Home / Fantasi / Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa / 49. Membangkitkan Paviliun Drakenis

Share

49. Membangkitkan Paviliun Drakenis

Author: Zhu Phi
last update Last Updated: 2025-04-21 06:47:16
Saat mata Claudia secara tak sengaja melirik ke dalam pondok, ia melihat sosok perempuan yang tengah tertidur lelap di atas ranjang kecil. Rambutnya terurai, kulitnya terlihat pucat tertimpa cahaya pagi, dan ekspresinya damai seperti bunga yang belum mekar.

Ia kenal dengan gadis ini ... Clara Vasper. Gadis dari Paviliun Vasper yang kurang terkenal. Apa hubungan gadis ini dengan Kevin?

Claudia menarik napas, menahan kekagetan yang nyaris menyatu dengan rasa lega. Semua pertanyaan dalam kepalanya seolah terjawab dalam satu pandangan singkat ke dalam pondok.

“Maaf, Chief…” ucapnya akhirnya, suaranya pelan namun terasa berat. “Seharusnya kami sudah mencari keberadaan Chief tadi malam, tapi…”

Kata-katanya menggantung di udara, tak selesai. Mungkin karena rasa bersalah. Mungkin karena Kevin yang masih tersenyum.

Kevin memicingkan mata, nada suaranya berubah lebih serius namun tak kembali menjadi sedingin biasanya. “Ada apa? Apa sesuatu terjadi di Paviliun Dracarys?” tanyanya cepat. “Bagaiman
Zhu Phi

Bab Utama : 2/2 Selesai Bab Bonus : 0/1 Menyusul Siang Bab Bonus dapat bertambah apabila Gems mencapai target bonus bab ... Bab Extra April : Berapa Bab tergantung Author atau mungkin tidak ada. Selamat pagi ... selamat beraktivitas ya ...

| 3
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   50. Cemburu

    Kevin sempat tersenyum kecil, pikirannya melayang kembali pada kekayaan luar biasa yang tersegel di dalam Kuburan Kuno Iblis dan Dewa. Ia tak pernah benar-benar menghitungnya, tapi kekuatan dan harta karun yang ia warisi dari Roh Dewa di dalam sana memang... luar biasa.“Aku masih ada urusan yang harus kuselesaikan sebentar lagi,” ucap Kevin akhirnya, dengan nada mulai serius kembali. Ia melirik ke dalam pondok, ke arah Clara yang kini mulai bergerak dalam tidurnya, seperti sedang bermimpi.“Oh ya, satu hal lagi,” sambungnya. “Bisakah kau menjaga Clara untuk sementara? Bawalah dia ke Paviliun Dracarys. Pastikan dia aman… dan dirawat dengan baik.”Claudia terdiam sejenak, kemudian mengangguk mantap. Tatapannya kini penuh penghormatan dan rasa tanggung jawab.“Akan aku jaga sebaik mungkin, Chief. Seperti menjaga nyawaku sendiri.”Kevin menatapnya lama, lalu mengangguk. Tak perlu banyak kata. Kepercayaan sudah tertanam di antara mereka, dan pagi itu… terasa seperti babak baru telah dimula

    Last Updated : 2025-04-21
  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   51. Krisis di Paviliun Vasper

    Kevin menuruni lereng bukit dengan langkah mantap. Angin pagi yang membawa aroma dedaunan basah menyapu rambutnya, mengingatkannya pada masa-masa di mana dunia belum segelap sekarang. Di kejauhan, bayangan bangunan tua mulai terlihat di balik kabut tipis yang belum sepenuhnya terangkat. Itulah Paviliun Vasper.Ia masih ingat jelas tempat ini. Letaknya di pinggiran Kota Nagapolis, jauh dari keramaian, tersembunyi di antara rimbunnya pohon tua dan jalan setapak yang hampir tak terurus. Paviliun ini tak pernah dikenal, bahkan nyaris dilupakan. Dalam kalangan para cultivator tingkat tinggi, Paviliun Vasper tak lebih dari sekumpulan semut di tengah para naga. Sebuah paviliun ‘sampah’—begitulah banyak orang menyebutnya.Namun bagi Kevin, tempat ini punya arti berbeda.Paviliun Drakenis—yang saat itu berada di puncak kejayaannya sebagai paviliun nomor satu di Nagapolis—tak pernah mengajarkannya untuk memandang rendah siapa pun. Kedua orang tuanya, dengan segala wibawa dan pengaruhnya, justru

