Home / Fantasi / Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa / 42. Sekte Ular Hitam

Share

42. Sekte Ular Hitam

Author: Zhu Phi
last update Last Updated: 2025-04-19 21:26:46
Langkah Kevin terasa berat saat ia menyusuri jalur setapak yang membelah hutan kecil di pinggiran Nagapolis. Clara berjalan di sampingnya, sesekali melirik ke arahnya dengan cemas. Udara sore terasa dingin, menyimpan aroma dedaunan basah dan tanah yang mulai lembap oleh kabut senja.

Di ujung jalan, dua batu nisan sederhana berdiri berdampingan. Tak ada ukiran mewah atau pelita spiritual. Hanya semak-semak liar yang tumbuh di sekeliling, dan sebuket bunga liar yang sudah mulai layu. Namun justru kesederhanaan itu yang mencabik dada Kevin lebih dalam.

Ia jatuh berlutut di depan makam itu, tak peduli pada debu yang mengotori bajunya yang lusuh. Tangannya bergetar saat menyentuh tanah di depan nisan bertuliskan:

"Drakenis Aethron & Elenia — Cahaya Paviliun yang Telah Padam."

"Ayah… Ibu…" gumamnya lirih. Air matanya jatuh satu per satu, membasahi tanah yang dingin. "Maafkan aku… aku tak bisa melindungi kalian..."

Clara berdiri tak jauh darinya, tangan di dada, menahan isak yang nyaris pecah
Zhu Phi

Bab Utama : 2/2 Bab Bonus : 1/1 Mohon Maaf tidak ada Bab Extra malam ini ... Bab Bonus juga merupakan bab terakhir malam ini ...

| 6
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   43. Kekuatan Tersembunyi

    Aura kematian menebal di udara, menggelayut seperti kabut kelabu yang menyesakkan dada. Tanah di bawah kaki bergetar pelan, mengirimkan getaran gelisah hingga ke akar pepohonan tua. Daun-daun gugur berputar liar di udara, seolah ikut panik, seolah alam pun sadar akan malapetaka yang sebentar lagi meledak. Udara menjadi dingin, bukan karena cuaca, tapi karena kehadiran beberapa sosok berjubah hitam yang kini mengepung Kevin seperti bayangan kematian yang tak mengenal ampun.Di antara mereka, Vaelen, pemimpin dari kelompok itu, menyeringai lebar—sebuah senyum yang lebih mirip cemoohan yang dibalut kebencian. Namun senyumnya hanya bertahan sebentar, karena segera berganti menjadi ekspresi haus darah yang liar dan gila."Hancurkan dia!" teriak Vaelen, suaranya tajam, membelah kesunyian seperti cambuk petir.Dua anak buahnya tak menunggu aba-aba kedua. Mereka melesat ke depan seperti bayangan tanpa bentuk—gerakan mereka nyaris tak bersuara, hanya menyisakan desir angin tajam yang memotong d

    Last Updated : 2025-04-20
  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   44. Melawan Vaelen

    Kevin menegakkan tubuhnya perlahan. Tangan kanannya terangkat, jari-jarinya bergerak cepat membentuk segel kuno yang rumit, seperti menggambar mantra di udara. Energi hitam dan cahaya kemerahan mulai berputar di telapak tangannya, menciptakan suara dengung yang dalam dan bergema.“Demon Strike Sword!”Sebuah pedang berwarna hitam kemerahan terwujud di tangannya—panas dan berdenyut seperti jantung makhluk hidup. Permukaannya diliputi kilatan energi gelap yang mendesis tiap kali disentuh oleh udara. Itu bukan Pedang Dewa Ilahi, yang kekuatannya masih dalam masa pemulihan. Ini adalah pedang yang memanggil sisi tergelap dari Kevin—senjata dari kehendak iblis yang ia kendalikan dengan sisa kehendak manusia.Cambuk Vaelen meluncur ganas, ujungnya berdesir dan mendesis, siap melilit tubuh Kevin dan mencabiknya menjadi potongan-potongan kecil. Namun sebelum sempat menyentuh kulitnya...WUSSSHHH!!!Kevin mengayunkan Demon Strike Sword dengan kekuatan penuh. Udara seolah terbelah, dan cambuk itu

