Share

Penemuan Warisan.

Author: Jimmy Chuu
last update Last Updated: 2025-02-05 15:50:31

Rong Tian terjatuh ke atas gundukan tebal pasir yang terhampar di dasar jurang, Abyss of Suffering.

Kejadian ini merupakan sebuah keberuntungan yang tak terduga, karena tumpukan pasir itu berhasil menyelamatkannya dari maut, atau setidaknya dari patah tulang yang fatal.

Namun, rasa sakit yang tajam di perutnya segera mengingatkannya bahwa ia masih terperangkap dalam penderitaan yang tiada henti.

Dengan tubuh yang dipenuhi luka, ia merangkak lemah, berusaha mengumpulkan sisa-sisa kekuatannya.

Di sekelilingnya, puluhan pasang mata berkilauan memantulkan sinar yang tidak wajar, mengelilinginya seperti bayang-bayang yang tak terhindarkan, siap menerkam.

“Serigala…” desahnya pelan dalam hati, perasaan putus asa mulai menyelimuti pikirannya. “Riwayatku habis sudah…”

Dalam keputusasaan yang mencekam, Rong Tian meraih sesuatu yang ada di dekatnya. Namun, yang ia sentuh hanyalah pasir, kasar dan tak berarti.

Ia merasakan kekosongan yang mendalam, kehampaan yang membuatnya semakin terperosok dalam keputusasaan yang menyakitkan.

“Pergi! Pergi!” desisnya, suaranya nyaris tak terdengar, teredam oleh keheningan malam yang menakutkan.

Tanpa disadari, di antara jari-jari tangannya yang tergeletak di pasir, ada sebuah kalung yang terjuntai—seuntai kalung dengan bandul giok hitam yang tampak aneh, namun memancarkan aura yang tak dapat dijelaskan.

Tiba-tiba, di tengah keheningan yang menyeramkan, suara geraman serigala berhenti.

Mata-mata yang berkilau itu, yang sebelumnya tampak penuh dengan kelaparan dan keserakahan, terhenti. Mereka menatap kalung yang ada di tangan Rong Tian dengan rasa takut yang tidak bisa disembunyikan.

“Maju kalau berani…” kata Rong Tian, suaranya hampir menggema, penuh percaya diri, meskipun ia tidak menyadari bahwa keberanian itu bukan datang dari dirinya, melainkan dari aura mengerikan yang terpancar dari bandul giok hitam itu.

Seketika, dengan suara lolongan yang semakin menjauh, satu per satu mata-mata itu lenyap dalam gelapnya malam. Keheningan pun merayap kembali, menyisakan Rong Tian sendirian di atas gundukan pasir yang tebal.

“Langit masih menolongku. Aku belum mati hari ini…” bisiknya, dengan suara lemah namun penuh keheranan, seakan berbicara kepada diri sendiri, bahkan ketika tubuhnya jatuh kembali ke pasir yang lembut.

Namun, rasa sakit di perutnya kembali menyusul, membuatnya mengangkat tangan dan tanpa sengaja memukul area luka di tubuhnya, akibat perusakan paksa inti mutiara energinya oleh kelompok berbaju hitam.

Tiba-tiba...

“Benda apa ini?” pikir Rong Tian, matanya terfokus pada kalung yang masih tergenggam di tangannya. Bandul giok hitam itu terasa semakin berat, seolah menyembunyikan sesuatu yang tak terduga.

“Kalung giok hitam?” gumamnya, tatapannya terpesona. Ia terdiam sejenak, seolah melupakan rasa sakitnya. Sesuatu tentang bandul ini menarik perhatian, seperti ada sesuatu yang memanggilnya.

"Apakah serigala-serigala itu lari karena melihat kalung ini?" pikirnya dalam kebingungan. Setelah merenung sejenak, ia mulai menyadari bahwa benda ini mungkin memiliki kekuatan yang tak terduga.

Dengan hati-hati, Rong Tian memeriksa lebih seksama kalung giok hitam itu.

Di bawah sinar rembulan yang redup, ia bisa melihat dengan jelas ukiran lima kelelawar yang mengelilingi bandul itu.

Setiap detail pada ukiran itu dibuat dengan sempurna, hingga lima kelelawar itu tampak seperti terbang mengitari awan yang terbentuk di sekitar bandul. Sosok-sosok itu tampak hidup, bergerak dengan kehidupan yang tak kasatmata.

