Bab Bonus Author : 1/1 Selesai Bonus dari Othor karena telat update hari ini ... :)
Langit di atas Pulau Neraka kembali berubah, namun kali ini bukan karena badai atau racun. Bukan pula karena Kevin atau Valkyrie.Bukan pula karena kehendak langit.Tapi oleh sesuatu yang lebih dalam. Lebih sunyi. Lebih kuno dari segala rasa takut.Tanah yang baru saja disucikan oleh badai api surgawi berubah warna. Dari kelam menjadi... putih pucat. Seolah tanah terlarang sendiri kehilangan darahnya. Seolah roh-roh yang bersemayam dalam kerak Pulau Neraka memilih untuk... diam.Udara mulai mengalir dengan cara yang ganjil—tidak membawa suara, tidak membawa aroma—hanya tekanan yang menusuk telinga, seperti dunia sedang menahan napas.Di tengah sunyi yang ganjil itu, Kevin menurunkan bahunya perlahan. Pundaknya penuh luka dan debu perang, tapi matanya tetap tenang. Energinya mulai pulih berkat pil spiritual dan eliksir yang ditelannya tadi setelah menghabisi Lima Naga Iblis.Ia mengeluarkan sebatang rokok spiritual dari saku jubah tempurnya—sebuah rokok tipis berlapis energi pelindung,
Pulau Neraka telah kehilangan bentuknya yang lama. Ia bukan lagi tanah, melainkan ampas kehancuran yang membusuk di bawah langit yang robek. Gunung-gunung telah luluh, sungai-sungai menjadi lahar, dan pepohonan… tidak ada yang tersisa, kecuali patahan ranting kering yang menjalar seperti tulang jemari raksasa yang mati. Suara dunia telah digantikan oleh deru badai, ledakan elemen, dan jeritan roh-roh tak bernama yang masih terjebak dalam pusaran karma.Di tengah semua itu, udara sendiri menjadi musuh.Tercekik oleh aroma darah, terhimpit oleh gelombang energi spiritual yang mengamuk liar, dan ditusuk oleh racun halus yang menari di setiap embusan angin.Dari sisi utara medan, sosok itu muncul dari balik kabut hijau pekat—Viridion Skarn.Iblis naga racun itu berdiri seperti patung kematian yang terbuat dari kerak bumi dan kehendak busuk. Sisiknya kelabu kehijauan, seperti tembaga berkarat yang hidup. Nafasnya tidak menimbulkan suara, namun setiap hembusannya mengubah rerumputan mati men
Tanah Pulau Neraka masih mengepulkan asap dari ribuan bilah es spiritual yang menghujani beberapa detik sebelumnya. Permukaan yang semula keras dan angkuh kini meleleh seperti lilin yang disiram neraka. Jejak kaki Kevin jatuh keras di atasnya—sebuah hentakan yang menggema jauh ke dalam perut bumi.KRAAKK!!Retakan menyebar dari bawah tumitnya, membentuk pola menyerupai guratan petir yang mengalirkan cahaya jingga membara. Dari celah-celahnya, suara geraman samar terdengar—seolah bumi sendiri sedang mengaduh atas penderitaan abadi yang ditumpuk di atas pulau terkutuk ini.Kevin berdiri tegak di tengah semua kekacauan itu. Dadanya naik turun. Napasnya—berat, berapi, seperti hembusan naga yang baru bangun dari tidur ribuan tahun. Keringat bercampur darah mengalir di pelipisnya, tapi matanya menyala. Fokus. Tidak tergoyahkan.Lalu—WHRUUMMM—!!!Dalam satu gerakan cepat, Pedang Dewa Ilahi berputar di tangannya. Gerakannya tampak seperti pusaran cahaya yang memotong langit itu sendiri. Dari
Langit—yang sebelumnya hanya berisi gumpalan awan hitam dan bara merah membara—mendadak diam. Terlalu diam. Bahkan raungan api, dentingan senjata, dan suara jiwa-jiwa terkutuk yang merintih pun seperti kehilangan haknya untuk berbicara.Udara membeku. Secercah hembusan dingin menjalar perlahan, seperti jari-jari es yang menyentuh tengkuk, merayap naik ke ubun-ubun dan membuat siapapun merinding bukan karena takut, tapi karena alam seperti berhenti bernafas.Kevin melompat.Tidak hanya tinggi—ia seolah menembus batas angkasa, menjulang di tengah kegelapan merah seperti bintang hitam yang hendak jatuh ke dunia. Jubahnya berkibar liar, namun tak ada suara. Ia bukan lagi hanya manusia. Ia adalah pusat dari sebuah kehendak surgawi yang telah membuang belas kasihan.Tangan kirinya terangkat ke langit.WHUUMMM…Aura biru pucat yang dingin dan murni mengalir dari seluruh tubuhnya, menciptakan pusaran cahaya dingin di langit yang retak. Awan-awan mendesis seperti dibelah dari dalam, lalu berput
Tanah Pulau Neraka telah menjadi medan luka—retak, melepuh, dan menghitam seolah setiap jengkalnya menjerit karena amukan kekuatan yang melampaui dunia fana. Bau hangus bercampur belerang memenuhi udara, menyesakkan dada dan menusuk rongga hidung. Di atasnya, langit bukan lagi langit, melainkan tabir neraka yang membentang dengan warna merah darah dan hitam kelam, berputar seperti pusaran murka para dewa kuno.Kevin Drakenis berdiri di tengahnya, tubuhnya seperti menantang langit dan bumi. Napasnya tenang, tapi dunia di sekelilingnya gemetar. Api keemasan, kilatan petir putih, dan bayangan darah berdenyut-debar menyatu dalam pusaran energi yang mengguncang alam. Dari kakinya, tanah terkelupas, retakan menyebar seperti akar petaka, menjalar ke segala arah.Di sisi kirinya, Valkyrie berdiri dengan pedang surgawi Zenrei masih berkilau—meski terbalut luka dan kelelahan, auranya tetap bersinar. Dari tubuhnya memancar partikel cahaya yang membentuk pola seperti sayap surgawi yang nyaris tran
BOOOM!Umbryx menghantam batu keras, menciptakan cekungan raksasa. Tapi meski tubuhnya tampak hancur, bayangan tetap bergeliat di sekitarnya, seperti roh penasaran yang tak rela mati.“Belum... selesai…” geramnya.Sementara itu, Viridion muncul kembali, menyeringai dari balik kabut hijau yang ia pancarkan.“Sekarang... waktunya kita berdansa, pewaris naga…”Kevin menatap ke kiri dan kanan. Valkyrie masih terlibat duel sengit dengan Frostbane. Umbryx bangkit lagi dengan tubuh separuh bayangan. Dan Viridion... kini perlahan menyebarkan racun spiritual ke tanah dan udara.“Tiga lawan dua, ya?” gumam Kevin, menyeringai. “Aku suka tantangan.”Aura surgawi di tubuhnya kini bersinar lebih terang. Pedang dan pistolnya membentuk formasi silang, dan dari dalam jiwanya, suara naga kuno meraung keras—menuntut pembebasan.Langit Pulau Neraka seolah telah mengerti: medan ini bukan lagi sekadar tanah terkutuk, melainkan panggung perang antara kehendak langit dan kutukan purba. Di tengah kekacauan aur