    Last Updated : 2025-04-20
  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   45. Inti Naga Drakenis

    Malam telah melahap seluruh cakrawala, menyisakan langit kelam yang digelayuti awan tebal. Hujan gerimis baru saja reda saat Clara menyeret tubuh Kevin yang limbung menembus semak belukar dan akar-akar pohon yang menjulur liar. Nafasnya memburu, tubuhnya basah oleh peluh dan lumpur, namun tekad di matanya tak goyah.Akhirnya, di balik dinding hutan yang lebat dan gelap, tampaklah sebuah pondok kayu tua yang nyaris menyatu dengan alam sekitarnya. Ranting menjulur seperti tangan-tangan tua yang menjaga, sementara lumut hijau menutupi sebagian besar dinding dan atap jeraminya. Tempat itu pernah menjadi rahasia keluarga, dibangun oleh ayah Clara jauh dari jangkauan dunia luar—sebuah persembunyian bagi yang luka dan tersesat.Begitu pintu bambu berderit terbuka, kehangatan dari cahaya lilin spiritual menyambut mereka, memantulkan bayangan menari di dinding yang penuh anyaman. Aroma lavender yang menyegarkan bercampur dengan kayu manis yang menguar dari dupa menyusup lembut ke indera pencium

    Last Updated : 2025-04-20
  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   46. Ramuan Obat Herbal Untuk Kevin

    Dengan gerakan lambat, Kevin merogoh saku bajunya yang sobek di bagian samping. Jemarinya bersentuhan dengan serpihan plastik—ponsel yang diberikan Claudia. Harapan kecil sempat menyala di dadanya, tapi segera padam saat ia menariknya keluar. Layar ponsel itu retak seperti kaca beku yang dihantam batu, retakan menyebar seperti jaring laba-laba. Ia menatapnya sejenak, mendesah pelan.“Sial… rusak total,” gumamnya pelan, matanya memicing melihat simbol baterai yang berkedip sesaat sebelum padam sepenuhnya.Ia mengingat Claudia—wajahnya yang tegas dan tenang saat memberikan ponsel itu. Tapi saat mencoba memanggil kembali nomor gadis itu di ingatannya, pikirannya seperti kabut tebal. Tak ada satu angka pun yang muncul jelas.Ia melirik ke arah Clara dari balik pintu yang terbuka ... terlihat Clara tengah jongkok di antara semak-semak herbal tak jauh dari pondok. Gadis itu tampak sibuk memilih daun-daun tertentu, tangannya cekatan memilah akar dan bunga yang tumbuh liar. Keringat membasahi

    Last Updated : 2025-04-20
  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   47. Semalam Bersama Clara

    “Jangan bicara begitu… Kamu pasti akan melakukan hal yang sama kalau aku yang sakit. Iya, kan? Betul atau betul?” Clara mengerling ke arah Kevin, tawanya renyah memecah keheningan malam.Suara tawa gadis itu seperti melodi lembut yang menembus dada Kevin, menghangatkan hati yang sempat membeku oleh pertarungan dan rasa sakit. Tanpa berpikir panjang, ia menjawab cepat, “Betul!” dan seketika itu juga, kedua lengannya bergerak, menarik Clara dalam pelukannya.Tubuh mungil gadis itu terhentak ringan ke arahnya. Clara membeku sesaat dalam pelukan Kevin—hangat, kuat, dan terasa begitu nyata. Tapi reaksi berikutnya bukanlah kemarahan seperti yang Kevin khawatirkan, melainkan suara panik yang justru terdengar manis di telinganya.“Eh? Kamu sudah sembuh? Jangan banyak gerak! Luka kamu belum sepenuhnya pulih!” ucap Clara cemas, matanya melebar. Tapi bukannya mendorong Kevin menjauh, ia justru membiarkan dirinya tetap berada dalam pelukan itu, bahkan kini ia terbaring di atas dada pemuda itu.Kev