“Aku menemukannya di antara tumpukan pasir ini… Apa mungkin ada harta lain yang tersembunyi di bawah sini?” pikir Rong Tian, matanya berbinar.

Meskipun ia merasa lemah, ada secercah harapan yang muncul di dalam dirinya, harapan akan harta spiritual yang dapat membawanya kembali ke jalur abadi.

Jika benar, dan benda ini memiliki kekuatan luar biasa, ia akan membalas dendam. Dalam bayangannya, keempat pria berbaju hitam itu harus merasakan penderitaan yang jauh lebih buruk daripada yang telah mereka berikan.

“Mereka harus tahu betapa sakitnya saat mutiara energi yang dihancurkan di tubuh ini kembali dengan kekuatan yang lebih besar!” pikir Rong Tian sambil mengertakkan gigi.

Beruntung, Rong Tian masih menyimpan kantong penyimpanan tersembunyi di balik baju sastrawannya yang besar dan longgar.

Kantong itu, meski sederhana, cukup mampu menyimpan berbagai barang yang diperlukan—termasuk makanan. Di dalamnya, tersembunyi beberapa ubi rebus yang disiapkan oleh ayahnya.

Sebagai anak kusir kereta yang hidup dalam keterbatasan, ia tidak dibekali uang saat mengikuti ujian negara untuk menjadi pejabat. Semua yang dimilikinya adalah apa yang ayahnya siapkan.

“Bawalah ubi rebus ini, cukup untuk mengenyangkan perutmu selama ujian negara, dari pagi hingga malam!” kata ayahnya, dengan nada penuh perhatian dan kasih sayang.

Saat itu, Rong Tian hanya bisa menerima dengan penuh rasa terima kasih, meskipun tahu bahwa hidup mereka jauh dari cukup.

Kini, di tengah situasi yang jauh lebih mengerikan, ubi rebus itu kembali menyelamatkannya. Setelah beristirahat sejenak, ia menyantap ubi tersebut, merasakan kehangatan yang sedikit mengalir ke dalam tubuhnya yang lelah.

Setelah perutnya kenyang, perlahan rasa sakit yang menggerogoti tubuhnya mulai memudar.

"Aku masih bisa bertahan. Aku bisa menggali pasir ini. Semoga dugaanku tidak salah," pikirnya dalam hati, sebuah harapan yang kembali menyala meski di tengah keputusasaan.

Sebagai seorang pelajar yang mendalami sastra, budaya, dan seni, Rong Tian tahu sedikit tentang dunia kultivasi.

Pengetahuannya tentang energi dalam tubuh sangat terbatas, namun ia memahami satu hal dengan jelas: untuk berkultivasi, dibutuhkan inti mutiara yang dapat menghimpun energi di dalam dantian.

Inti mutiara miliknya telah dihancurkan, dan seharusnya itu berarti ia tak akan bisa melanjutkan jalan kultivasinya.

Namun, meski diselimuti rasa sakit dan keraguan, pikiran itu tak mampu memadamkan semangatnya.

Rong Tian teringat tentang kultivator tingkat tinggi yang memiliki teknik rahasia untuk memulihkan inti mutiara yang rusak. "Jika mereka bisa melakukannya, mungkin aku juga bisa," pikirnya, semangatnya terbangun kembali.

“Aku tak akan menyerah begitu saja!” tekadnya, terus menggali dengan tangan.

Matahari mulai muncul di cakrawala Timur, menyinari gurun dengan cahaya kemerahan. Rong Tian telah menggali pasir semalaman, tangannya terasa kebas dan jari-jarinya penuh darah. Namun, ia tidak berhenti.

Setiap kerukan tanah adalah kesempatan terakhir untuk kembali ke dunia atas dan membalas dendam pada mereka yang telah merusaknya.

Akhirnya, setelah sekian lama menggali, tangannya menyentuh sebuah benda keras di kedalaman dua meter.

“Peti kayu? Kayu harum?” pikirnya, kebingungannya terbalut rasa lelah yang luar biasa. “Apakah aku begitu beruntung, menemukan warisan dari pemilik kalung giok berukir lima kelelawar hitam?”

