Beranda / Fantasi / Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa / 302. Kemarahan Sylvia Nocturne

Share

302. Kemarahan Sylvia Nocturne

Penulis: Zhu Phi
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-20 21:16:20
Langit tiruan di atas Istana Dalam Umbra Vallis menggantung murung, membentang kelabu kehitaman. Retakan halusnya menyebar seperti luka waktu, memantulkan cahaya remang dari obor qi hitam yang bergetar tak tenang di tiap sudut aula.

Asap dupa mengalir pelan dari mangkuk-mangkuk emas tua yang dipahat dari tulang spiritual, melepaskan aroma getir getah hitam—aroma yang menggoda dan menyiksa sekaligus. Setiap tarikan napas mengandung beban ... bau waktu, kehancuran, dan pengorbanan.

Di atas singgasana hitam berlapis batu bulan, duduk Konsul Jenderal Sylvara Nocturne.

Tinggi, ramping, dan tak sepenuhnya seperti manusia biasa. Rambut putihnya menjuntai hingga menyentuh permadani qi berlapis starlight dust. Kulitnya tampak rapuh dan pucat seperti porselen, tapi dari pori-pori tubuhnya mengalir cahaya spiritual kelam—sebuah aura yang tak bisa dipalsukan ... aura dari seseorang yang pernah menatap kekosongan antara Dewa dan Iblis … dan kembali hidup.

Matanya.

Ya, matanya adalah pusat dari sega
Zhu Phi

Bab pertama hari ini ... Bab Utama : 1/3. Untuk Bab Bonus Gems akan diberikan sekalian esok ya ... terima kasih.

| 4
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   519. Akhir Hidup Dewi Wajah Racun

    Kevin berdiri tegak di tengah medan pertempuran yang sudah porak-poranda. Batu-batu hitam retak di bawah kakinya, bergetar pelan seakan takut akan sosok yang menginjaknya. Aura kegelapan mengalir dari tubuhnya—bukan sekadar asap atau kabut, tapi pusaran hidup yang menggulung liar, penuh bisik-bisik dari jiwa-jiwa yang telah ia kirim ke kematian.Nafasnya terdengar berat namun terkendali. Setiap tarikan seperti menghisap dingin dari alam neraka, dan setiap hembusan membawa hawa mematikan yang menekan dada siapa pun yang berdiri terlalu dekat.Di tangannya, Pedang Dewa Ilahi bergetar halus. Getarannya bukan sekadar respons logam terhadap energi, melainkan sebuah desahan… seolah pedang itu menyambut niat membunuh tuannya.Tatapan Kevin menusuk tajam, menembus asap kelam dan kabut racun yang melingkari sosok musuhnya—Lexainne, Dewi Wajah Racun. Aura racunnya seperti lautan hijau yang bergelora, namun Kevin berdiri tanpa gentar. Bibirnya bergerak pelan, seperti melafalkan doa… padahal itu a

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   518. Kurozan vs Naga Seiryu

    Awan di langit tercerai berai dicabik oleh kekuatan raksasa. Kurozan, burung raksasa berbulu legam berkilau, mengerjapkan matanya yang menyala seperti bara. Dengan geraman rendah yang bergulung di tenggorokannya, ia melesat dan—KRAAK!—cakar besarnya menghantam mata Naga Seiryu.Raungan menggelegar memecah udara, memantul di antara lapisan awan pekat. Tubuh sang naga raksasa terhuyung, melayang tak terkendali sebelum jatuh menghantam gumpalan awan badai. Butiran es berhamburan, terhempas dari sisiknya yang pecah di beberapa titik.Namun duel belum selesai. Kedua makhluk itu kembali menabrak satu sama lain, sayap mereka memukul udara seperti badai raksasa yang melahirkan pusaran angin mematikan. Suara benturan cakar dan sisik beradu terdengar seperti logam yang digerus oleh petir.Di bawah pusaran pertempuran itu, Kevin berdiri dengan napas berat, Topeng Iblisnya memantulkan kilau kehijauan dari racun yang memenuhi udara. Di sampingnya, Celestine mengepalkan tangan, aura petir di sekeli

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   517. Lexainne – Dewi Wajah Racun

