Share

Jubah Hitam dan Sepatu Bot.

Author: Jimmy Chuu
last update Last Updated: 2025-02-06 17:53:39

Ternyata, untuk membuka peti kecil itu, Rong Tian tidak memerlukan tenaga besar atau keterampilan khusus.

“Semoga ini berhasil,” gumamnya pelan, menekan tombol panel di peti dengan hati-hati. Bunyi ‘Klik’ terdengar seiring dengan pergerakan mekanisme di dalamnya, menandakan bahwa peti itu siap terbuka.

Saat tutup peti terangkat, aura kuno yang pekat, ditambah dengan bau lembap yang sangat tua, langsung tercium.

Rong Tian menarik napas dalam-dalam, merasakan betapa tuanya benda ini. Ia mengangkat penutupnya dengan gerakan cekatan, seolah khawatir jika gerakan yang salah akan merusak benda berharga di dalamnya.

Cahaya temaram menyinari isi peti, menampakkan sebuah busana yang sudah lama namun tidak rusak tersembunyi di bagian paling atas.

Rong Tian mengangkat benda itu dengan hati-hati. Sebuah jubah hitam dengan motif rumit berwarna emas di tiap sisi.

Jubah panjang dan lembut itu terasa lentur di tangannya, seakan mengundang untuk segera dikenakan.

"Busana ini... terlihat penuh misteri, tapi juga sangat megah," pikirnya, terpesona oleh keindahan dan keanggunannya.

 Tanpa ragu, ia mengenakan busana itu, meski rasa sakit di tubuhnya akibat luka yang ditinggalkan setelah dibuang ke tempat terkutuk masih terasa.

Setelah mengenakan busana hitam itu, Rong Tian menyampirkan jubah panjangnya yang berayun di angin, dan seketika angin dingin yang tajam berhembus kencang.

WUSH!

Di bawah sinar matahari pagi, jubah itu berkibar dengan elegan. Rong Tian merasa ada sesuatu yang asing merayapi benaknya. Ia tidak tahu apa, tapi sepertinya ada hubungan antara dirinya dan busana ini.

“Mengapa aku merasa busana ini seperti memang ditujukan untukku?” pikirnya, bingung namun penasaran. P

ada saat yang sama, ia merasakan sesuatu yang mengejutkan—lukanya, yang sebelumnya menganga, mulai terasa lebih baik.

 Ketika melihat luka di perutnya, meski masih ada bekas sayatan, sobekan yang disebabkan oleh serangan tangan kosong itu kini sudah menyatu.

Luka yang tadinya menganga kini tampak hampir sembuh sepenuhnya. Hanya tersisa bekas merah dalam bentuk bekas tidak teratur.

"Ajaib!" Rong Tian terdiam.

Ia menyentuh luka itu dengan hati-hati, merasakan keajaiban yang baru saja terjadi.

"Apakah busana dan jubah ini sebuah artefak kuno? Peninggalan seorang grandmaster bela diri mungkin?" pikirnya, penuh kekaguman dan rasa ingin tahu.

Ekspresi Rong Tian berubah seketika.

Wajahnya yang semula suram dan penuh keputusasaan kini terlihat lebih terang. Seolah kabut yang menyelimuti dirinya telah sirna, membawa serta rasa kosong yang menyertai langkahnya.

Kini, ada secercah harapan baru yang mulai tumbuh dalam hatinya, menggantikan keputusasaan yang sebelumnya menguasai.

Rong Tian memandang ke kiri dan kanan, matanya tajam mengamati sekitar. Ia mencari tempat yang aman untuk berlindung. Niatnya jelas: membongkar isi peti di tempat yang terlindungi, jauh dari gangguan.

Namun, sejauh mata memandang, hanya tumpukan makam yang tidak terurus dan kerangka manusia yang tampak rapuh di bawah debu tebal. Kerangka-kerangka itu mungkin sudah berdiam di sana selama bertahun-tahun, bahkan berabad-abad.

Wajah Rong Tian cemberut, ia merasa seolah-olah tempat ini sudah lama terlupakan oleh waktu, namun tetap dihuni oleh aura yang menakutkan.

Bulu kuduknya meremang, dan rasa ngeri menyelimuti hatinya.

"Ternyata semalaman aku menginap di pemakaman, di The Abyss of Suffering. Pantas saja aku merasa merinding, seperti ada sesuatu yang mengawasi dari balik kegelapan," pikirnya dengan hati yang berdebar.

Semalam, karena sibuk menggali, ia tidak terlalu memperhatikan sekelilingnya. Langit yang kelam hanya disinari rembulan yang suram membuatnya hanya fokus menggali pasir, untuk menemukan peti ini.

