Home / Fantasi / Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa / 428. Kekuatan Iblis Surgawi

Share

428. Kekuatan Iblis Surgawi

Author: Zhu Phi
last update Last Updated: 2025-07-11 23:13:51
Langit menghitam seolah menunduk pada satu nama... Drakarion.

Salah satu dari Tiga Iblis Surgawi.

Ia bukan seekor naga, bukan pula iblis dari kisah dongeng yang menakut-nakuti anak kecil.

Ia adalah cultivator kegelapan, makhluk fana yang telah mengkhianati batas manusia—menyatu dengan kegelapan dunia bawah, menelan ilmu terlarang, dan hidup dalam kutukan yang ia pelihara seperti napas sendiri.

Dan kini, ia berdiri di atas batu-batu hangus, jubahnya berkibar liar tertiup badai panas yang datang entah dari mana.

Pedang hitam berurat ungu tergenggam di tangan kanannya—senjata kutukan yang berdengung pelan, seakan haus darah dan dendam.

Tubuhnya dilapisi armor berlapis sihir, berdenyut seperti urat-urat iblis yang hidup. Matanya memancar cahaya merah dalam, bukan dari amarah semata, tapi dari rasa takut yang ia sembunyikan dengan lapisan kesombongan.

“KAU BUKAN RAJA!” raungnya, suaranya menggema bagaikan petaka yang dipanggil dari lembah dunia yang retak.

“KAU ADALAH PENISTA! PEMALSU K
Zhu Phi

Bab Utama : 3/3 Selesai. Bab Bonus Gems : 1/1 Selesai. Bab Extra Author : 1/1 Selesai. Bab Extra Author merupakan bab terakhir malam ini ... selamat beristirahat :)

| 2
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   566. Mempermainkan Draven

    Draven merasakan kulit di tengkuknya dingin saat puluhan pasang mata para pembunuh menatapnya. Senjata-senjata tipis yang berkilat seperti taring ular semakin mendekat. Ruangan yang semula hangat dengan cahaya lampu kristal, kini seakan dipenuhi aura kematian.“Menjauhlah dariku!” teriak Draven sambil melontarkan jarum-jarum beracunnya. Gerakannya cepat, bahkan hampir tak terlihat oleh mata awam. Jarum-jarum itu meluncur seperti kilatan cahaya hijau, mengarah ke dada dan tenggorokan para pembunuh.Namun—Ting! Ting! Ting!Semua jarum itu terpental, ditangkis dengan mudah oleh pedang tipis, kipas baja, bahkan sekadar gerakan jari dari para pembunuh. Beberapa bahkan sengaja membiarkan jarum itu menempel di pakaian mereka, lalu menatap Draven dengan senyum mengejek.“Kau pikir racunmu cukup untuk membuat kami ketakutan?” salah seorang pembunuh berambut panjang tertawa, matanya merah menyala.Draven menggertakkan gigi. “Dasar sampah! Jangan remehkan aku!”Ia bergerak cepat, tubuhnya melomp

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   565. Ancaman Draven Caraxis

    Suasana seketika riuh. Beberapa tamu saling berbisik, sebagian menahan napas, menunggu reaksi dari Kevin.PLAAAK!Suara tamparan keras memecah udara. Semua mata terbelalak. Draven terhuyung ke samping, pipinya memerah membengkak. Bukan Helena yang menamparnya, melainkan Kevin yang kini berdiri di hadapannya dengan tatapan dingin menusuk.“Jangan pernah...” Kevin mendesis, suaranya rendah namun mengandung tekanan yang membuat bulu kuduk meremang. “Jangan pernah membentak atau kurang ajar terhadap kekasihku. Atau... aku akan merobek mulut besarmu itu.”Draven mendengus, darah menetes dari sudut bibirnya. “Cih! Kau... bajingan! Kau sudah membunuh ayahku! Semula kukira kau juga sudah membunuh kakakku—ternyata dia masih hidup!” Ia menunjuk Helena dengan gemetar. “Pasti kalian bersekongkol untuk membunuh ayahku!”PLAAAK!Tamparan kedua mendarat. Kali ini bukan dari Kevin, melainkan dari Helena. Matanya penuh kilatan amarah. Tangannya bergetar tapi tegas, tak sudi lagi menahan sakit hatinya.