    Last Updated : 2025-04-21
  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   52. Lima Detik

    TRAAANG!Dentuman logam melengking membelah udara, nyaring seperti petir yang meledak di tengah keheningan. Pedang panjang itu terlepas dari genggaman, terpental beberapa meter ke belakang dan menancap miring di tanah, bergetar seperti masih menyimpan sisa energi hantaman yang tak terlihat. Si pria berjubah hitam terdorong mundur dua langkah, wajahnya memucat. Matanya membelalak, bingung, seolah akalnya berusaha mengejar kenyataan yang baru saja terjadi.Tatapannya menukik ke arah pedangnya, lalu turun ke tanah. Di sana, sebuah kerikil kecil tergeletak tenang—terlalu biasa untuk jadi sumber dari kekuatan sebesar itu. Tapi justru kerikil itulah yang menyelamatkan lawannya dari tebasannya yang mematikan.“T-tidak mungkin…” gumamnya, lebih kepada dirinya sendiri. Tangannya bergetar hebat, seperti baru saja mencelupkan jari-jarinya ke dalam aliran petir. Kesemutan menyebar hingga ke siku, membuatnya mengerang pelan sambil mencengkeram pergelangan tangannya yang kesakitan.“Kurang ajar…” de

    Last Updated : 2025-04-22
  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   53. Melawan Sekte Jubah Hitam

    Suara teriakan perintah yang baru saja menggema dari mulut pria berjubah hitam itu tiba-tiba terputus… menguap begitu saja di udara. Matanya terbelalak, menyapu sekeliling dengan panik.“Di… di mana dia?!” serunya panik, tenggorokannya tercekat. Tak ada jejak Kevin—seolah sosok itu menghilang ditelan kabut.Namun, rasa bingung itu hanya bertahan sekejap.DUAAARRR!!!Sebuah ledakan menghantam bumi dengan kekuatan mengejutkan, mengguncang tanah seperti hentakan dewa murka. Tubuh salah satu dari mereka—pria berambut cepak dan jubah terburai—terlempar ke udara seperti boneka tanpa jiwa. Sebuah lubang besar menganga di perutnya, tak berdarah, tak teriris… hanya kehancuran dari dalam, seakan seluruh isi tubuhnya diremukkan oleh tinju tak kasat mata.Tak sempat menjerit. Tak sempat paham.Tubuhnya jatuh menghantam tanah, bergetar sebentar… lalu membisu, selamanya.“SATU.” Suara Kevin terdengar dari atas—dalam, dingin, seperti bisikan maut dari langit yang tak terlihat.Seketika, salah satu

    Last Updated : 2025-04-22
  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   54. Satu Kevin, Dua Wajah

    Di balik tumpukan batu, Baron Vasper masih terbaring. Napasnya terengah, tubuhnya lemah, namun matanya… mata itu kini berkaca-kaca, nyaris tak percaya dengan apa yang baru saja disaksikannya.Lima orang dari Sekte Jubah Hitam. Mereka bukan sembarang petarung—masing-masing berada di ranah Golden Core. Di dunia kultivasi, mereka sudah dianggap raja di gunung-gunung kecil. Namun di hadapan Kevin, mereka tak lebih dari boneka rapuh.Baron menatap sosok itu, berdiri dengan jubah berkibar tertiup angin, tubuhnya dikelilingi aura pekat yang belum sepenuhnya menghilang.“…Dia bukan sekadar cultivator kuat…” bisik Baron dengan suara serak. “Dia adalah… malaikat pencabut nyawa.”Ia masih belum sepenuhnya yakin—apakah benar pemuda di hadapannya ini adalah Kevin Drakenis yang dulu suka menendang bola dan tertawa bersama Clara di halaman belakang?Jika iya… maka Kevin yang kembali sekarang bukanlah Kevin yang sama lagi.Langkah-langkah Kevin menyentuh tanah yang telah berlumur darah dan debu, menin