Merasa tak nyaman, Rong Tian cepat-cepat memindai sekitar. “Semuanya tampak kering, gersang, tak ada satu pohon pun!” pikirnya, semakin merasa terasing di Abyss of Suffering.

Matanya terhenti pada sebuah gua yang hampir tersembunyi di balik batu cadas dan tanah kering, nyaris tak terlihat.

Ekspresi wajahnya berubah, terbaca jelas rasa lega yang datang begitu saja.

"Aku memutuskan untuk berlindung di gua itu," gumamnya, langkahnya kini bergegas menuju gua itu. Gua itu tampaknya menjadi satu-satunya harapan untuk melindungi dirinya dari ancaman makhluk buas di malam hari.

Namun, ketika berdiri di kaki bebatuan cadas yang terjal, hati Rong Tian terjatuh. Gua itu ternyata terlalu tinggi untuk dijangkau.

Ia bukan seorang kultivator pengejar keabadian dengan kekuatan luar biasa.

Fisiknya yang masih lemah membuatnya ragu, bahkan untuk mendekati gua tersebut. Rasa putus asa kembali menguasai hatinya. Namun, saat itulah sebuah ide tiba-tiba muncul dalam benaknya.

"Jika bandul kalung bermotif kelelawar itu memiliki kuasa mengusir serigala, bukankah ada kemungkinan bahwa peti ini menyimpan harta benda lainnya dengan kekuatan serupa?" pikirnya, perlahan menemukan secercah harapan.

Tanpa membuang waktu, Rong Tian kembali membongkar peti yang terletak di bawah batu cadas tinggi.

Kali ini, ia menemukan sesuatu yang lebih menarik. Setelah meletakkan jubah hitam yang sebelumnya dikenakannya kembali ke dalam peti, ia melihat sepasang sepatu bot tergeletak di lapisan setelah jubah.

"Sepatu?" gumamnya, menatap sepatu bot hitam yang serasi dengan busana dan jubah yang baru saja dikenakannya.

Sepatu bot itu tampak biasa, namun Rong Tian tidak bisa mengabaikan perasaan aneh yang muncul dalam dirinya.

"Warnanya hitam legam, serasi dengan baju dan jubahku tadi. Apakah sepatu ini juga memiliki efek magis, sama seperti kalung motif kelelawar?" pikirnya, masih merasa heran dengan temuan tersebut.

Dengan rasa penasaran yang membuncah, Rong Tian mengenakan sepatu bot itu.

Ketika sepatu itu menyentuh kakinya, ia merasakan keajaiban yang sama seperti sebelumnya.

Sepatu itu terasa begitu pas, seakan dirancang khusus untuk kakinya yang panjang dan kekar. Sekali lagi, perasaan yang tak terlukiskan menggelayuti pikirannya.

"Mengapa baik jubah maupun sepatu ini terasa seperti diciptakan untukku?" pikirnya dengan takjub, seolah ada kekuatan tak terlihat yang menghubungkannya dengan benda-benda ini.

Rong Tian melompat kegirangan, tubuhnya terangkat tinggi.

Senyum lebar menghiasi wajahnya. Tapiii...

WUUUT.

"Ini—ini..." kata Rong Tian dengan suara terbata-bata, hampir tidak percaya.

Tubuhnya meluncur ke udara, melompat setinggi lima meter. Itu adalah lompatan tertinggi yang pernah ia lakukan sepanjang hidupnya.

Saat kakinya menyentuh tanah kering yang berpasir, ia kembali merenung.

"Akan aku coba lagi. Apakah ini karena sepatu bot hitam itu, atau hanya kebetulan semata?" pikirnya, penuh rasa penasaran. WUUT! Sekali lagi, tubuhnya melesat.

Kali ini, ia berhasil melompat hampir mencapai enam meter. Ekspresi wajahnya berubah, penuh kebahagiaan.

Ada perasaan puas yang memenuhi dadanya. "Aku berhasil memecahkan misteri ini!" desisnya, gembira.

"Sepatu ini memiliki mekanisme yang memungkinkan aku melompat lebih tinggi." Semangatnya membara, dan tanpa ragu, ia mencoba lagi, berniat mencapai gua yang terletak tinggi di atasnya.

Namun, meskipun ia terus berusaha, dalam sepuluh percobaan melompat, Rong Tian belum juga berhasil mencapai gua tersebut.

 "Gua itu terlalu tinggi… mungkin sekitar sepuluh meter. Sementara lompatan terbaikku hanya enam meter," gumamnya, wajahnya kembali muram.