    Langit di atas Tanah Terlarang Dewa dan Iblis mulai berubah warna, dari biru pucat menjadi ungu kelam yang seperti mengalir di antara awan. Kevin, yang kini mengenakan Topeng Iblis dan dikenal sebagai Arkantra Drago, berdiri di punggung Kurozan bersama Celestine. Angin kencang dari sayap burung raksasa itu memukul wajah mereka, membawa aroma hutan pegunungan dan sisa darah pertempuran sebelumnya.“Kita harus cepat sampai ke Desa Langit,” suara Kevin teredam oleh deru angin. “Aku perlu tahu keadaan Valkyrie… sebelum terlambat.”Celestine mengangguk, jemarinya erat memegang tali kekang Kurozan. Mata gadis itu menyapu cakrawala, tapi tiba-tiba membeku.“Kevin…” ucapnya pelan, matanya menyipit, “…ada yang mengikut kita.”Dari kejauhan, kabut hijau pekat muncul seperti racun yang merambat di udara. Dari dalamnya, suara gemeretak tulang bercampur desir angin beracun terdengar, membuat bulu kuduk berdiri. Lalu muncullah sesosok wanita berkulit pucat kehijauan, matanya berkilau seperti zamrud

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   516. Serangan Akhir Tak Terduga

    Tyraz berdiri tegak di tengah kepulan debu dan sisa kilatan listrik, dadanya naik-turun berat. Darah emas yang memancar dari luka di punggungnya mengalir deras, membasahi kain mantel yang sudah terkoyak. Setiap tetesnya jatuh ke tanah dengan suara aneh—seperti tetesan logam cair yang membakar batu.Namun alih-alih mengerang, ia justru tertawa.Tawa itu bukan suara manusia. Lebih mirip deru batu raksasa yang runtuh dari tebing, menghantam lembah, memantulkan gema yang membuat udara ikut bergetar.“Hebat…” katanya, suaranya berat seperti gong besar yang dipukul sekali. “Sama hebatnya… dengan harapan terakhir yang pernah kubunuh.”Kevin menyipitkan mata, merasakan setiap kata itu menusuk lebih dalam daripada seribu pedang. Tapi ia tetap berdiri, walau napasnya tersengal dan darah mulai membasahi pinggir bibirnya.Tyraz menarik napas panjang. Gerakannya lambat, tapi di balik itu ada tekanan kekuatan yang membuat tanah di sekitarnya retak. Ia mengangkat kedua tangannya ke arah langit. Awan

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   515. Melawan Tyraz - III

    Bola itu meledak, memuntahkan badai petir ke segala arah, mengoyak cincin Divine Tempest seperti kertas tipis. Getaran ledakannya mengguncang langit, menciptakan awan asap kelabu pekat yang naik menembus atmosfer spiritual.Angin bertiup liar. Batu-batu terangkat lalu runtuh. Aroma ozon bercampur abu dan darah menyengat seperti logam panas.Di tengah kabut kelabu itu, hanya satu hal yang terlihat—Bayangan pedang yang sangat tajam.Melesat cepat. Lebih cepat dari tatapan mata.Pedang itu menembus kabut, terjun langsung ke arah dada Tyraz seperti sambaran malaikat pemberontak.BRAKKKK!!Tyraz terpaku di tempat. Dadanya terguncang. Untuk pertama kalinya, tubuh sang Grand Master bergerak bukan karena kehendaknya, tapi karena guncangan yang berhasil menembus perisai surgawi-nya.Ia menatap ke bawah.Pakaian emasnya terbelah.Darah tipis mengalir dari luka kecil di dada kirinya. Tak dalam, tapi cukup untuk membungkam langit.Matanya kembali menatap Kevin, yang kini berdiri dengan nafas bera

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   514. Melawan Tyraz - II

    Topan energi menggila di atas reruntuhan dunia. Langit tak lagi sebiru langit; ia menjadi pusaran petir surgawi, membentuk taring-taring cahaya yang saling menyambar, mengiris udara dengan gemuruh yang memekakkan.Di pusat segala kekacauan itu, dua makhluk berdiri—seolah dunia hanya menyediakan ruang bagi mereka berdua.Kevin Drakenis. Tubuhnya diselimuti kabut petir ungu dan biru tua, seolah-olah aura dua dimensi telah saling bersilang di dalam dirinya. Setiap helaan napasnya memunculkan percikan, dan tanah di bawah kakinya meleleh perlahan, tak sanggup menahan tekanan qi yang mengalir deras dari pori-porinya.Di hadapannya, berdiri Tyraz, sang Grand Master dari Sekte Petir Langit. Sosok agung yang tubuhnya memantulkan kilau emas dari dalam, matanya seperti retakan bintang kuno yang menyala dalam kemarahan abadi. Jubahnya tak berkibar, sebab angin pun takut menyentuhnya.Keduanya diam. Namun angin berdesir kencang menerpa keduanya.Kevin menggigit batang rokok hitam yang menggantung

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status