    Last Updated : 2025-04-20
  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   JURUS PEDANG DEWA ILAHI

    Halo Sobat Readers ...Jumpa lagi dengan Author di Catatan Penulis ...Kali ini Author akan membahas Jurus Pedang Dewa Ilahi dan Jurus Mahadewa Pedang Tak Terkalahkan yang dimiliki oleh Kevin Drakenis biar mudah mengikuti pertarungannya di setiap cerita ...JURUS PEDANG DEWA ILAHI :~Phantom Gods BlastSerangan Kevin yang mengandalkan kecepatannya bergerak bagaikan tanpa bayangan dan bagaikan hantu yang melewati lawan dengan kematian di pedangnya. Kemampuan gerakannya yang tidak menimbulkan aura yang bisa dideteksi lawan membuat Kevin dengan mudah melewati mereka dengan cepat sambil menebaskan Pedang Dewa Ilahi ke leher lawan tanpa sempat menghindar.Jurus ini ampuh untuk melawan musuh yang banyak dan dalam jarak dekat.~Flying Gods BlastSerangan yang lebih mirip Niat Pedang tapi hanya mengandalkan satu Pedang Dewa Ilahi yang bergerak menebas lawan dengan mengandalkan Roh Pedang yang bisa menggerakkan pedang ini atas perintah Kevin.Selain itu Kevin juga dapat menggunakan ratusan ped

    Last Updated : 2025-04-21
  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   48. Tamu Tak Terduga

    TOK... TOK... TOK...!Suara ketukan itu menggema pelan namun tegas, memecah keheningan pagi saat cahaya matahari mulai menyusup malu-malu di antara celah pepohonan. Udara pagi masih lembap, dan kabut tipis menggantung seperti selimut gaib yang menyelimuti seluruh kawasan. Di dalam pondok kayu sederhana, Kevin langsung membuka mata. Gerak tubuhnya kaku, seolah tubuhnya telah diprogram untuk waspada terhadap bahaya kapan saja.Jantungnya berdetak lebih cepat. Apakah mereka menemukan kami...? pikirnya penuh curiga. Bayangan musuh lama dari Paviliun Drakenis melintas dalam benaknya, menyulut kekhawatiran yang selama ini ia tekan dalam-dalam.Di sampingnya, Clara masih terlelap. Wajah gadis itu terlihat damai, nafasnya teratur seperti alunan musik lembut yang menenangkan. Kevin menoleh sebentar, lalu perlahan-lahan menggeser selimut tipis yang menutupi dirinya, berhati-hati agar tidak mengganggu tidurnya.Tangannya terulur ke sisi ranjang, meraih Pedang Dewa Ilahi yang bersandar di dinding.

    Last Updated : 2025-04-21
  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   49. Membangkitkan Paviliun Drakenis

    Saat mata Claudia secara tak sengaja melirik ke dalam pondok, ia melihat sosok perempuan yang tengah tertidur lelap di atas ranjang kecil. Rambutnya terurai, kulitnya terlihat pucat tertimpa cahaya pagi, dan ekspresinya damai seperti bunga yang belum mekar.Ia kenal dengan gadis ini ... Clara Vasper. Gadis dari Paviliun Vasper yang kurang terkenal. Apa hubungan gadis ini dengan Kevin?Claudia menarik napas, menahan kekagetan yang nyaris menyatu dengan rasa lega. Semua pertanyaan dalam kepalanya seolah terjawab dalam satu pandangan singkat ke dalam pondok.“Maaf, Chief…” ucapnya akhirnya, suaranya pelan namun terasa berat. “Seharusnya kami sudah mencari keberadaan Chief tadi malam, tapi…”Kata-katanya menggantung di udara, tak selesai. Mungkin karena rasa bersalah. Mungkin karena Kevin yang masih tersenyum.Kevin memicingkan mata, nada suaranya berubah lebih serius namun tak kembali menjadi sedingin biasanya. “Ada apa? Apa sesuatu terjadi di Paviliun Dracarys?” tanyanya cepat. “Bagaiman

