Bab Utama : 2/2 Selesai Author akan berikan satu Bab Extra Author malam ini ...
Kabut debu belum sepenuhnya mengendap saat Kevin melangkah pelan dari kawah yang baru terbentuk. Udara terasa mengalir berat—seolah seluruh elemen alam belum pulih dari amukan naga petir yang baru saja dilepaskannya. Sisa-sisa energi listrik masih berdenyut di udara, menyambar acak ke tanah dan bebatuan dengan letupan kecil.Petir surgawi telah padam, tapi keheningan yang menyusul justru lebih mengerikan.Jubah Kevin compang-camping di beberapa bagian, terbakar oleh percikan qi miliknya sendiri. Darah mengalir dari luka di bahunya, menetes pelan, bercampur dengan debu yang menggumpal menjadi lumpur pekat berwarna tembaga. Tapi matanya tetap tenang—tajam, gelap, tak terguncang.“Mereka… takkan kembali.”Suara Kevin lirih, nyaris seperti gumaman, namun menggema dalam sepi. Ia menatap dua titik hitam gosong di tanah, tempat di mana Varkas dan Sherna lenyap dari dunia ini.Dari atas burung raksasa Kurozan, sosok berbayang perak melompat turun dengan indahnya bagaikan sedang terbang. Celes
Pertarungan DimulaiSRAAAAAK!!!Udara pecah oleh kilatan terang saat Kevin melesat ke depan, meninggalkan jejak petir menyala-nyala di sepanjang tanah spiritual yang menghitam. Setiap langkahnya seperti merobek dimensi, membakar udara dengan ion listrik yang menggila.Di tangannya, Pedang Naga Petir bersinar liar—dan secepat kilat, ia meluncurkan jurus Thunder Flash Spiral.SRAAAMMM!!!Pusaran cahaya petir berputar membentuk spiral raksasa, menari seperti ular langit yang hendak melahap segalanya. Angin meledak, tanah meledak, dan pusaran itu menghantam langsung ke arah Sherna, sang wanita cambuk maut.Namun Sherna tak gentar. Tubuhnya melengkung seperti ranting willow di tengah badai, meliuk cekatan, dan cambuk petirnya melingkar di udara. Ujungnya mencambuk langsung ke pusat spiral petir itu—menjerat, lalu menyerap sebagian energinya.“Terlalu lambat,” bisik Sherna, senyum licik menghiasi wajahnya.CZZZZAAAK!!!Dalam sekejap, cambuk itu menghantam bahu Kevin. Tapi bukan sekadar puku
Dua kilat merah melesat seperti tombak iblis dari langit, menghantam tanah spiritual di depan Kevin dengan dentuman dahsyat.DUUUARRRR!!!Tanah bergetar, retak dalam pola bercahaya, dan Hellrider Chopper mengerem mendadak—ban spiritualnya menciptakan percikan api qi merah yang melingkar di sekitar roda. Aroma ozon dan debu terbakar menyengat hidung. Angin panas menyapu wajah Kevin, menyibakkan rambutnya yang hitam panjang saat ia menoleh perlahan ke depan.Kabut asap yang menggulung terbuka oleh tekanan qi…Dua sosok mengerikan berdiri di tengah-tengah pusaran api spiritual.Varkas dan Sherna. Dua nama yang mewakili teror. Dua dari sisa Tujuh Petir Iblis, tangan kanan dan kiri Grand Elder Tyraz dari Sekte Petir Langit. Aura mereka menggetarkan ruang seolah alam enggan menampung mereka terlalu lama.Varkas berdiri seperti gunung yang marah—tubuh raksasanya dipenuhi sisik baja petir berwarna hitam keperakan. Setiap napasnya menghasilkan percikan kilat, dan matanya bersinar biru terang,
Langit malam kembali menggulung pekat di atas hamparan sunyi Tanah Terlarang Dewa dan Iblis. Bukan sekadar gelap karena malam biasa, bukan pula karena badai qi atau kabut spiritual yang sering merayap seperti ular di celah-celah gunung terlarang—melainkan karena sebuah keputusan telah dibuat.Sebuah keputusan yang mengguncang semesta: Kevin Drakenis telah memilih jalan kehancuran.“Tak akan ada satu pun sekte yang pernah menyakitiku dibiarkan bernapas,” gumamnya pelan, suaranya nyaris tenggelam dalam desir angin malam yang dingin dan menusuk.Di belakangnya, tanah masih menghitam oleh sisa kehancuran. Sekte Surya Hitam telah diluluhlantakkan hingga akar. Zherana, wanita yang pernah menjadi ancaman besar dari Sekte Angin Neraka, telah gugur. Dan altar di Pulau Neraka—tempat kelahiran berbagai kekuatan gelap—telah runtuh dan menjadi puing sejarah.Namun dunia belum tenang.Masih ada dua kekuatan besar yang mencengkram dunia kultivasi dalam bayangan:Sekte Angin Neraka, misterius dan lic
Di lereng altar yang retak dan dipenuhi bau besi darah, Kevin berdiri di antara delapan cultivator inti Sekte Angin Neraka. Aura mereka menyatu, membentuk pusaran energi iblis yang membuat udara bergetar—namun Kevin tetap diam. Tidak ada keraguan di sorot matanya. Hanya kesunyian dingin dari seseorang yang telah menyeberangi batas manusia.Jubah hitamnya berkibar pelan di bawah hembusan angin qi. Di tangannya, King of Darkness berdenyut pelan, seolah hidup dan lapar. Ujung pedangnya tidak sekadar menggores udara, melainkan menyedot cahaya, menciptakan bekas kelam yang membekas di realitas itu sendiri.Salah satu musuhnya, seorang cultivator bertopeng perak, mengangkat tangannya dan berseru, “Formasi Penyegel Naga! Aktifkan sekarang!”Tapi Kevin sudah bergerak.WUUUSHH!!Pedangnya melintas—tidak hanya memotong udara, tetapi mengiris dimensi. Sebuah kilatan hitam menyapu langit, dan...BOOOMMMM!!!Setengah bukit di belakang mereka meledak. Batuan raksasa terangkat lalu hancur seperti kac
Langkah Celestine terdengar jelas meski tanah retak di bawahnya terus menggeram seolah menolak kehadirannya. Sepatu peraknya menginjak puing-puing altar yang mulai runtuh. Aura langit berkumpul di sekitarnya, meliuk seperti angin surgawi yang marah. Di matanya, tak hanya ada amarah, tapi juga keteguhan—teguh seperti kilat yang tahu tepat di mana ia akan menyambar.Ia menunjuk altar pemanggilan iblis yang berdenyut merah seperti luka yang belum sembuh. Di balik kabut qi gelap yang menggantung tebal di udara, sosok seorang gadis tampak mengambang dalam kapsul kristal iblis. Rantai qi hitam membelit tubuhnya seperti ular lapar. Meskipun matanya tertutup, auranya yang murni memancar, seakan berteriak meminta pertolongan dalam kesunyian.“Kau mencuri jiwa-jiwa suci dari Gerbang Barat, Zherana,” suara Celestine terdengar tajam, membelah udara seperti bilah petir. “Kau ubah mereka menjadi roh pendendam... budak kebencian. Dan sekarang... bahkan jiwa murni itu kau ikat di altar neraka ini?”Zh