Home / Urban / Pewaris Naga Majapahit / Bab 2. MUSIBAH YANG MENGEJUTKAN

Share

Bab 2. MUSIBAH YANG MENGEJUTKAN

Author: MN Rohmadi
last update Last Updated: 2024-12-03 13:08:10

Bab 2. MUSIBAH YANG MENGEJUTKAN

Hujan batu bata itu secara tidak sengaja tepat jatuh di atas kepala dan tubuh Jaka membuat debu berterbangan di sekitarnya yang membuat semua orang di lokasi konstruksi menjerit histeris sambil berteriak seakan tidak percaya dengan apa yang mereka lihat.

Sementara itu Jaka yang tertimpa hujan batu bata yang berjumlah ribuan seakan tidak merasakan apa yang menimpa kepala dan tubuhnya.

Hingga debu yang sangat padat memenuhi sekelilingnya barulah Jaka menyadari apa yang terjadi di sekelilingnya.

Pada saat ini Jaka hanya merasakan tubuh dan kepalanya seperti terkena butiran air hujan dari langit, dia sama sekali menghiraukan teriakan kepanikan semua rekan kerjanya di tempat konstruksi.

Seperti tidak sadar dengan apa yang baru saja terjadi pada dirinya, Jaka malahan mengebutkan tangannya di pakaian yang berdebu setelah terkena ribuan batu bata yang jatuh dari lantai dua puluh.

Jaka malahan masih asik merapikan batu bata yang berserakan di sekitarnya seakan tidak pernah terjadi apa-apa pada dirinya.

“Jaka… Jaka… Jaka… kamu tidak apa-apa..?”

Puluhan pekerja konstruksi langsung datang menyerbu ke arah Jaka untuk menolong Jaka yang baru saja tertimpa ribuan batu bata dari langit.

Saat itu debu masih mengepul memenuhi sekeliling Jaka, akan tetapi batu bata yang jatuh dari troli yang di angkat Crane sudah terhenti, sehingga mereka berani mendekat kearah Jaka.

Penyebab ribuan batu bata yang sedang diangkut ke lantai dua puluh terjatuh adalah disebabkan salah satu kabel crane terputus hingga ribuan batu bata yang sedang diangkut langsung terjatuh begitu saja kebawah dan tepat mengenai Jaka yang sedang merapikan batu bata yang baru saja diangkut ke dalam troli itu.

“Jaka….!”

“Kalian kenapa teriak-teriak memanggilku?”

Seperti tidak pernah terjadi apa-apa Jaka malah balik bertanya ke semua rekan kerjanya dengan ekspresi bingung.

“Jaka kamu tidak apa-apa?”

Semua rekan kerja Jaka langsung mengelilinginya sambil memegangi tubuhnya untuk memeriksa luka yang ada di tubuhnya.

Tapi setelah melihat tidak ada luka sedikitpun selain debu berwarna merah dari batu bata yang hancur setelah menimpa tubuhnya, seketika semua orang memandangi Jaka dengan tatapan aneh.

“Ajaib, benar-benar ajaib. Mana mungkin tubuh Jaka sama sekali tidak terluka setelah tertimpa ribuan batu bata di tubuhnya.”

Semua orang berdecak kagum melihat keajaiban yang terpampang di depan mata semua orang.

Segera saja seorang mandor proyek langsung mendekati Jaka dan mengajaknya ke pos pengamatan untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.

Bagaimanapun juga mandor proyek bertanggung jawab atas pekerjaan dan keselamatan setiap pekerjanya.

Sampai saat ini Jaka belum menyadari kalau tubuhnya sangatlah kuat, maklumlah sejak mendapatkan warisan Naga dari zaman Majapahit yang sedang bertapa di gua misterius yang ada di gunung Kelud waktu itu, Jaka belum pernah menggunakannya bahkan belum menyadari kalau dirinya mempunyai kekuatan serta kesaktian dari zaman kuno.

Hal ini sangatlah wajar karena saat Jaka mendapatkan warisan itu dia masih duduk di bangku SMA kelas satu dan kejadian itu sudah tiga tahun yang lalu.

