Bab 220. EVEREST OIL CORP “Apakah pak Anton mati karena terkena santet?” bisik salah satu petugas yang memandikan jasad Anton Buwono. “Mungkin saja, lihatlah jasadnya masih mengepulkan asap dan suhu tubuhnya masih sangat panas seperti ada tungku di dalam tubuhnya.” “Hiii… sungguh kematian yang sangat tragis. Kenapa pak Anton yang berasal dari keluarga konglomerat, sampai di santet seseorang? Siapakah yang sudah begitu tega melakukan ini?” “Sepertinya orang ini mempunyai banyak musuh, atau dia telah menyakiti seseorang sehingga ada musuhnya yang mengirimkan santet yang begitu mengerikan.” Sambil terus bergosip, petugas yang memandikan jenazah Anton Buwono akhirnya selesai juga melaksanakan tugasnya. Sebenarnya petugas ini tidak pernah sambil ngobrol apa lagi bergosip saat memandikan jenazah pasien Rumah Sakit. Akan tetapi entah kenapa, saat memandikan jenazah Anton Buwono mereka sempat-sempatnya bergosip. Kemudian tubuh Anton Buwono ya
Bab 219. OTOPSI Jaka Kelud hanya mengangkat kedua bahunya, seakan dia tidak peduli dengan Anton Buwono. Tentu saja Jaka Kelud tidak peduli dengan Anton Buwono, karena dia sudah tahu sisi kelam saudaranya Rustam Buwono. Anton Buwono adalah otak dari musibah yang selalu menimpa Rustam Buwono, dia tidak tahu, entah sudah berapa banyak Anton Buwono berusaha menghabisi nyawa Rustam Buwono. Andai saja Jaka kelud tahu, kalau kejadian puluhan tahun yang lalu, yang menyebabkan Rustam Buwono yang sedang melakukan perjalanan ke puncak Bogor mengalami kecelakaan, adalah karena ulahnya. Anton Buwono waktu itu sudah mengatur rencana membunuh Rustam Buwono dengan cara mengatur kecelakaan lalu lintas. Akibat kecelakaan itu, membuat mobil yang dikendarai Rustam Buwono, Melati Sugiri dan bayinya Rangga Buwono yang masih berusia lima bulan jatuh ke sungai dan menghilang. Andai saja Jaka kelud mengulik lebih jauh tentang apa saja yang dilakukan Anton Buwono selama
Bab 218. TAKZIAH Keesokan paginya kota Jakarta gempar dengan kematian Anton Buwono yang tiba-tiba. Semua orang sangat terkejut, beberapa berita online segera menayangkan kabar ini dengan dibumbui dengan cerita-cerita yang berlebihan. Mansion keluarga Anton Buwono segera dipenuhi karangan bunga yang berjejer sepanjang jalan hingga lima ratus meter dari Mansion. Bagaimanapun juga keluarga Buwono merupakan keluarga konglomerat nomor satu di kota Jakarta, sehingga banyak rekan bisnis yang mengenalnya segera mengirimkan karangan bunga sebagai tanda ungkapan berduka cita. Jaka Kelud yang tidak mempunyai hubungan terlalu dekat dengan keluarga Buwono, tentu saja tidak tahu kabar duka ini. Seperti pagi ini, seperti biasa dia berangkat kuliah mengendarai mobil besarnya tanpa ada perasaan apapun. Berbeda saat Rustam Buwono mengalami musibah, hatinya akan merasakan suatu perasaan yang aneh, yang membuatnya merasakan getaran batin dan ikut merasakan apa yang dir
Bab 217. TIDAK TERTOLONG LAGI “Maaf bu, keadaan bapak pada saat ini sudah tidak bisa kami tolong lagi. Apakah anda tetap ingin membawa bapak ke Rumah Sakit?” Dengan suara yang dibuat setenang mungkin, dokter Norman yang akan membawa Anton Buwono ke Rumah Sakit meminta maaf dan mengatakan situasi yang sebenarnya tentang keadaannya. Sulasih yang mendengar perkataan dokter, seketika menjadi lemas, meskipun dia sebenarnya juga sudah tahu kalau Anton Buwono sudah meninggal dengan melihat bola matanya yang memutih dan tubuhnya yang melepuh dan menghitam serta mengeluarkan asap. “Maaf bu, kalau boleh tahu, apakah bapak mempunyai riwayat sakit atau ibu tahu penyebab kematian bapak?” dokter Norman kembali melanjutkan pertanyaannya sebelum Sulasih menjawab pertanyaan pertamanya. Meskipun mendengar pertanyaan dokter Norman, akan tetapi Sulasih tidak menjawabnya. Yang terdengar hanyalah suara tangisan yang semakin keras saja, menangisi kematian Rustam Buwono.