    Last Updated : 2025-04-21

Latest chapter

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   103. Kekuatan Vermillion Vein

    Kevin menggertakkan giginya. “Aku di sini!” bentaknya lantang, tak gentar. Sorot matanya membalas tatapan iblis itu dengan api semangat yang membara. “Kalau kau memang iblis yang menyiksanya selama ini … maka mari kita akhiri semua ini, di sini dan sekarang!”Tanpa ragu, ia mengangkat batu Vermillion Vein yang kini menyala bagai bara hidup di telapak tangannya. Aura api spiritual di sekelilingnya memekik, memutar arus energi panas yang menusuk kulit. Dengan teknik pamungkasnya—Heavenly Flame Binding Seal—Kevin menghantamkan batu itu langsung ke dada Ravena.Seketika, ledakan cahaya merah keemasan menerangi seluruh ruangan seperti fajar surgawi yang membakar malam tergelap. Api spiritual dari batu Vermillion mengalir deras ke dalam tubuh Ravena, membakar roh iblis dari dalam. Suara jeritan itu berubah—dari teriakan kemarahan menjadi raungan kesakitan, lalu menjadi pekikan sekarat. Sosok iblis itu menggeliat dan menjerit, tubuhnya bergulung dalam pusaran api spiritual yang membakar tak h

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   102. Teknik Jarum Sembilan Ilahi

    Langkah Claudia terdengar cepat namun tenang. Dari balik mantel hitamnya yang dilapisi jimat pelindung, ia mengeluarkan sebuah peti besi perak dengan ukiran rumit dan segel mantra berlapis-lapis yang berpendar merah menyala. Begitu peti itu dibuka, hawa panas menyeruak ke seisi ruangan.Di dalamnya, batu Vermillion Vein berwarna merah darah berdenyut pelan seperti jantung hidup—menyala dan bernafas. Aura panasnya luar biasa, hingga uap tipis langsung naik dari lantai batu di sekitarnya, seolah batu itu hendak membakar dunia sekitarnya hanya dengan kehadirannya.Claudia memandang Kevin dan mengangguk pelan. “Energinya murni. Tapi tidak stabil. Kita hanya punya satu kesempatan, Chief!” katanya dengan suara tegang.Kevin mengulurkan tangan. Saat jemarinya menyentuh permukaan batu itu, rasa panasnya menembus ke dalam tulangnya. Tapi ia tidak mundur. Dengan satu tarikan napas panjang, ia berkata, “Kita mulai sekarang.”Ia duduk bersila di atas lingkaran segel kuno yang digoreskan dengan dar

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   101. Roh Iblis Es Kuno

    Langit di atas Kota Nagapolis secara perlahan berubah warna. Kabut kelabu yang menyelimuti kota sepanjang malam mulai tersibak oleh sinar pertama fajar. Matahari pagi mengintip malu-malu dari balik cakrawala, memancarkan cahaya keemasan yang membasahi atap-atap paviliun, menciptakan bayangan panjang yang menyapu jalanan yang masih sepi.Namun, ketenangan itu tidak berlaku di dalam Paviliun Dracarys.Langkah-langkah tergesa menggema di lorong batu menuju ruang bawah tanah yang tersembunyi jauh di jantung kompleks. Udara di sana terasa berat, penuh aura spiritual yang bergolak tak terkendali. Asap tipis yang mengandung aroma besi dan belerang mengambang di udara, menyusup ke dalam paru-paru dan memberi rasa perih di hidung. Tanah pun bergetar halus, seolah menahan energi yang nyaris meledak dari dalam.Di dalam ruang pemurnian kuno yang dipenuhi ukiran naga berwajah muram dan simbol-simbol langit beku, Ravena terbaring di atas altar batu obsidian. Permukaannya dingin, namun dikelilingi a

