Home / Fantasi / Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa / 583. Krisis di Paviliun Vasper – IV

Share

583. Krisis di Paviliun Vasper – IV

Author: Zhu Phi
last update Last Updated: 2025-09-14 10:48:15

Gerbang kayu hitam Paviliun Vasper bergetar semakin keras, setiap dentuman seperti palu baja menghantam dada penghuni yang tersisa. Kabut beracun di luar bergulung masuk melalui celah-celah, menciptakan bayangan menari di dinding.

Baron Vasper berdiri di depan pintu utama dengan tombak panjangnya, otot-otot lengannya menegang, mata penuh tekad meski tubuhnya dipenuhi luka. Di belakangnya, Clara membisikkan mantra dengan cepat, jarinya menari membentuk segel cahaya yang melingkar di lantai.

“Clara, jangan hentikan mantramu. Pertahanan itu satu-satunya hal yang bisa menjaga ibumu tetap hidup,” kata Baron tanpa menoleh.

Clara mengangguk, keringat menetes dari pelipisnya. “Aku mengerti, Ayah… tapi kau tidak bisa melawan mereka sendirian!”

Suara ejekan terdengar lagi dari luar, berat dan menusuk telinga.

“Hahaha… Paviliun Vasper dulu mengandalkan Paviliun Drakenis sehingga dihormati. Tapi lihatlah sekarang… hanya satu prajurit tua dan seorang gadis kecil yang tersisa. Menyedihkan.”

BRAK!

G
Zhu Phi

Bab pertama hari ini ... selamat berakhir pekan. Bab Utama : 1/7.

| Like
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   586. Krisis di Paviliun Vasper – VII

    Langit pagi di Nagapolis masih kelabu. Kabut tipis menggantung di atas jalan raya yang sepi, namun suara mesin Maybach hitam meraung halus menembus kesunyian itu. Mobil berkilau bagai raja jalanan, meluncur mulus dengan aura mencekam, seolah siapa pun yang melihat akan tahu kendaraan itu bukan milik orang biasa.Di balik kemudi, Lyron menatap lurus ke depan dengan ekspresi dingin. Setiap detail jalan dipantau tanpa lengah, tangan kirinya menggenggam kemudi, sementara tangan kanan selalu dekat dengan pistol yang tersembunyi di samping jok.Di kursi belakang, Kevin duduk tenang, sebatang rokok menyala di jarinya. Asap putih melingkar di udara, kontras dengan tatapannya yang dingin menusuk kaca jendela. Di sampingnya, Valkyrie bersandar dengan tubuh tegak, bersenjata lengkap meski wajahnya datar. Ravena, berbeda, terlihat gelisah...jemarinya terus bermain dengan liontin kecil yang tergantung di lehernya.Dari langit, bayangan besar menyelimuti mobil. KRAAAAK! KRAAAAK! Suara kepakan sayap

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   585. Krisis di Paviliun Vasper – VI

    Kevin mengangkat dagunya, melangkah maju dengan tenang. Api liar berpendar di matanya. “Kalau begitu,” suaranya rendah namun memotong udara seperti bilah, “biar aku sendiri yang menutup mulutmu. Dasar sampah masyarakat. Tidak berguna sama sekali kau dibiarkan hidup!”Tanah bergetar saat aura Kevin bangkit. Energi emas kehitaman menyembur dari tubuhnya, membelah aspal di bawah kaki. Retakan menyebar cepat memanjang sepanjang jalanan Nagapolis, membuat orang-orang sekitar yang sibuk merekam segera lari ketakutan.Setelah merasakan suasana man terkendali, warga kota kembali merekam pertarungan yang dilakukan oleh Kevin, Valkyrie, Ravena, dan Lyron terhadap pembunuh bayaran bertopeng.Kevin menggerakkan tangannya. Dari ketiadaan, sebuah pedang muncul, tergenggam erat di telapak tangannya seolah memang sejak awal menanti momen ini. Bilahnya berkilau tajam, dilapisi energi petir putih yang menyambar-nyambar di udara.Salah satu penyerang yang masih tersisa sempat berteriak kaget, “K-Kapan i

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   584. Krisis di Paviliun Vasper – V