"Nampaknya, keinginan untuk memiliki tempat berlindung harus aku lupakan…"

Kekecewaan menghantamnya lagi.

Ia menatap peti yang tergeletak di dekatnya, dengan jubah hitam panjang dan lebar itu yang berkibar tertiup angin.

Tanpa disangka, sebuah ide muncul begitu saja.

"Jika sepatu ini bisa membantuku melompat lebih tinggi, bagaimana jika aku menggabungkannya dengan jubah hitam itu? Mungkin ada kekuatan tersembunyi yang bisa meningkatkan lompatan aku," pikirnya dengan cepat, semangat baru mulai muncul dalam dirinya.

Dengan gesit, Rong Tian meraih kembali baju dan jubah hitam yang sempat ia kenakan.

Begitu ia mengenakannya, perasaan percaya dirinya seketika kembali. Seolah ada aura yang mengalir dalam dirinya, mengisi seluruh tubuhnya dengan energi yang tak tampak.

Ia menatap gua yang tinggi itu, dan dalam hati berdoa, "Semoga dengan mengenakan dua benda ini, aku bisa mencapainya."

Bersambung

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pewaris Kultivasi Iblis, Raja Kelelawar Hitam   Kebangkitan di Hundun Yaosai

    Putih. Segala sesuatu berwarna putih menyilaukan yang membuat mata perih ketika pertama kali terbuka. Tidak ada suara, tidak ada wangi, tidak ada rasa apa pun kecuali kekosongan yang menyeluruh. Seperti berada di dalam pangkuan alam semesta sebelum segala sesuatu tercipta. Perlahan, mata yang tadinya tidak bisa melihat apa-apa mulai menyesuaikan diri dengan cahaya putih yang lembut. Bentuk-bentuk samar mulai muncul dari keputihan itu, berubah menjadi kontur yang familiar namun berbeda dari yang terakhir kali dilihat. Rong Tian terbangun dengan napas terengah-engah, dadanya naik turun cepat seolah baru saja berlari jarak jauh. Matanya berkedip beberapa kali, berusaha memfokuskan pandangan pada lingkungan di sekitarnya. Yang pertama ia rasakan adalah udara yang bersih dan segar, sangat berbeda dari bau darah dan kematian yang menjadi hal terakhir yang ia ingat. Ia duduk perlahan, merasakan tanah yang lembut di bawahnya. Bukan tanah kering yang dipenuhi tulang, tetapi rumput hijau ya

  • Pewaris Kultivasi Iblis, Raja Kelelawar Hitam   Perpisahan Terakhir Sang Imam

    Angin malam berdesir dengan suara yang menyayat jiwa di Padang Jiwa Terkoyak yang kini sunyi seperti kuburan raksasa. Bulan sabit menggantung tipis di langit kelam, cahayanya redup seolah enggan menyinari tragedi yang telah terjadi.Udara dipenuhi dengan bau darah yang mengering, tercampur dengan wangi bunga kematian yang tumbuh di antara tulang-tulang berserakan.Langkah kaki tua dan berat bergema perlahan di antara mayat-mayat yang bergelimpangan.Imam Zhang Wuji berjalan dengan jubah Tao putihnya yang ternoda debu dan darah, matanya yang bijaksana kini dipenuhi kesedihan mendalam. Setiap langkahnya meninggalkan jejak cahaya putih samar, qi spiritual yang murni berusaha memurnikan tanah yang telah dikotori oleh begitu banyak kematian.Di tengah kawah yang dalam, sosok yang pernah dikenalnya sebagai murid yang penuh potensi kini berdiri membeku dalam keheningan abadi.Rong Tian masih dalam posisi tegak, seolah bahkan dalam kematian ia tidak mau menyerah kepada nasib. Jubah hitam yang

  • Pewaris Kultivasi Iblis, Raja Kelelawar Hitam   Imam Zhang Yang Terlambat.