Dan kejadian itu bagi Jaka seperti sebuah mimpi saja, karena setelah satu minggu di dalam gua misterius, tiba-tiba tubuhnya ditemukan tim SAR yang mencarinya di tengah hutan jauh dari jurang misterius dalam keadaan tak sadarkan diri dengan tubuh compang-camping bekas tersobek akar dan batuan gunung.

Kembali ke lokasi konstruksi dimana Jaka bekerja, setelah dibawa ke ruang pengawasan sementara yang ada di lokasi proyek.

Petugas kesehatan di datangkan untuk memeriksa kesehatan Jaka yang baru saja tertimpa musibah.

“Sepertinya pak Jaka baik-baik saja, tubuhnya hanya kotor dan penuh debu saja. Untuk menjaga kondisi tubuhnya saya hanya bisa memberikan vitamin saja.”

Dokter yang memeriksa jaka berkata sambil tersenyum ke arahnya dan mandor proyek.

“Syukurlah kalau Jaka tidak apa-apa, saya sudah sangat khawatir dengan kondisinya.”

Mandor proyek tampak menghela nafas lega setelah mendapat hasil dari pemeriksaan dokter yang dia datangkan.

Setelah dokter yang memeriksa Jaka pergi, Mandor proyek segera berkata, “ Jaka sebaiknya kamu pulang lebih awal dan beristirahat. Ini ada sedikit uang untuk membeli buah atau makanan tolong di terima.”

Jaka yang mendengar perkataan mandor proyek tidak langsung menyetujui sarannya, dia malah menatapnya dengan tatapan aneh.

“Kenapa saya harus pulang? Bukankah saya baik-baik saja dan masih kuat untuk bekerja?”

“Sudahlah kamu pulang saja dulu, ini kompensasi dari perusahaan untukmu. Oh iya sebaiknya kamu juga libur dulu satu minggu agar kamu bisa istirahat.”

Jaka tampak bingung mendengar perintah mandor proyek, meskipun dia mencoba untuk bekerja saja saat ini dan satu minggu kedepan, tapi mandor proyek tetap keukeuh memerintahkan Jaka untuk istirahat satu minggu di rumah dan tidak diijinkan masuk kerja.

Akhirnya dengan tidak berdaya Jaka pulang lebih awal dari lokasi proyek, padahal masih satu jam lagi jam kerja berakhir.

Mandor proyek dan semua rekan kerja Jaka memandang punggung Jaka dengan tatapan aneh dan penuh dengan tanda tanya.

Siapapun orangnya pastilah akan penasaran dengan kemampuan yang dimiliki Jaka, mereka menduga kalau Jaka mempunyai jimat atau ilmu mantra yang membuat tubuhnya kuat.

“Apa mungkin Jaka mempunyai susuk atau mantra penguat tubuh?”

“Mungkin juga, saya juga menebak seperti itu. Mana mungkin ada manusia yang akan baik-baik saja saat ditimpa ribuan batu bata dari ketinggian gedung dua puluh lantai.”

“Ngomong-ngomong apa kita perlu menanyakan dukun mana yang memberinya ajimat itu kepada Jaka?”

“Benar, kita harus menanyakan dukun mana yang sudah memberi ajimat kepadanya.”

Jaka sama sekali tidak tahu kalau keajaiban yang terjadi pada tubuhnya sudah menjadi bahan gunjingan semua rekan kerjanya di lokasi konstruksi.

Dengan perlahan Jaka pulang menuju rumah kostnya dengan jalan kaki, karena jarak lokasi konstruksi dengan tempat tinggalnya hanya lima kilometer saja.

Malam telah semakin larut ketika Jaka pulang dari lokasi Konstruksi.

Jalanan Ibukota Jakarta terlihat masih ramai dengan lalu lalang mobil mewah yang melintas di jalan raya.

Jalan yang dilalui Jaka merupakan jalan bisnis yang dipenuhi perkantoran dan tempat hiburan malam serta hotel bintang lima dan apartemen mewah.

Jaka hanya bisa memandangi kemewahan yang di depan matanya dengan mata berbinar.

Pemandangan ini berbanding terbalik seratus delapan puluh derajat dengan situasi tempat tinggalnya yang ada di lereng gunung Kelud.