    Kabut pagi yang menggantung di sisi barat Nagapolis pecah berantakan ketika bentrokan energi spiritual meledak di udara ... mengguncang kota yang biasanya sudah sibuk di pagi hari.BRAAANG!!Suara ledakan pertama menggetarkan kaca gedung-gedung di sekitar. Valkyrie sudah melesat ke depan, pedang Arash-no-Hime berkilat biru, memotong udara dengan kilatan petir. Dua musuh yang mencoba menghadang langsung terbelah, darah mereka memercik hangat di aspal dingin.Valkyrie tanpa ampun membantai setiap musuh yang mencoba mencelakai Kevin maupun sahabatnya. Tidak ada lagi belas kasihan. Semua ia pelajari dari Kevin Drakenis. Membiarkan musuh lolos dari kematian hanya akan menimbulkan masalah di kemudian hari. Lebih baik dihabisi sekarang agar semua masalah selesai.“Ravena!” teriaknya.Ravena mengangkat kedua tangannya, udara seketika membeku. Puluhan serpihan es tajam melayang seperti bintang-bintang maut, lalu menghujani musuh dari segala arah dengan kencangnya. Jeritan menggema ketika kulit

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   583. Krisis di Paviliun Vasper – IV

    Gerbang kayu hitam Paviliun Vasper bergetar semakin keras, setiap dentuman seperti palu baja menghantam dada penghuni yang tersisa. Kabut beracun di luar bergulung masuk melalui celah-celah, menciptakan bayangan menari di dinding.Baron Vasper berdiri di depan pintu utama dengan tombak panjangnya, otot-otot lengannya menegang, mata penuh tekad meski tubuhnya dipenuhi luka. Di belakangnya, Clara membisikkan mantra dengan cepat, jarinya menari membentuk segel cahaya yang melingkar di lantai.“Clara, jangan hentikan mantramu. Pertahanan itu satu-satunya hal yang bisa menjaga ibumu tetap hidup,” kata Baron tanpa menoleh.Clara mengangguk, keringat menetes dari pelipisnya. “Aku mengerti, Ayah… tapi kau tidak bisa melawan mereka sendirian!”Suara ejekan terdengar lagi dari luar, berat dan menusuk telinga.“Hahaha… Paviliun Vasper dulu mengandalkan Paviliun Drakenis sehingga dihormati. Tapi lihatlah sekarang… hanya satu prajurit tua dan seorang gadis kecil yang tersisa. Menyedihkan.”BRAK!G

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   582. Krisis di Paviliun Vasper - III

    Udara pagi di sekitar Paviliun Vasper bukanlah kesejukan yang biasa dirasakan para penghuni. Kabut tipis menutupi halaman, namun bukan kabut alami—melainkan sisa dari kabut spiritual yang beracun, menyelinap ke dalam setiap celah bangunan, menempel di dinding, dan meresap ke udara yang dihirup.Di ruang utama, Clara Vasper berdiri kaku dengan wajah pucat. Rambutnya tergerai acak, pakaian putihnya ternodai darah tipis di lengan. Tangannya gemetar saat ia merapalkan mantra pelindung di sekitar tubuh ibunya, Amanda Vasper, yang masih terbaring lemah di dipan kayu.“Clara… jangan sia-siakan tenagamu. Mereka akan kembali. Kita tidak bisa selamanya bertahan dengan penghalang rapuh ini,” bisik Amanda dengan suara parau, matanya yang penuh keletihan menatap putrinya.Clara menggigit bibirnya, berusaha keras menahan air mata. “Tidak, Ibu. Aku tidak akan membiarkan mereka menyentuhmu. Tidak sekarang, tidak selamanya.”Di sisi lain ruangan, Baron Vasper, ayah Clara, berdiri dengan tubuh tegap me

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   581. Krisis di Paviliun Vasper - II

    Mesin mobil hitam yang dikendarai Lyron meraung pelan, memecah kesunyian jalan-jalan Nagapolis yang biasanya riuh. Pagi itu muram—kabut tipis menutup pandangan, membuat gedung-gedung pencakar langit di kejauhan seakan hanyalah siluet kabur. Lampu jalan masih menyala pucat, seolah ikut menambah aura tak wajar di kota yang biasanya penuh hiruk-pikuk.Di kursi belakang, Kevin duduk dengan sikap santai yang palsu. Rokok menyala di antara jarinya, asap tipis berputar dan memudar di udara. Tatapannya kosong menembus jendela, tapi di balik mata itu, api yang liar dan keras kepala terus menyala.Di sampingnya, Ravena gelisah. Jari-jarinya tak berhenti meremas ujung rok hitamnya, lututnya bergerak naik-turun tanpa sadar. Nafasnya sedikit terburu, dan matanya terus melirik keluar kaca dengan cemas.Di kursi depan, Valkyrie duduk dengan postur tegak. Tangannya dekat sekali dengan gagang pedang yang terikat di pinggangnya, seolah hanya menunggu satu detik untuk mencabutnya. Sorot matanya tajam, l

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status