    Last Updated : 2025-04-22
  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   55. Melindungi Paviliun Vasper

    Denting lembut roda mobil menyentuh bebatuan halus di halaman Paviliun Vasper, menandai kedatangan lima buah Bentley hitam berkilau yang berjejer dengan elegan, memecah keheningan pagi itu. Bau logam hangat dari mesin yang baru saja dimatikan bercampur dengan aroma bunga melati dari taman Paviliun, menciptakan kontras tajam antara kekuatan dan kelembutan.Pintu mobil pertama terbuka dengan bunyi klik yang nyaris tak terdengar. Claudia, sosok wanita berwibawa dengan jas panjang berwarna midnight blue, turun dengan langkah tegas. Sepasang mata elangnya segera mengunci pandang pada Kevin yang berdiri di bawah terik matahari pagi, dengan sorot mata penuh kewaspadaan namun tenang.Dengan satu gerakan anggun, Claudia memberi hormat. "Chief," ucapnya dalam suara datar yang dibungkus hormat. “Kami siap.”Baron Vasper, yang berdiri di samping Kevin, tampak nyaris tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Wanita yang terkenal sulit ditemui di Paviliun Dracarys, kini berdiri dengan penuh hormat d

    Last Updated : 2025-04-23
  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   56. Menara Sekte Jubah Hitam

    Langit di atas Nagapolis mulai kehilangan warnanya, bukan karena awan kelabu yang menyapa, tapi karena sesuatu yang lebih mencekam. Hawa kelam perlahan menyelimuti cakrawala, seperti kabut pekat yang merayap diam-diam, menelan cahaya. Awan-awan yang semula menggantung di langit tampak tersibak—mundur seolah takut melewati jalur yang kini dilalui oleh satu sosok.Kevin Drakenis.Jejak langkahnya tak menimbulkan suara, namun kehadirannya mengusik atmosfer kota. Jalanan yang biasa dipenuhi dengungan aktivitas kini terasa sepi dalam hati, meski kendaraan masih berlalu-lalang, membelah kabut pagi yang menyelimuti kota. Aroma lembap dari embun yang belum mengering bercampur dengan bau tajam asap knalpot dan aspal panas. Namun semua itu tak menyentuh kesadaran Kevin. Dunia di sekitarnya terasa jauh, seakan ia melangkah di jalur terpisah—jalur miliknya sendiri.Wajahnya tanpa emosi, dingin, sekeras batu. Tapi di balik matanya yang gelap, ada nyala kecil. Bukan murka yang menggelegak, tapi teka

    Last Updated : 2025-04-23
  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   57. Mimpi Buruk Sekte Jubah Hitam

    Denting logam tua menggema panjang, mengguncang udara dengan getaran yang dalam dan mengancam. Lonceng kuno itu bergema dari pusat menara, menandai satu hal pasti—perang telah dimulai.Getaran menjalar ke tanah, menghantam hingga ke akar pepohonan yang mengelilingi kompleks. Udara mendadak menjadi berat, seolah setiap partikel di dalamnya dipaksa tunduk oleh tekanan spiritual yang mengamuk dari pusat pertahanan.Di atas markas, lapisan kabut gelap menggumpal, lalu meretih menjadi jaring energi berwarna hitam keunguan. Aura beracun memancar dari formasi itu, mendesis seperti bisikan ular di telinga, menciptakan ketegangan yang menusuk kulit dan membuat rambut berdiri.Namun sosok berpakaian jubah hitam itu tak bergeming. Kevin berjalan pelan, setiap langkahnya seolah menolak logika ketakutan yang dirasakan semua orang di sekitarnya. Kedua tangannya santai di balik punggung, sikapnya tenang seperti seorang penilai di ujung akhir dunia.Senyum tipis tersungging di sudut bibirnya—bukan eje

