaran badai malam—sebuah simbol bahwa kekuatan darah naga telah sepenuhnya menyatu dengan kehendak spiritualnya. Dalam diam, pedang itu berdesir, seolah siap melumat siapa pun yang berani menghalangi jalannya.Dari balik kabut tipis, suara langkah lain menggema. Sosok Raijin muncul, tinggi menjulang dengan tubuh yang dibalut baju zirah keperakan yang menyala oleh listrik hidup. Aura petir menari di sekujur kulitnya, dan matanya meny

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   477. Delapan Petir Iblis – Raijin Serpenta

    Suara berat dan bergema memecah keheningan, seperti gelegar guntur dari lembah yang dalam.“Pertanda langit seperti itu…” gumam Kurozan, berdiri di belakang mereka, suaranya dalam dan bergetar oleh sesuatu yang tak hanya ketakutan, tapi juga rasa hormat. “Terakhir kali aku melihatnya... saat Perang Seribu Jiwa. Tapi kali ini…” Ia menghela napas pelan, sorot matanya tajam mengarah pada sosok yang berdiri tegak di depan. “Pertanda itu turun untukmu, Kevin.”Langit di atas mereka bagaikan lukisan yang robek—gumpalan awan gelap saling bertabrakan dari dua arah berbeda, membentuk pusaran kolosal yang menyala dengan kilatan petir merah keemasan. Angin meraung seperti makhluk kuno yang baru saja dibangkitkan, meniupkan debu dan serpihan batu dari tanah yang mulai retak.Namun Kevin tidak bergeming.Tatapannya tajam menembus cakrawala yang mengamuk, seakan menantang para dewa dan iblis yang bersembunyi di balik badai. Napasnya tertahan sejenak, lalu mengalir keluar dengan berat—seperti uap dar

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   476. Kontrak Darah Dimulai

    Angin dingin menyisir lembah, membawa aroma logam dan kehampaan. Reruntuhan perkemahan di Lembah Surgawi kini tak lebih dari tumpukan debu, tiang-tiang kayu patah, dan kain robek yang melambai seperti bendera perang yang dikoyak sejarah. Di tengah kehancuran itulah mereka bertiga berada—Kevin, Valkyrie, dan Kurozan—bertahan di antara sisa-sisa badai yang hampir merenggut nyawa mereka.Valkyrie duduk bersila di atas batu datar yang masih menghangat oleh jejak spiritualnya. Es tipis menempel di lengan dan bahunya, mengilap dalam cahaya senja seperti sisik naga yang retak. Nafasnya berat dan berembun, tapi sorot matanya masih tajam, menembus gelapnya masa depan yang menunggu.“Kau tahu kita tak bisa tinggal di sini lebih lama, Tuan Muda...” katanya pelan, namun tegas. Suaranya serak, bercampur rasa nyeri dan keyakinan. “Tanah ini... sedang menghisap kita. Qi di sekitarnya tidak lagi netral. Seolah setiap napas yang kita hirup ingin menelan jiwa kita.”Kevin tak menjawab langsung. Ia berdi

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   475. Sekte Pemburu Jiwa - II

    Sosok muda Sekte Alkimia Darah ini merupakan satu-satunya pewaris yang tersisa dari Patriark Darah—pemimpin sekte terkutuk itu yang pernah mencoba menggulingkan hukum langit, sebelum akhirnya tubuhnya hangus dibakar oleh api surgawi dalam ritual penyucian yang dikenal dalam sejarah sebagai "Malam Penyembelihan Merah."Murid itu kini berdiri diam di hadapan kuali raksasa berisi cairan merah yang mendidih dan terus menguarkan bau amis menyengat. Kulit tangannya penuh guratan aneh—garis-garis alkimia bercahaya samar yang tertanam langsung ke dalam daging, bukan tinta atau besi, tapi darah dan mantra.Tubuhnya kurus, pucat, nyaris seperti mayat hidup, tapi dari balik kerentanan fisik itu, tersembunyi kekuatan yang memelintir dan mengerut seperti makhluk buas yang lapar akan balas dendam.Dan pada malam itulah… langit di atas sekte mereka retak.Bukan retakan biasa, tapi robekan hitam menganga seperti luka di wajah semesta. Awan menggulung, berputar seperti pusaran hitam raksasa. Petir meny

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   474. Sekte Pemburu Jiwa

    Di tempat lain, jauh di utara, berdiri sebuah gunung hitam menjulang. Permukaannya retak, mengeluarkan asap merah dari celah-celah cadas. Di puncaknya, ritual kuno tengah berlangsung—lingkaran simbol darah dan api melingkupi tubuh-tubuh yang melayang setengah sadar.Sekte Pemakan Roh. Para pengikut sekte bertudung dan bertopeng tengkorak duduk melingkar, mulut mereka terus melafalkan mantra pemecah jiwa. Namun tiba-tiba, suara mereka berhenti—seolah alam sendiri menyuruh mereka diam.Seorang tetua yang duduk di tengah lingkaran perlahan membuka kelopak matanya—yang ternyata dijahit dengan benang merah. Luka-luka itu tidak pernah sembuh. Tapi di balik jahitan yang mulai terlepas, mata pucatnya bersinar seperti bara dalam kegelapan.Dan ia tertawa. Pelan. Retak. Darah merembes dari sela jahitan, menetes ke lantai batu.“Kami akan menyantap jiwamu… Pewaris Dewa…” ucapnya dengan suara penuh haus dan dendam.Tawanya makin keras. Angin di sekitar mereka menggila, dan di kejauhan, roh-r

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status