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   564. Giliran Raisa dan Draven

    Tak seorang pun menyadari duel mematikan yang baru saja terjadi di kamar utama Kevin. Aura benturan, suara runtuhan, bahkan getaran spiritual, semuanya terserap habis oleh formasi yang telah ia pasang. Lingkaran formasi itu berkilat samar di lantai marmer, menelan segala bentuk keributan seakan kamar itu hanyalah ruang biasa. Hanya Kevin dan Selene yang tahu apa yang sebenarnya terjadi di dalam sana.Setelah mengantar Selene ke kamar barunya—kamar kecil di sisi timur Paviliun Drakenis—Kevin kembali menapakkan langkah ke aula utama. Pesta masih bergema, padahal jarum waktu hampir menyentuh tengah malam. Lampu-lampu kristal spiritual masih berkilau, musik lembut dari alat musik tradisi kuno bercampur dengan denting gelas, dan aroma anggur spiritual bercampur dengan dupa yang menenangkan.Namun, begitu Kevin muncul, keheningan kecil seperti bayangan melintas. Beberapa tamu menoleh. Ada yang menunduk dalam hormat, ada pula yang hanya melirik dengan tatapan sulit ditebak.Di sudut aula, Dr

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   563. Sumpah Darah Spiritual

    Langkah Kevin terdengar mantap, menghantam lantai batu seperti dentang genderang perang. Selene hampir bisa merasakan getaran setiap pijakannya di tulang rusuknya yang masih sakit. Ia berdiri membeku, keringat dingin mengalir di pelipis meski udara malam menusuk kulit.Kevin berhenti tepat di depannya. Tubuhnya sedikit condong ke depan, wajah mereka kini hanya berjarak sejengkal. Nafas Kevin terasa panas di pipinya. Tatapannya menusuk, seperti bilah pedang yang siap menebas.“Aku tidak pernah melepaskan orang yang berniat membunuhku,” ucapnya, suaranya rendah, berat, seperti guntur yang tertahan. “Tapi aku memberi pengecualian kepadamu… karena aku suka padamu.”Selene terbelalak. Kata-kata itu membuat dadanya berdegup cepat, antara marah, bingung, dan… takut.“Kau bisa menjadi praktisi bela diri yang hebat kalau mengikutiku,” lanjut Kevin. “Atau mati di sini, sekarang.”Ruangan seakan menyempit. Selene masih terdiam, giginya menggertak, mencoba menghitung untung rugi di kepalanya. Ia

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   562. Pilihan Sulit

    Kilatan belati di tangan Selene masih bergetar, memantulkan cahaya lampu kristal yang berada di atasnya. Napasnya patah-patah. Bara dendam menyala di matanya, tetapi wajahnya pucat seperti bulan yang kehabisan cahaya. Di hadapannya, Kevin bersandar di sofa, satu kaki menyilang, tenang—seakan barusan tidak terjadi apa-apa selain angin lewat dan hanya asap rokok yang bergerak pelan.Hening satu detik.Lalu...BRUKK!Selene melesat cepat dari tempatnya. Tubuhnya meluncur bagai anak panah, belati menghujam, membelah udara dengan siulan tajam. Angin kamar terasa tercabik, tirai merah di jendela berkibar liar, dan cairan spiritual dalam ruangan mendesir seperti disedot oleh niat membunuhnya.Kevin memiringkan badan beberapa derajat—hanya itu.KRAKK! Belati menghantam meja kaca di samping sofa, meledakkannya jadi serpihan bening yang berkilau seperti hujan bintang.“Cepat,” gumam Kevin tanpa bangkit, mata tetap tenang seakan tak ada kejadian yang berbahaya, “tapi terlalu terburu-buru.”Selen

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   561. Rayuan Maut Selene Adamara

    Halaman Paviliun Drakenis sore itu masih dipenuhi sisa-sisa keagungan peresmian megah yang baru saja usai. Para tamu masih menikmati hidangan yang disajikan tuan rumah di dalam paviliun. Lentera-lentera spiritual menggantung di udara bercampur dengan lampu modern di taman ini, berkilauan seperti bintang, sementara angin lembut membawa aroma dupa yang masih menyala di altar depan.Kevin Drakenis, tuan rumah pesta ini memilih menjauh dan berdiri di teras halaman paviliun, satu tangan di saku, satu tangan lagi memegang rokok yang ujungnya berpendar merah. Asapnya naik perlahan, berbaur dengan udara sore yang lembap, menciptakan siluet misterius di wajahnya.Langkah berderap halus terdengar dari belakang. Bukan suara biasa, melainkan hentakan ritmis yang seolah sengaja diperlambat untuk menarik perhatian.Selene Adamara Smith.Putri Mantan Gubernur Xandaria yang terbunuh dalam insiden yang mengerikan di Kota Godam.Gaun merah darahnya membalut tubuh ramping dengan sempurna, ketat namun an

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status