Share

168. Beruntung

Author: Zhu Phi
last update Last Updated: 2025-05-22 18:01:50
Wusshhh!

Sebuah pusaran cahaya keunguan meledak, menyilaukan mata dan mengguncang udara di sekeliling. Aura spiritual mendesir keluar seperti angin badai yang keluar dari celah dimensi. Debu, kerikil, dan serpihan batu terangkat ke udara, menari liar dalam lingkaran energi yang memekakkan telinga. Tanah tempat Kevin berdiri bergetar, seolah menolak kehadiran kekuatan sebesar itu.

Dari dalam pusaran itu, muncul gerbang—berbentuk lingkaran tak sempurna yang tampak berdenyut seperti jantung hidup. Cahaya ungu menyala redup, tapi memancarkan kekuatan yang tidak stabil. Ujung-ujungnya berkedip, seolah gerbang itu bisa runtuh kapan saja jika ditunda terlalu lama.

Kevin tak berkata sepatah kata pun.

Tak ada ragu di matanya. Tak ada pertanyaan.

Ia menarik napas dalam-dalam, dan mengangkat kakinya ke dalam cahaya. Saat telapak kakinya menembus permukaan energi itu, angin spiritual mengerang di sekelilingnya, seperti roh-roh yang menjerit karena tak ingin ditinggalkan.

Tubuhnya mengikuti.

Satu
Zhu Phi

Bab Utama : 2/2 Selesai. Bab Extra Author : 1/1 Selesai. Akan ada Bab Extra Author kedua jika memungkinkan ...

| 1
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   168. Beruntung

    Wusshhh!Sebuah pusaran cahaya keunguan meledak, menyilaukan mata dan mengguncang udara di sekeliling. Aura spiritual mendesir keluar seperti angin badai yang keluar dari celah dimensi. Debu, kerikil, dan serpihan batu terangkat ke udara, menari liar dalam lingkaran energi yang memekakkan telinga. Tanah tempat Kevin berdiri bergetar, seolah menolak kehadiran kekuatan sebesar itu.Dari dalam pusaran itu, muncul gerbang—berbentuk lingkaran tak sempurna yang tampak berdenyut seperti jantung hidup. Cahaya ungu menyala redup, tapi memancarkan kekuatan yang tidak stabil. Ujung-ujungnya berkedip, seolah gerbang itu bisa runtuh kapan saja jika ditunda terlalu lama.Kevin tak berkata sepatah kata pun.Tak ada ragu di matanya. Tak ada pertanyaan.Ia menarik napas dalam-dalam, dan mengangkat kakinya ke dalam cahaya. Saat telapak kakinya menembus permukaan energi itu, angin spiritual mengerang di sekelilingnya, seperti roh-roh yang menjerit karena tak ingin ditinggalkan.Tubuhnya mengikuti. Satu

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   167. Cincin Dimensi

    Langit di atas Centralpolis perlahan kehilangan warnanya. Biru cerah yang biasanya memantul di kaca-kaca gedung tinggi mulai memudar, ditelan kelabu muram. Awan gelap—bukan awan hujan biasa—bergerak seperti kawanan makhluk hidup, berputar dan menari dalam pola tak wajar. Ada sesuatu yang jahat di dalamnya, sesuatu yang bukan berasal dari dunia ini.Kabut pekat berwarna keunguan menjalar dari celah-celah langit, turun seperti kabut neraka yang enggan menghilang. Cahaya matahari terhapus sepenuhnya, tergantikan oleh bias warna aneh yang menari di atas reruntuhan bangunan.Menara Sembilan Bayangan tak lagi berdiri megah. Batu-batu dan logam melengkung berserakan di tanah seperti sisa tubuh raksasa yang diluluhlantakkan.Di tengah kehancuran itu, Kevin berdiri tegak seorang diri.Semua penjaga yang tadi mengepungnya musnah tanpa bersisa seorang pun. Tubuh mereka hancur oleh kekuatann spiritual yang tak mampu ditanggung oleh tubuh mereka saat pertarungan Kevin melawan Cindy Aleta. Kemungkin