    Last Updated : 2025-04-23

Latest chapter

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   97. Api Ilahi

    “Ravena … dengarkan aku,” suara Kevin terdengar pelan, tapi ada kekuatan yang menggema di balik bisikannya. Setiap kata meluncur seperti doa yang menembus badai, menggetarkan udara yang dingin membatu. Tatapannya menancap pada gadis yang berdiri kaku di depannya, matanya yang dulu penuh cahaya kini hanya cermin gelap yang memantulkan kekuatan terkutuk. “Aku tahu kau masih ada di sana. Aku tidak datang untuk melawanmu—aku datang untuk membebaskanmu dari belenggu darah terkutuk itu.”Untuk sekejap, hanya desiran angin es yang menjawab. Tapi kemudian … AUMMM! Ravena mengaum, suara nyaringnya menggema seperti serigala salju meraung di tengah badai kutub. Napas putih menyembur dari bibirnya, dan lantai di bawahnya mulai memutih, tertutup es yang menjalar cepat, melingkar seperti ular glasial menuju kaki Kevin.Kevin mengerutkan kening, lalu BRAK! — dengan satu hentakan kaki, dia mengaktifkan Divine Flame Shield di sekeliling tubuhnya. Api ilahi menyala lembut di permukaan kulitnya, merah

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   96. Kekuatan Darah Iblis Es

    Langit di atas Nagapolis menyelubungi kota dengan kegelapan yang pekat, seakan menelan segala cahaya. Awan hitam berputar perlahan di atas, menyelimuti dunia di bawahnya dalam suasana suram yang aneh—seperti energi gelap yang meresap ke dalam langit, mengambil kekuatan dari sesuatu yang tak tampak oleh mata manusia. Suasana itu memberi kesan seolah dunia ini sedang berada di ujung kehancuran.Di dalam markas Paviliun Dracarys yang menjulang tinggi dan kokoh, sebuah aura mengerikan mulai membentuk. Ruang di salah satu kamar tamu terasa jauh lebih dingin dari biasanya, seperti es yang mengalir di udara. Gelombang energi beku menyebar, menghantam dinding-dinding dengan kekuatan luar biasa. Suhu di sekitarnya merosot dengan cepat—sungguh luar biasa—hingga es mulai menutupi permukaan dinding, membentuk lapisan tipis seperti kulit beku yang siap mencabik siapapun yang mendekat.Jendela-jendela mulai berembun, perlahan menghitam dan retak-retak, suara gemerisiknya bergetar dalam keheningan ma

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   95. Kebangkitan Darah Iblis Es

    Raungan mesin mewah memecah kesunyian malam yang mencekam. Lima mobil Bentley berwarna hitam legam berhenti dalam formasi rapi di halaman depan kediaman gubernur yang kini hanya menyisakan puing dan bau gosong. Kilatan lampu mobil menyinari tubuh Kevin dan Valkyrie yang masih berdiri di tengah reruntuhan, dikelilingi abu, debu, dan bayangan kematian.Dari pintu salah satu mobil, seorang wanita turun anggun namun penuh wibawa. Gaun merah menyala dengan belahan tinggi di kaki kanannya melambai diterpa angin malam, memperlihatkan betisnya yang jenjang dan langkahnya yang mantap. Rambut hitam panjangnya terurai rapi, dan sepatu hak tingginya mengetuk aspal dengan suara menggoda.Ia langsung menunduk dalam-dalam ke arah Kevin, dengan tangan di dada, menunjukkan sikap penuh hormat dan loyalitas.“Chief … apakah peti mati spiritual yang tadinya buat Gubernur juga akan kita bawa pulang?” tanyanya, suaranya lembut namun profesional. Wajahnya tenang, tapi matanya menyorot tajam seperti selalu si