Saat ditengah perjalanan menuju rumah kontrakannya, tiba-tiba tubuh Jaka bergetar keras membuat langkahnya langsung terhenti.

“Ada apa dengan tubuhku?”

Rasa panas tiba-tiba membakar dadanya, dengan cepat Jaka memegangi dadanya yang memanas dan mengeluarkan cahaya keemasan yang melingkar-lingkar di seluruh aliran darahnya.

Sayup-sayup terdengar suara menggeram seperti binatang buas dari dalam tubuhnya, yang membuat jantung Jaka berdebar-debar.

“Grrr aummm…. cucuku…”

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pewaris Naga Majapahit   Bab 214. KEMATIAN RAJA SILUMAN BUTO IRENG

    Bab 214. KEMATIAN RAJA SILUMAN BUTO IRENG Begitu sampai diatas puncak gunung Salaka, Jaka Kelud berhenti dan berdiri memandang ke arah Raja Buto Ireng yang sedang berlari mengejarnya. “Hoi anak manusia, sepertinya sudah tidak ada tempat untuk melarikan diri lagi. Sekarang tenangkan hatimu, saya akan memakan tubuhmu dengan cepat, sehingga kamu tidak akan merasa sakit terlalu lama, ha ha ha ha…” Suara Raja Buto Ireng menggema di puncak gunung Salaka, dia berdiri tak jauh dari Jaka Kelud setelah berhasil menyusulnya. Jaka hanya tersenyum tipis menanggapi perkataan Raja Buto Ireng itu. Bagi Jaka Kelud omongan Raja Buto Ireng itu hanya angin lalu, karena dia akan terlebih dahulu menghabisi Raja Siluman di depannya ini. “Anak manusia, apakah kamu sudah siap untuk menjadi santapanku? Baiklah, sepertinya kamu memang sudah siap.” Begitu Raja Buto Ireng selesai berbicara, sosoknya langsung melesat dengan sangat cepat kearah Jaka Kelud. Tangannya

  • Pewaris Naga Majapahit   Bab 213. KEMATIAN AKI SALAKA

    Bab 213. KEMATIAN AKI SALAKA Sosoknya sudah berpindah tempat di belakang Aki Salaka yang berusaha menjauh dari pertempuran dua makhluk berbeda dimensi ini. Bola api itu seperti mempunyai radar, kemanapun Jaka Kelud menghindar, maka bola api itu terus mengejarnya. Kali yang ketakutan dengan bola api ini adalah Aki Salaka, mana mungkin dia tidak ketakutan, karena Jaka Kelud bersembunyi di belakang tubuhnya. Maka secara otomatis, maka bola api mengejar kearahnya. Jaka Kelud sepertinya memang sengaja menghindar dengan cara mengelilingi tubuh Aki Salaka. Dia sedang mempunyai rencana jitu untuk mengalahkan Aki salaka, tanpa dia turun tangan sendiri. “Arghh….”Tiba-tiba saja terdengar jeritan melengking, ketika bola api itu menghantam tubuh Aki Salaka. Sebenarnya bola api itu tertuju pada tubuh Jaka Kelud, akan tetapi pada suatu kesempatan dia sengaja berdiri di depan Aki Salaka. Dan, ketika kedua bola api itu meluncur dengan cepat kearahny

  • Pewaris Naga Majapahit   Bab 212. RAJA SILUMAN BUTO IRENG

    Bab 212. RAJA SILUMAN BUTO IRENG “Kita memang tidak saling kenal, tapi kamu sudah berusaha membunuh orang yang salah. Apa kamu tahu, untuk apa saya datang kemari? Dan bagaimana saya bisa datang kesini?” dengus Jaka Kelud sambil menatap Aki Salaka yang sedang mengatur nafasnya yang memburu setelah tadi berusaha membunuhnya. “Sebenarnya saya tidak peduli dengan apa yang kamu lakukan, akan tetapi karena kamu sudah berbuat salah kepada orang yang saya kenal. Maka kamu juga harus merasakan apa itu hukum karma.” “Ha ha ha ha ha… anak muda kalau ngomong itu yang jelas. Kamu jangan asal tuduh, lihatlah saya itu tidak melakukan apapun seperti yang kamu tuduhkan. Aki Salaka masih berusaha mengelak dari tuduhan Jaka Kelud, bibirnya kemudian terlihat mulai berkomat-kamit membaca mantra, kemudian…. Wusss…Sebuah asap hitam langsung muncul di belakang Aki Salaka, asap hitam itu perlahan berubah bentuk menjadi sosok berburu dengan tinggi empat meter, bahkan saking tinggin