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   166. Keracunan

    Langkah Kevin terseok-seok saat ia menjauh dari reruntuhan Menara Sembilan Bayangan. Setiap napas terasa lebih berat. Racun dari jarum Cindy tak hanya merusak tubuhnya, tetapi juga menyusup ke dalam meridian spiritualnya, membuat aliran Qi-nya mendadak melonjak liar dan tak terkendali.Kabut spiritual di Centralpolis berkilat samar, seolah mengejek langkah lemah yang kini ia ambil. Keringat dingin membasahi pelipisnya, dan dunia perlahan bergoyang seperti layar retak.Tiba-tiba, tubuhnya roboh ke lutut. Tangan kirinya menahan tubuhnya agar tidak jatuh total, sementara tangan kanan menggenggam erat gagang pedang. Darah mengalir dari luka di bahunya, namun bukan darah merah biasa. Warna ungu kehijauan mulai mengalir, pekat dan berdenyut ... tanda bahwa racun itu mulai menyatu dengan darahnya.“Racun jiwa …” desis Kevin, tubuhnya membeku di tempat. Rasa dingin menjalar cepat dari luka ke seluruh syarafnya, seolah ada tangan tak terlihat yang mencengkeram jantungnya dan memerasnya perlaha

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   165. Kevin vs Cindy

    Dengan satu gerakan cepat, ia menelan pil itu.Tubuhnya menegang.Lalu... bergetar. Ledakan aura spiritual memancar dari seluruh pori-porinya. Tekanan dari dalam tubuhnya menciptakan gelombang energi yang meretakkan lantai, menghancurkan tiang-tiang kecil di sekitarnya seperti disambar petir dari langit. Aura biru membumbung seperti kobaran api surgawi.Cindy tersentak ke belakang, menutup wajah dari cahaya menyilaukan yang mendadak meledak dari tubuh Kevin.“Kau... benar-benar menelan itu?” gumam Cindy, ekspresinya berubah untuk pertama kalinya—dari angkuh menjadi waspada.Kevin mengangkat pedangnya. Cahaya biru kini menyala seperti bintang jatuh, berdenyut dengan intensitas yang tidak manusiawi.“Aku tidak perlu rumah untuk menang,” ucap Kevin pelan, namun penuh taji. “Aku hanya butuh satu tebasan tepat ... untuk membuatmu diam.”Lalu ia melompat.Tubuhnya menembus udara, meninggalkan jejak cahaya biru yang mengoyak ruang seperti komet surgawi yang jatuh ke bumi. Seluruh kekuatan,

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   164. Pedang dan Racun

    CLINK! CLINK! CLINK!Tiga jarum mental. Dua lainnya berhasil diredam oleh tebasan presisi Kevin yang nyaris mustahil dilakukan manusia biasa. Tapi satu ...“ARGH!” Satu jarum menancap ke bahu kirinya, menembus daging dan masuk ke aliran darah. Kevin menggertakkan gigi. Keringat dingin mengalir di pelipis. Racun itu bergerak cepat, seperti makhluk hidup yang tahu ke mana harus pergi—menyusuri jalur-jalur Qi, mencoba memutus koneksi spiritualnya dari dalam.“Terlambat ...” Suara Cindy muncul dari belakangnya, seperti bisikan setan di telinga. “Racun itu ... tidak akan membunuhmu. Tapi cukup untuk membuatmu sadar ... bahwa rasa takut itu nyata. Kau bukan dewa, Kevin. Kau bisa hancur seperti yang lain.”Kevin menyeringai, darah menetes dari luka di bahunya, menodai lantai obsidian.“Cih! Racunmu tidak akan mempan padaku,” sahutnya tajam. “Aku sudah mencicipi racun kehidupan sejak kecil. Yang kau berikan? Hanya rasa pahit kecil yang menggelitik lidah.”Dalam satu gerakan memutar yang

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   163. Lima Jarum Racun

    Kabut kehijauan menggantung pekat di udara, bergerak perlahan seperti makhluk hidup yang mengintai dari sela-sela bayangan. Di dalam ruangan berdinding batu obsidian itu, hawa menjadi berat, seolah dunia sedang menahan napas. Bau logam dan getah menyengat hidung—campuran racun dan kematian yang tak bisa dilihat mata telanjang, tapi bisa dirasakan langsung ke tulang belakang.Setiap tarikan napas adalah perjuangan. Seperti meneguk ribuan jarum halus yang menyelinap ke paru-paru dan menari liar di dalam, menyayat pelan tapi pasti. Qi Kevin tidak lagi mengalir seperti biasa. Ia bisa merasakannya—aliran energi spiritualnya tertahan, seperti sungai yang dibendung oleh racun tak kasatmata.Tubuhnya goyah, satu langkah mundur diambilnya dengan terpaksa. Luka di lambungnya, yang sebelumnya hanya berdenyut samar, kini terasa seperti bara api yang menempel langsung di organ dalam. Napasnya terengah. Tapi mata itu—mata seorang praktisi bela diri yang telah berkali-kali menantang kematian—tetap me