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   94. Pelayan Baru

    Suara itu datang menggema dari kejauhan, bergema bagaikan petir yang merambat melalui udara meski jarak memisahkan mereka. “Kenapa kau tidak mengikutiku? Katanya mau jadi pelayanku?”Nada Kevin terdengar dingin namun tegas, seakan mengiris udara. Meski hanya berupa suara yang disalurkan melalui energi spiritual, setiap kata menyusup tajam ke telinga Valkyrie, mengguncang hatinya yang sempat tenggelam dalam keraguan.Valkyrie yang semula berdiri terpaku, mata birunya menatap kosong ke cakrawala, tiba-tiba mengerjap. Seketika wajahnya yang pucat karena kelelahan memerah, berseri-seri seperti bunga sakura yang mekar di pagi hari . Sebuah senyum kecil, pertama kali sejak pertemuan mereka, merekah di bibirnya.“Dia memanggilku …” bisiknya pelan, seakan meyakinkan dirinya sendiri. Dia sempat menyangka Kevin hanya akan menolongnya tanpa menginginkannya lebih jauh. Tapi kini—ada harapan.“Siap, Tuan Muda!” seru Valkyrie, suaranya lantang penuh semangat. Dengan gerakan cepat namun anggun, tang

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   93. Pil Elixir Jiwa

    Kevin perlahan memutar tubuhnya, derap langkahnya terhenti ketika matanya menangkap sosok yang tergeletak di balik kepulan debu. Valkyrie—Celestial Myrad yang baru saja ia kalahkan—terbaring di atas tanah yang retak, tubuhnya penuh luka, armor peraknya remuk, sayap-sayap cahayanya kini hanya kelap-kelip samar. Namun matanya… masih menyala. Masih menyimpan api yang belum padam.“Aku …” suara Valkyrie terdengar serak, tapi tegas, “aku akan menjadi pelayanmu … jika kau memulihkan kondisi tubuhku yang rusak.” Nada suara itu aneh—campuran kesombongan yang dipaksa tunduk, dan pengakuan kekalahan yang pahit.Kevin menyipitkan mata, bibirnya melengkung sinis. “Apa gunanya bagiku?” desisnya, suara rendahnya nyaris seperti geraman. “Baru beberapa saat lalu kau ingin membunuhku tanpa ampun. Dan sekarang? Kau ingin jadi pelayanku? Jangan bercanda.”Valkyrie menggigit bibirnya, darah emas menetes di dagu. “Aku hanya menjalankan perintah …” katanya, matanya menatap Kevin tanpa berkedip. “Tapi aku

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   92. Heaven's Wrath Seal

    “Cukup dengan kebohonganmu.” Suara Kevin terdengar pelan, nyaris tanpa emosi, seperti sebongkah es yang jatuh menghantam tanah, dingin dan datar. Matanya menatap kosong ke arah Adam Smith, yang kini hanya tinggal bayangan lelaki sombong yang dulu berdiri gagah sebagai Gubernur Xandaria. “Kau hanyalah makhluk rendahan …” lanjut Kevin pelan, kata-katanya menggantung tajam di udara, “yang tak berguna bagiku.”Ia menunduk perlahan, membiarkan helaan napasnya yang dingin menyapu telinga Adam yang pucat. “Kau akan mati bukan sebagai gubernur …” bisiknya, suaranya nyaris seperti suara angin yang berkesiur di sela reruntuhan. “Tapi sebagai pengkhianat … yang menjual nyawa demi kekuasaan murahan.”Tubuh Adam makin menggigil, giginya bergemeletuk tanpa kendali. Mata lebarnya memantulkan bayangan Kevin yang perlahan berdiri kembali, tegap, seolah menyerap semua kekuatan di sekitarnya. “Tidak … tidak …” gumam Adam pelan, hampir seperti doa kosong, air mata bercampur ingus mengalir di pipinya.