Di tengah rasa sakit yang mendera tubuhnya, ia berhasil menarik peti kayu itu ke permukaan. Di bawah sinar matahari pagi yang semakin terang, Rong Tian menatap peti itu.

Ukurannya sekitar satu meter, berbau harum yang samar-samar tercium meski terbungkus pasir dan debu. Aura misterius dan menakutkan memancar dari permukaannya, membuat Rong Tian terdiam sejenak.

Tangan yang gemetar dan penuh darah itu menyapu permukaan peti, merasakan keanehan dan kekuatan yang tersembunyi di baliknya.

Dengan hati-hati, ia bersiap untuk membuka peti itu, berdoa dalam hati agar harapannya tidak sia-sia.

Bersambung

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pewaris Kultivasi Iblis, Raja Kelelawar Hitam   Kebangkitan di Hundun Yaosai

    Putih. Segala sesuatu berwarna putih menyilaukan yang membuat mata perih ketika pertama kali terbuka. Tidak ada suara, tidak ada wangi, tidak ada rasa apa pun kecuali kekosongan yang menyeluruh. Seperti berada di dalam pangkuan alam semesta sebelum segala sesuatu tercipta. Perlahan, mata yang tadinya tidak bisa melihat apa-apa mulai menyesuaikan diri dengan cahaya putih yang lembut. Bentuk-bentuk samar mulai muncul dari keputihan itu, berubah menjadi kontur yang familiar namun berbeda dari yang terakhir kali dilihat. Rong Tian terbangun dengan napas terengah-engah, dadanya naik turun cepat seolah baru saja berlari jarak jauh. Matanya berkedip beberapa kali, berusaha memfokuskan pandangan pada lingkungan di sekitarnya. Yang pertama ia rasakan adalah udara yang bersih dan segar, sangat berbeda dari bau darah dan kematian yang menjadi hal terakhir yang ia ingat. Ia duduk perlahan, merasakan tanah yang lembut di bawahnya. Bukan tanah kering yang dipenuhi tulang, tetapi rumput hijau ya

  • Pewaris Kultivasi Iblis, Raja Kelelawar Hitam   Perpisahan Terakhir Sang Imam

    Angin malam berdesir dengan suara yang menyayat jiwa di Padang Jiwa Terkoyak yang kini sunyi seperti kuburan raksasa. Bulan sabit menggantung tipis di langit kelam, cahayanya redup seolah enggan menyinari tragedi yang telah terjadi.Udara dipenuhi dengan bau darah yang mengering, tercampur dengan wangi bunga kematian yang tumbuh di antara tulang-tulang berserakan.Langkah kaki tua dan berat bergema perlahan di antara mayat-mayat yang bergelimpangan.Imam Zhang Wuji berjalan dengan jubah Tao putihnya yang ternoda debu dan darah, matanya yang bijaksana kini dipenuhi kesedihan mendalam. Setiap langkahnya meninggalkan jejak cahaya putih samar, qi spiritual yang murni berusaha memurnikan tanah yang telah dikotori oleh begitu banyak kematian.Di tengah kawah yang dalam, sosok yang pernah dikenalnya sebagai murid yang penuh potensi kini berdiri membeku dalam keheningan abadi.Rong Tian masih dalam posisi tegak, seolah bahkan dalam kematian ia tidak mau menyerah kepada nasib. Jubah hitam yang

  • Pewaris Kultivasi Iblis, Raja Kelelawar Hitam   Imam Zhang Yang Terlambat.

    Sementara itu, di langit di atas Kota Heifeng, Tian Yuxiao berdiri di atas phoenix putihnya sambil mengamati kehancuran di bawah. Ia bersiap mengumumkan kemenangan final aliran putih ketika tiba-tiba langit mulai berubah aneh.Awan-awan tebal berwarna hitam keunguan mulai berkumpul dengan cepat, berputar membentuk pusaran raksasa yang menakutkan.Angin bertiup kencang dari segala arah, membawa serta bau belerang dan sesuatu yang membusuk."Apa yang terjadi?" gumam Tian Yuxiao sambil menatap ke atas dengan wajah khawatir.Tiba-tiba langit seolah terkoyak seperti kain yang disobek. Dari retakan itu muncul cahaya perak yang menyilaukan, diikuti oleh sosok yang turun perlahan dari ketinggian.Sosok itu mengenakan jubah perak yang berkilau seperti logam cair, wajahnya tersembunyi di balik kabut putih yang berputar-putar.Ketika sosok berjubah perak itu mendarat di udara lima puluh meter di atas kota, tawa mengerikan bergema ke seluruh Kota Heifeng. Suara tawa itu dingin dan mengejek, membu

  • Pewaris Kultivasi Iblis, Raja Kelelawar Hitam   Kehancuran Kota Heifeng.