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   162. Iblis Racun Hati : Cindy Aleta

    Wanita itu menyeringai lebar, dan kali ini, ia tidak lagi repot-repot menyembunyikan rasa bangga yang membara di balik senyumnya. Cahaya dari kristal spiritual yang menggantung di langit-langit memantul di matanya, menambah kesan gila namun indah pada wajahnya yang nyaris terlalu sempurna untuk dipercaya.“Akhirnya kau sadar juga,” ucapnya pelan, dengan suara yang meluncur seperti beludru namun menyimpan bilah tersembunyi di balik tiap katanya. “Semua orang bodoh di luar sana ... selalu mengira bahwa Iblis Racun Hati dan Black Widow adalah sosok yang sama.”Ia tertawa kecil, ringan, seperti suara bel yang retak. Kepalanya bergeleng perlahan seolah sedang menyayangkan kebodohan dunia.“Padahal kami ... dua jiwa yang berbeda. Dua sisi dari racun yang sama. Raisa dan aku.”Nama itu menghantam dada Kevin seperti petir yang menyambar dari langit gelap. Ia mengepalkan tangannya, kuku-kukunya nyaris menembus kulit. Tubuhnya bergetar, bukan karena takut, melainkan karena tubuhnya belum sepenuh

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   161. Wanita Berjubah Ungu

    Langkah Kevin terhuyung. Nafasnya terengah-engah, seolah paru-parunya terbakar oleh energi yang tadi ia paksa keluarkan di pertarungan melawan Raisa Aleta. Tubuhnya basah oleh keringat dan bercak darah, sebagian miliknya, sebagian milik makhluk racun yang telah ia hancurkan.The Widow’s Nest—dimensi mematikan yang dipenuhi racun, ilusi, dan jebakan itu—telah menghilang bersama sosok Raisa. Tidak ada ledakan. Tidak ada kilatan cahaya. Hanya senyap, seakan ruang itu tak pernah ada.Kini, hanya kesunyian yang tersisa.Kevin berdiri tegak, sendirian, di tengah aula megah Menara Sembilan Bayangan. Cahaya ungu samar menari-nari di antara dinding batu hitam, seperti bayangan arwah yang terus mengawasi. Di sekelilingnya, ratusan penjaga menara berdiri dalam formasi melingkar. Mereka tak bergerak, tapi ketegangan di udara begitu nyata—siap membunuh dalam satu isyarat.Langkah sepatu hak tinggi menggema.PLOK ... PLOK ... PLOK ...Suara itu lembut tapi menusuk. Muncul dari sisi ruangan, seorang

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   160. Jurus Pedang Iblis Suci

    Raisa tidak panik—tapi juga tidak tersenyum. Ia melompat mundur, tubuhnya meliuk bagai kelopak bunga yang diterpa badai, gesit dan anggun, namun tidak cukup cepat.SHUUUTT! Ujung roknya terbelah, dan dari bahunya mengucur darah segar, menetes cepat ke lantai yang retak.Raisa mencibir. Ia menyeka bahunya tanpa ekspresi, tapi mulutnya menyeringai dingin. Lalu, ia meludah—bukan darah, tapi cairan hitam berbuih yang menguarkan aroma racun dan besi panas.Cairan itu jatuh ke tanah dan menggeliat. Dalam sekejap, ia membentuk tubuh—makhluk setengah manusia setengah serangga dengan kulit mengkilap seperti eksoskeleton kumbang, mata majemuk menyala hijau, dan tangan yang berakhir pada cakar beracun.“VENOM INCARNATE!!” teriak Raisa, nadanya penuh kekuasaan, seolah memanggil entitas dari dasar neraka.Makhluk itu mengerang, lalu menyembur maju ke arah Kevin. Cakarnya menggores udara, meninggalkan jejak racun yang mendesis di udara, memenuhi ruangan dengan bau belerang dan kematian.Kevin menyi

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status