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   100. Cultivator Penjarah Relik

    Pria tua itu tertawa pelan, ujung jarinya mengetuk botol kaca itu. “Sangat … sebanding,” bisiknya, mata logamnya berkilat.Mata pria tua itu berkilat tajam, seperti sepasang batu permata logam yang memantulkan cahaya neraka. Bibirnya melengkung ke dalam seringai licik, rasa puas terpancar dari setiap kerutan wajahnya. Dengan gerakan halus, ia mengangkat tangan, memberi isyarat kecil pada asistennya — seorang pemuda kurus bermata cekung, aura spiritualnya lemah tapi tangannya cekatan.Pemuda itu mendekati sebuah peti kayu hitam, terikat benang-benang spiritual merah yang berdenyut samar, seolah hidup. Dengan mantra pelan, segel-segel itu terbuka satu per satu, memancarkan kilatan kecil cahaya merah. Saat tutup peti terbuka, udara di dalam tenda mendadak menghangat, bahkan membakar ujung-ujung rambut.Di dalam peti, terbaring sebuah batu merah menyala — Vermillion Vein, tampak seperti bara hidup yang bernafas. Setiap detik, pancaran panasnya menggetarkan udara, menciptakan riak-riak tip

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   99. Pasar Gelap Centralpolis

    Di puncak tertinggi Paviliun Dracarys, Kevin berdiri tegak, siluetnya terpotong cahaya remang lampu-lampu kota yang berkedip di kejauhan. Matanya, tajam dan penuh tekad, menatap cakrawala seolah mencoba menembus jarak yang memisahkannya dari takdir yang sebentar lagi datang menghantam. Angin memainkan ujung jubahnya, membuatnya berkibar pelan, seperti sayap naga yang sedang merentang di bawah cahaya samar bulan.Di bawah, di dalam ruangan pusat komando, Claudia nyaris tak berhenti bergerak. Rambutnya yang hitam berantakan menempel di pelipis, sementara jemarinya sibuk menari di atas layar komunikasi holografik. Suara Claudia terdengar cepat, teratur, tapi ada tepi kegelisahan yang merayap di ujung nadanya. “Chief, satu petunjuk mengarah ke Pasar Gelap Agarthium, Centralpolis,” ucapnya dengan suara yang agak serak, kelelahan mulai menggerogoti tenaganya. “Ada rumor… seorang kolektor eksentrik menyimpan batu Vermillion Vein, jenis merah pekat, yang telah melewati ritus pemurnian api na

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   98. Vermillion Vein

    Cahaya lampu di dalam kamar Paviliun Dracarys masih bergetar lembut, memantul di atas lantai marmer yang sempat diselimuti kabut dingin dari kekuatan Darah Iblis Es milik Ravena. Setelah kekacauan itu mereda, Kevin menoleh ke arah Clara yang tengah berjongkok di sudut ruangan, tubuhnya gemetar meskipun hawa dingin sudah mulai menghilang.Kevin menghampirinya, perlahan berlutut hingga sejajar dengan mata gadis itu. Tatapannya lembut, jauh berbeda dari sosok dingin yang beberapa saat lalu mengeksekusi Gubernur Adam Smith tanpa ragu.“Kamu tidak apa-apa, Clara?” tanyanya pelan, suara itu terdengar seperti pelukan hangat di tengah sisa-sisa badai.Clara mengangguk kecil, tapi suaranya serak saat menjawab.“Aku ... aku baik-baik saja, Kev. Tapi ... Vena?” Matanya beralih, mencari sosok yang ia sayangi. “Bagaimana dengan Ravena? Dia … tidak terluka, kan?”Kevin mengangguk meyakinkan. “Dia sudah kembali... masih pingsan, tapi aku berhasil menstabilkan auranya. Dia akan baik-baik saja.”Sebelu