  • Pewaris Naga Majapahit   Bab 211. SERANGAN KERIS PUSAKA

    Bab 211. SERANGAN KERIS PUSAKA Mulut Aki Salaka langsung mengatup ketika mendengar pertanyaan Jaka Kelud yang terus terang tanpa tedeng aling-aling lagi, menuduhnya sebagai orang yang mengirimi santet ke tubuh Rustam Buwono. “Apa yang kamu katakan bocah? Kalau bicara itu coba diatur, jangan asal ngomong dan menuduh orang,” ucap Aki Salaka sambil menatap tajam kearah Jaka Kelud. Meskipun suaranya terdengar seperti membantah perkataan Jaka Kelud. Akan tetapi Jaka Kelud bisa membaca getaran terkejut dari nada suaranya, meskipun hanya sedikit saja, karena Aki Salaka sangat pandai menyembunyikan perubahan emosinya. “Ha ha ha ha… kamu tidak perlu menyembunyikan kebusukanmu. Lihatlah apa yang ada didalam ruangan ini? Bukankah semua ini adalah alat untuk melakukan ritual pemanggilan iblis?” Perkataan Jaka tentu saja adalah benar, karena dia sudah menyebarkan pandanganya ke seluruh ruangan. Di seluruh ruangan yang gelap dan dipenuhi dengan aroma asap

  • Pewaris Naga Majapahit   Bab 210. BERTEMU AKI SALAKA

    Bab 210. BERTEMU AKI SALAKA Firasat buruk seketika menghantui pikirannya, ketika mendengar suara pintu utama dibuka. Akan tetapi pikiran buruk itu segera di tepis dan mengira kalau yang membuka pintu adalah cantriknya atau Surono pelayan yang bekerja di rumahnya. Pada saat Aki salaka akan melanjutkan ritualnya untuk melihat kondisi Rustam Buwono melalui pusaka Kaca Belanga. Tiba-tiba saja pintu ruang kerjanya terbuka, mata Aki Salaka menatap tajam kearah pintu dan matanya langsung memicing untuk mempertajam penglihatannya, untuk melihat siapa yang memasuki ruang kerjanya. Sementara itu sebelum sesosok tubuh memasuki ruang kerja Aki Salaka, Jaka Kelud yang memasuki rumah Aki Salaka memandang seisi rumah. Suasana rumah ini sama persis dengan rumah-rumah di lereng gunung Kelud tempat dia tinggal bersama keluarganya. Di ruang tamu ada furniture yang terbuat dari kayu jati dan beberapa kursi sederhana yang ditata berjajar yang bisa menampung

  • Pewaris Naga Majapahit   Bab 209. BELIS MARAKAYANGAN

    Bab 209. BELIS MARAKAYANGAN “Kurang ajar, dasar Belis kurang kerjaan. Kalau kamu tidak sanggup mengambil nyawa tumbal itu sebaiknya kamu pergi saja, alih-alih mendatangiku, dasar Belis lemah,” gerutu Aki Salaka yang tidak mau mengikuti permintaan Belis Marakayangan ini. Belis Marakayangan yang ingin memasuki tubuh Aki Salaka sangat marah mendengar perkataannya, apalagi dia juga kesulitan untuk merasuki tubuh Aki Salaka untuk diambil nyawanya. Kekuatan mantra perlindungan Aki Salaka yang cukup kuat, membuat Belis Marakayangan itu kesulitan untuk merasuki tubuhnya. Sambil terus membaca mantra perlindungan, Otak Aki Salaka berpikir keras. Karena dia tidak mungkin membiarkan Belis piaraannya ini malah menjadikannya tumbal. “Ha ha ha ha… kulitmu sepertinya cukup alot Aki Salaka. Tapi jika saya tidak bisa mengambil jiwamu, maka keluargamu juga boleh. Bukankah kamu punya anak dan cucu di kota? Ha ha ha ha….” Belis Marakayangan tampaknya tidak kekurang