Bab 216. KEMATIAN YANG MENYEDIHKAN Jiwa Anton Buwono tersegel oleh Belis Marakayangan, dia tidak bisa meronta ketika jiwanya di paksa keluar dari tubuhnya. Jiwanya merasakan sebuah rasa sakit yang tidak terkira sakitnya, seakan dia sedang di siksa oleh api neraka. Padahal dia sedang dirasuki Belis Marakayangan yang mempunyai elemen panas, sebelum Sulasih bisa meminta bantuan kepada siapapun. Mata Anton Buwono membeliak seakan mau keluar, kemudian kedua bola matanya langsung berubah putih. Karena pupil matanya sudah berputar ke atas, sehingga yang tersisa hanya bola matanya saja yang membeliak seperti mata hantu. “Anton…. suamiku…. tolong….!”Sulasih menjerit histeris melihat kondisi Anton Buwono yang wajahnya memerah dengan mata membelalak seakan baru saja di panggang di dalam oven yang sangat panas. Teriakan Sulasih yang menggema di Mansion besar ini terdengar sampai keluar dari kamar dan jendelanya. Semua orang yang sedang terbuai dalam mimpi
Bab 215. SANTET MEMASUKI TUBUH ANTON BUWONO Seperti halnya seseorang yang dijadikan tumbal pesugihan, saat dia mati dan dikubur, maka raga kasar nya akan menghilang dan berpindah ke dimensi Siluman seperti perjanjian orang yang menumbalkan nya dengan Siluman itu. Sedangkan ruh orang itu akan diambil malaikat maut, jika perjanjian usianya sebagai manusia sudah habis, seperti tercatat di buku takdir manusia sejak lahir hingga mati. Sedangkan jika manusia itu masih panjang umurnya sesuai perjanjian dengan Yang Maha Kuasa, maka kematiannya di dunia fana hanyalah kematian semua, karena jiwanya sudah di pindahkan ke alam siluman. Sedangkan setelah raga mereka dikubur, maka raganya akan diambil oleh siluman yang membuat perjanjian hitam dengan orang yang menumbalkannya. Setelah raganya di ambil ke alam siluman atau alam lelembut, maka jiwanya akan dimasukkan kembali keraga manusia itu. Di alam lelembut, manusia yang menjadi tumbal para siluman akan di
Bab 214. KEMATIAN RAJA SILUMAN BUTO IRENG Begitu sampai diatas puncak gunung Salaka, Jaka Kelud berhenti dan berdiri memandang ke arah Raja Buto Ireng yang sedang berlari mengejarnya. “Hoi anak manusia, sepertinya sudah tidak ada tempat untuk melarikan diri lagi. Sekarang tenangkan hatimu, saya akan memakan tubuhmu dengan cepat, sehingga kamu tidak akan merasa sakit terlalu lama, ha ha ha ha…” Suara Raja Buto Ireng menggema di puncak gunung Salaka, dia berdiri tak jauh dari Jaka Kelud setelah berhasil menyusulnya. Jaka hanya tersenyum tipis menanggapi perkataan Raja Buto Ireng itu. Bagi Jaka Kelud omongan Raja Buto Ireng itu hanya angin lalu, karena dia akan terlebih dahulu menghabisi Raja Siluman di depannya ini. “Anak manusia, apakah kamu sudah siap untuk menjadi santapanku? Baiklah, sepertinya kamu memang sudah siap.” Begitu Raja Buto Ireng selesai berbicara, sosoknya langsung melesat dengan sangat cepat kearah Jaka Kelud. Tangannya
Bab 213. KEMATIAN AKI SALAKA Sosoknya sudah berpindah tempat di belakang Aki Salaka yang berusaha menjauh dari pertempuran dua makhluk berbeda dimensi ini. Bola api itu seperti mempunyai radar, kemanapun Jaka Kelud menghindar, maka bola api itu terus mengejarnya. Kali yang ketakutan dengan bola api ini adalah Aki Salaka, mana mungkin dia tidak ketakutan, karena Jaka Kelud bersembunyi di belakang tubuhnya. Maka secara otomatis, maka bola api mengejar kearahnya. Jaka Kelud sepertinya memang sengaja menghindar dengan cara mengelilingi tubuh Aki Salaka. Dia sedang mempunyai rencana jitu untuk mengalahkan Aki salaka, tanpa dia turun tangan sendiri. “Arghh….”Tiba-tiba saja terdengar jeritan melengking, ketika bola api itu menghantam tubuh Aki Salaka. Sebenarnya bola api itu tertuju pada tubuh Jaka Kelud, akan tetapi pada suatu kesempatan dia sengaja berdiri di depan Aki Salaka. Dan, ketika kedua bola api itu meluncur dengan cepat kearahny
Bab 212. RAJA SILUMAN BUTO IRENG “Kita memang tidak saling kenal, tapi kamu sudah berusaha membunuh orang yang salah. Apa kamu tahu, untuk apa saya datang kemari? Dan bagaimana saya bisa datang kesini?” dengus Jaka Kelud sambil menatap Aki Salaka yang sedang mengatur nafasnya yang memburu setelah tadi berusaha membunuhnya. “Sebenarnya saya tidak peduli dengan apa yang kamu lakukan, akan tetapi karena kamu sudah berbuat salah kepada orang yang saya kenal. Maka kamu juga harus merasakan apa itu hukum karma.” “Ha ha ha ha ha… anak muda kalau ngomong itu yang jelas. Kamu jangan asal tuduh, lihatlah saya itu tidak melakukan apapun seperti yang kamu tuduhkan. Aki Salaka masih berusaha mengelak dari tuduhan Jaka Kelud, bibirnya kemudian terlihat mulai berkomat-kamit membaca mantra, kemudian…. Wusss…Sebuah asap hitam langsung muncul di belakang Aki Salaka, asap hitam itu perlahan berubah bentuk menjadi sosok berburu dengan tinggi empat meter, bahkan saking tinggin