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   97. Api Ilahi

    “Ravena … dengarkan aku,” suara Kevin terdengar pelan, tapi ada kekuatan yang menggema di balik bisikannya. Setiap kata meluncur seperti doa yang menembus badai, menggetarkan udara yang dingin membatu. Tatapannya menancap pada gadis yang berdiri kaku di depannya, matanya yang dulu penuh cahaya kini hanya cermin gelap yang memantulkan kekuatan terkutuk. “Aku tahu kau masih ada di sana. Aku tidak datang untuk melawanmu—aku datang untuk membebaskanmu dari belenggu darah terkutuk itu.”Untuk sekejap, hanya desiran angin es yang menjawab. Tapi kemudian … AUMMM! Ravena mengaum, suara nyaringnya menggema seperti serigala salju meraung di tengah badai kutub. Napas putih menyembur dari bibirnya, dan lantai di bawahnya mulai memutih, tertutup es yang menjalar cepat, melingkar seperti ular glasial menuju kaki Kevin.Kevin mengerutkan kening, lalu BRAK! — dengan satu hentakan kaki, dia mengaktifkan Divine Flame Shield di sekeliling tubuhnya. Api ilahi menyala lembut di permukaan kulitnya, merah

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   96. Kekuatan Darah Iblis Es

    Langit di atas Nagapolis menyelubungi kota dengan kegelapan yang pekat, seakan menelan segala cahaya. Awan hitam berputar perlahan di atas, menyelimuti dunia di bawahnya dalam suasana suram yang aneh—seperti energi gelap yang meresap ke dalam langit, mengambil kekuatan dari sesuatu yang tak tampak oleh mata manusia. Suasana itu memberi kesan seolah dunia ini sedang berada di ujung kehancuran.Di dalam markas Paviliun Dracarys yang menjulang tinggi dan kokoh, sebuah aura mengerikan mulai membentuk. Ruang di salah satu kamar tamu terasa jauh lebih dingin dari biasanya, seperti es yang mengalir di udara. Gelombang energi beku menyebar, menghantam dinding-dinding dengan kekuatan luar biasa. Suhu di sekitarnya merosot dengan cepat—sungguh luar biasa—hingga es mulai menutupi permukaan dinding, membentuk lapisan tipis seperti kulit beku yang siap mencabik siapapun yang mendekat.Jendela-jendela mulai berembun, perlahan menghitam dan retak-retak, suara gemerisiknya bergetar dalam keheningan ma

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   95. Kebangkitan Darah Iblis Es

    Raungan mesin mewah memecah kesunyian malam yang mencekam. Lima mobil Bentley berwarna hitam legam berhenti dalam formasi rapi di halaman depan kediaman gubernur yang kini hanya menyisakan puing dan bau gosong. Kilatan lampu mobil menyinari tubuh Kevin dan Valkyrie yang masih berdiri di tengah reruntuhan, dikelilingi abu, debu, dan bayangan kematian.Dari pintu salah satu mobil, seorang wanita turun anggun namun penuh wibawa. Gaun merah menyala dengan belahan tinggi di kaki kanannya melambai diterpa angin malam, memperlihatkan betisnya yang jenjang dan langkahnya yang mantap. Rambut hitam panjangnya terurai rapi, dan sepatu hak tingginya mengetuk aspal dengan suara menggoda.Ia langsung menunduk dalam-dalam ke arah Kevin, dengan tangan di dada, menunjukkan sikap penuh hormat dan loyalitas.“Chief … apakah peti mati spiritual yang tadinya buat Gubernur juga akan kita bawa pulang?” tanyanya, suaranya lembut namun profesional. Wajahnya tenang, tapi matanya menyorot tajam seperti selalu si

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status