    Ketika debu mulai mengendap, sosok Rong Tian terlihat terbaring tidak bergerak di tengah kawah. Jubah hitamnya compang-camping, topeng giok di wajahnya retak di beberapa bagian, namun seruling iblis masih tergenggam erat di tangan kanannya.Mata keemasannya yang biasanya berkilat kini redup dan kosong."Tuan Muda!" teriak Mo Qianmian dari Sekte Baibian Men sambil berlari mendekat. "Tidak mungkin... Tuan Muda tidak mungkin..."Hun Tunshi yang masih terluka parah merangkak dengan susah payah menuju kawah. "Raja... Kelelawar Hitam... tidak boleh... mati..."Xu Ying Ming dari Sekte Teratai Bulan Perak jatuh berlutut sambil memukul tanah dengan tangan yang gemetar."Tanpa Tuan Muda, kami semua akan musnah!"++++Kematian Rong Tian menciptakan gelombang keputusasaan yang menghancurkan moral seluruh pasukan aliran iblis. Mereka yang tadinya berjuang dengan semangat membara kini berdiri terpaku, menatap sosok pemimpin mereka yang terbaring kaku di tengah kawah dengan mata kosong yang menatap

  • Pewaris Kultivasi Iblis, Raja Kelelawar Hitam   Pertempuran Terakhir.

    Langit di atas Benua Qitu Dalu berubah menjadi kanvas kiamat ketika dua sosok legendaris meluncur menembus awan dengan kecepatan yang mencabik udara.Rong Tian, dalam wujud Raja Kelelawar Hitam, terbang dengan naga es Azure yang sudah terluka parah, sementara Tian Yuxiao dari Sekte Tianjian Ge mengejarnya dengan phoenix putih yang sayapnya berkilau seperti pedang cahaya.Pertarungan dimulai di atas Padang Jiwa Terkoyak, namun kini telah menyeret mereka melintasi seluruh benua.Dari utara yang bersalju hingga selatan yang tropis, dari gurun pasir barat hingga pegunungan timur, jejak kehancuran mereka tercipta di langit seperti luka terbuka yang mengeluarkan darah merah pekat."Daxia tidak akan bisa melarikan diri!" teriak Tian Yuxiao sambil mengayunkan pedang cahaya sucinya. "Pedang Cahaya Surgawi, Kilat Pemurnian Jiwa!"Puluhan kilatan cahaya putih kebiruan meluncur dari pedangnya, memotong udara dengan suara mendesis seperti ular raksasa. Setiap kilatan meninggalkan jejak panas yang

  • Pewaris Kultivasi Iblis, Raja Kelelawar Hitam   Tragedi di Medan Pembantaian

    Padang Jiwa Terkoyak kini benar-benar menjadi tempat yang sesuai namanya. Ribuan mayat bergelimpangan di mana-mana, baik dari kultivator hidup maupun jiangshi yang akhirnya hancur.Bau darah dan mayat yang membusuk memenuhi udara, bercampur dengan asap dari berbagai ledakan qi yang masih mengepul.Di berbagai sudut medan perang, para pemimpin sekte dari kedua aliran terlibat dalam duel mematikan yang menentukan nasib perang ini. Satu per satu, tokoh-tokoh penting mulai berjatuhan.Luo Qing Xian dari Sekte Kabut Jade Abadi tergeletak tidak bernyawa setelah duel dengan Bai Yuanfeng dari Sekte Shennong Gu.Wanita berambut hijau kebiruan itu tewas setelah racun buatannya sendiri berbalik menyerangnya, sementara Bai Yuanfeng terbaring sekarat dengan meridian yang hancur akibat terkena Kabut Jade Mematikan.Xu Ying Ming dari Sekte Teratai Bulan Perak berhasil mengalahkan Qin Hua, wakil pemimpin Sekte Shennong Gu, namun ia sendiri terluka parah. Darah perak mengalir dari luka di dadanya, sem

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status