  • Pewaris Naga Majapahit   Bab 208. MENDATANGI AKI SALAKA

    Bab 208. MENDATANGI AKI SALAKA Ucap Jaka Kelud dengan tatapan teduh kearah wanita paruh baya di depannya. “Alhamdulillah, Ya Alloh terimakasih Engkau telah mengabulkan doa-doa hamba Mu ini.” Airmata kebahagiaan mengalir dari sepasang matanya yang menghitam karena kurang tidur dan kantung mata yang menggelembung di kelopak matanya, karena sering menangis. “Terus nak Jaka mau kemana? Apakah nak Jaka akan menemani tante disini?” “Maaf tante, saya ada urusan sebentar. Maaf saya pamit terlebih dahulu,” sambil menangkupkan kedua tangannya di depan dada, Jaka Kelud berpamitan kepada Melati Sugiri. “Baiklah, tante hanya bisa mengucapkan terimakasih atas perhatian nak Jaka Kepada kami.” Jaka Kelud segera berjalan meninggalkan ruang ICU, meninggalkan Melati Sugiri yang sudah bisa bernafas lega, setelah mendengar informasi dari Jaka Kelud. Jaka Kelud tidak pergi ke mobilnya setelah meninggalkan ruang ICU, alih-alih langsung pulang kerumah, dia malah me

  • Pewaris Naga Majapahit   Bab 207. KEMARAHAN AKI SALAKA

    Bab 207. KEMARAHAN AKI SALAKA Aki Salaka sangat geram, ketika ilmu santet yang ditujukan ke tubuh Rustam Buwono mendapat perlawanan. Segera saja Aki Salaka mengaktifkan pusaka Kaca Benggala untuk melihat orang yang sudah berani melawan dirinya. Perlahan dari dalam air yang ada di pusaka Kaca Benggala terlihat mulai ber riak dan mengeluarkan gelembung-gelembung seakan air di dalam pusaka Kaca Benggala itu sedang mendidih. Mulut Aki Salaka meracau membaca mantra yang tidak bisa didengar dengan jelas sambil menggerakkan kedua tangannya di atas pusaka Kaca Benggala. Perlahan dari air yang ada di dalam pusaka Kaca Benggala mulai mengeluarkan asap, akan tetapi asap yang keluar adalah asap hitam yang sangat pekat. Kejadian ini tentu saja mengejutkan Aki Salaka, karena dalam sejarahnya pemakaian pusaka Kaca Benggala, dia belum pernah menghadapi fenomena se aneh ini. Fenomena, dimana dari dalam pusaka Kaca Benggala mengeluarkan asap hitam, apalagi as

  • Pewaris Naga Majapahit   Bab 206. MELAWAN SANTET

    Bab 206. MELAWAN SANTET “Apa? Apa yang kamu katakan? Kalau mau membantah perintah saya itu jangan membuat alasan yang tidak masuk akal. Awas kalian, saya akan memberi Surat Peringatan kepada kalian bertiga yang menolak menjalankan tugas dari saya,” ancam dokter Sasongko kepada ketiga tim medis yang bersamanya. Setelah memberi ancaman kepada tim medisnya, dokter Sasongko berniat untuk memeriksa sendiri tubuh Rustam Buwono untuk mencari sumber asap. Akan tetapi seperti halnya apa yang terjadi kepada ketiga tim medisnya, kaki dokter Sasongko seperti dilem atau di pakai kepada lantai di bawahnya. “Aduh, kenapa kakiku tidak bisa digerakkan? Apa sebenarnya yang sedang terjadi?” gumam dokter Sasongko dalam hatinya. Sementara itu ketiga tim medis tampak menahan senyum melihat kondisi dokter Sasongko mengalami kejadian seperti yang mereka alami. Sementara itu Jaka Kelud yang sedang melakukan pengobatan pada tubuh Rustam Buwono, tampak memandang

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status