    Sementara itu, di langit di atas Kota Heifeng, Tian Yuxiao berdiri di atas phoenix putihnya sambil mengamati kehancuran di bawah. Ia bersiap mengumumkan kemenangan final aliran putih ketika tiba-tiba langit mulai berubah aneh.Awan-awan tebal berwarna hitam keunguan mulai berkumpul dengan cepat, berputar membentuk pusaran raksasa yang menakutkan.Angin bertiup kencang dari segala arah, membawa serta bau belerang dan sesuatu yang membusuk."Apa yang terjadi?" gumam Tian Yuxiao sambil menatap ke atas dengan wajah khawatir.Tiba-tiba langit seolah terkoyak seperti kain yang disobek. Dari retakan itu muncul cahaya perak yang menyilaukan, diikuti oleh sosok yang turun perlahan dari ketinggian.Sosok itu mengenakan jubah perak yang berkilau seperti logam cair, wajahnya tersembunyi di balik kabut putih yang berputar-putar.Ketika sosok berjubah perak itu mendarat di udara lima puluh meter di atas kota, tawa mengerikan bergema ke seluruh Kota Heifeng. Suara tawa itu dingin dan mengejek, membu

  • Pewaris Kultivasi Iblis, Raja Kelelawar Hitam   Kehancuran Kota Heifeng.

    Ketika debu mulai mengendap, sosok Rong Tian terlihat terbaring tidak bergerak di tengah kawah. Jubah hitamnya compang-camping, topeng giok di wajahnya retak di beberapa bagian, namun seruling iblis masih tergenggam erat di tangan kanannya.Mata keemasannya yang biasanya berkilat kini redup dan kosong."Tuan Muda!" teriak Mo Qianmian dari Sekte Baibian Men sambil berlari mendekat. "Tidak mungkin... Tuan Muda tidak mungkin..."Hun Tunshi yang masih terluka parah merangkak dengan susah payah menuju kawah. "Raja... Kelelawar Hitam... tidak boleh... mati..."Xu Ying Ming dari Sekte Teratai Bulan Perak jatuh berlutut sambil memukul tanah dengan tangan yang gemetar."Tanpa Tuan Muda, kami semua akan musnah!"++++Kematian Rong Tian menciptakan gelombang keputusasaan yang menghancurkan moral seluruh pasukan aliran iblis. Mereka yang tadinya berjuang dengan semangat membara kini berdiri terpaku, menatap sosok pemimpin mereka yang terbaring kaku di tengah kawah dengan mata kosong yang menatap

  • Pewaris Kultivasi Iblis, Raja Kelelawar Hitam   Pertempuran Terakhir.

    Langit di atas Benua Qitu Dalu berubah menjadi kanvas kiamat ketika dua sosok legendaris meluncur menembus awan dengan kecepatan yang mencabik udara.Rong Tian, dalam wujud Raja Kelelawar Hitam, terbang dengan naga es Azure yang sudah terluka parah, sementara Tian Yuxiao dari Sekte Tianjian Ge mengejarnya dengan phoenix putih yang sayapnya berkilau seperti pedang cahaya.Pertarungan dimulai di atas Padang Jiwa Terkoyak, namun kini telah menyeret mereka melintasi seluruh benua.Dari utara yang bersalju hingga selatan yang tropis, dari gurun pasir barat hingga pegunungan timur, jejak kehancuran mereka tercipta di langit seperti luka terbuka yang mengeluarkan darah merah pekat."Daxia tidak akan bisa melarikan diri!" teriak Tian Yuxiao sambil mengayunkan pedang cahaya sucinya. "Pedang Cahaya Surgawi, Kilat Pemurnian Jiwa!"Puluhan kilatan cahaya putih kebiruan meluncur dari pedangnya, memotong udara dengan suara mendesis seperti ular raksasa. Setiap kilatan meninggalkan jejak panas yang

  • Pewaris Kultivasi Iblis, Raja Kelelawar Hitam   Tragedi di Medan Pembantaian

    Padang Jiwa Terkoyak kini benar-benar menjadi tempat yang sesuai namanya. Ribuan mayat bergelimpangan di mana-mana, baik dari kultivator hidup maupun jiangshi yang akhirnya hancur.Bau darah dan mayat yang membusuk memenuhi udara, bercampur dengan asap dari berbagai ledakan qi yang masih mengepul.Di berbagai sudut medan perang, para pemimpin sekte dari kedua aliran terlibat dalam duel mematikan yang menentukan nasib perang ini. Satu per satu, tokoh-tokoh penting mulai berjatuhan.Luo Qing Xian dari Sekte Kabut Jade Abadi tergeletak tidak bernyawa setelah duel dengan Bai Yuanfeng dari Sekte Shennong Gu.Wanita berambut hijau kebiruan itu tewas setelah racun buatannya sendiri berbalik menyerangnya, sementara Bai Yuanfeng terbaring sekarat dengan meridian yang hancur akibat terkena Kabut Jade Mematikan.Xu Ying Ming dari Sekte Teratai Bulan Perak berhasil mengalahkan Qin Hua, wakil pemimpin Sekte Shennong Gu, namun ia sendiri terluka parah. Darah perak mengalir dari luka di dadanya, sem

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status