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   91. Siksaan

    “Aku tak butuh bantuanmu,” gumamnya datar, seolah ucapan itu hanya fakta, bukan ancaman.Adam mengerang pelan, air mata bercucuran, tubuhnya berkelojotan seperti ikan yang dilempar ke daratan. Matanya—mata yang dulu menatap rakyat Xandaria dengan penuh arogansi—kini hanya memantulkan ketakutan murni, ketakutan seorang manusia yang tahu ajalnya sudah menjemput. “Lalu … apa yang kau mau …?” bisiknya, suara itu seperti hela nafas terakhir, hampir tak terdengar, hanya serpihan suara di tengah kehancuran.Kevin menarik napas panjang, dadanya naik turun perlahan. Aura petir yang sedari tadi menggema liar di sekeliling tubuhnya perlahan mereda, satu demi satu kilatan padam, menyisakan hanya keheningan berat. Ia memejamkan mata sesaat, mendengar debar jantungnya sendiri, mendengar suara kenangan lama berbisik di kepalanya.Saat matanya terbuka kembali, hanya ada satu hal di sana: dingin, tak berperasaan. “Aku ingin kau mati,” bisiknya pelan, “dalam ketakutan … dan keputusasaan …” Ia mengang

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   90. Akhir Sang Gubernur

    Langkah kaki Kevin menghantam tanah yang retak dan hangus, setiap jejaknya menggemakan dentuman berat seperti palu menghajar bumi. Bau logam terbakar bercampur dengan aroma tanah basah menusuk hidungnya, sisa dari kawah pertempuran mautnya dengan Valkyrie yang masih mengepulkan asap tipis ke udara. Setiap embusan angin menggiring kepulan abu, menari-nari di antara reruntuhan dinding yang setengah runtuh. Namun mata Kevin tak goyah. Fokusnya terpaku pada satu sosok yang berlutut gemetar di ujung pandangannya.Adam Smith—dulu Gubernur Xandaria yang angkuh dan berkuasa—kini tampak seperti cangkang kosong, wajahnya pucat, rambut kusut, mata membelalak sembab. Tubuhnya menggigil, satu tangannya terangkat setengah, jari-jari gemetar seperti benang rapuh yang nyaris putus.“Tung-tunggu … Kevin…” suaranya pecah, parau, lebih mirip suara pria yang depresi daripada suara seorang pria yang pernah berdiri di puncak kekuasaan. “Kita … kita bisa bicara …!”Kevin berhenti, hanya satu langkah darinya.

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   89. Bukan Iblis

    Jeritan Valkyrie memecah malam, suara itu seperti lengkingan baja yang dipanaskan, menembus kabut dan debu. Aura perak membuncah dari tubuhnya, berputar liar, menciptakan pusaran cahaya yang menyilaukan. Dari balik kilau itu, muncul wujud ilusi seekor burung langit bersayap tujuh—makhluk legendaris yang hanya bisa dipanggil lewat teknik pamungkas, Lunar Phoenix Ascension. Sayap-sayapnya terbentang, tiap helai bulunya memancarkan cahaya perak yang menusuk gelap, memantulkan bayangan di reruntuhan yang mengelilingi mereka. Pedang Valkyrie, meski retak dan nyaris patah, memancarkan cahaya terakhirnya. “Moonlight Final Art : Silver Phoenix Reversal!” teriaknya, suara itu menggema, bercampur gaung magis yang membuat udara di sekitar bergetar.Di sisi lain, Kevin mencengkeram Pedang Dewa Ilahi lebih erat. Aura hitam-putih yang menyelubunginya semakin mengerucut, seperti tombak kilat yang siap menusuk langit. Mata Kevin, yang kini sepenuhnya bersinar putih, memantulkan kilatan dewa pembal

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status