Ehem...pada nggak sabar yaa nunggu lanjutan kisah asyik ini? Sabar...besok 3 bab lagi ya. Jangan lupa kasih hadiah buat author yaah, biar udutnya lancar dan kisahnya makin asyik hehe. salam MRD_BB
Mahyudin memang kenakan baju taruna, tapi dia tutupi dengan jaket kulit, tapi kepala plontosnya tetap terlihat karena topi ia lepas.Mahyudin sengaja tak beri tahu keluarganya, sehingga ia tak di jemput. Akibatnya Mahyudin pun celingak-celinguk nunggu taksi, yang terlambat masuk, akibat macet di pintu depan kedatangan.Begitu termangu menunggu taksi yang saat itu lagi antre, dia melihat si bapak ganjen tadi coba merayu Brigite dan pramugari lainnya, agar mau ikut mobil Alpha**nya.“Terima kasih Om, saya dan teman akan ikut mobil maskapai saja bersama bapak pilot dan co pilot,” terdengar suara Brigite, tetap lembut dan ramah.Saat itu mata Brigite melirik ke Mahyudin yang terlihat berdiri sendiri, menunggu taksi yang belum juga datang.Brigite sampai kini beranggapan Mahyudin tadi saat bicara sengaja ‘membual’ dengan si om ganjen yang terlihat kaya raya ini, apalagi terlihat lambang wakil rakyat di dadanya.Brigite tanpa ragu mendekati Mahyudin.“Kalau mau ikut numpang boleh Mas…!” taw
Dua tahun tak terasa…kini Mahyudin makin dewasa, di usia yang sudah 24 tahunan, dia menjadi pemuda yang makin tampan dan tenang.Masih tersisa 1,8 bulanan lagi baru di nyatakan lulus dari kawah candradimuka ini. Walaupun di anggap masuk ke sini karena katabelece sang kakek buyut, tapi semua instruktur dan dosennya memuji otak cerdas Mahyudin yang di atas rata-rata.“Kalau nasibnya baik, ni orang kelak bisa jadi akan mencapai level tertinggi, yakni Kapolri,” kata beberapa dosen dan isntruktur-nya.Pemuda ini selalu dapat nilai tertinggi dari 180 calon perwira seangkatannya. Alan sahabatnya saja sampai memuji otak cerdas Mahyudin ini.Hari ini, Mahyudin dapat izin cuti libur semester dari kampus Akpol-nya selama 1 bulan, tentu saja Mahyudin berencana pulang ke rumah orang tua dan kakek buyutnya.“Lan, kamu mau pulang ke Kalimantan juga, atau mau ikut aku ke Jakarta?” tanya Mahyudin saat mereka bersiap pulkam“Aku ke Banjarbaru dulu Din, langsung ke Batupecah, rencana aku di sana 3 minggu
Pagi-pagi saat akan ke rumah orang tuanya, Mahyudin heran mobilnya yang penyok sudah tak ada lagi. “Aki mana mobilku,” panggil Mahyudin pada salah satu satpam yang tadi malam membukakannya pagar.“Izin tuan muda, mobil tuan muda sudah di bawa Balo ke bengkel!” sahut Aki sambil berdiri hormat, Balo satpam yang satunya.“Waduuh pakai apa aku ke rumah papa dan bunda?”“Izin tuan muda, kata tuan besar, tuan muda silahkan pakai mobil yang ada di garasi, mari tuan muda saya antar!” Aki lalu jalan di depanMahyudin mengangguk dan dia di bawa ke bagian lantai yang menjorok ke bawah atau basement, gunakan tangga yang ada di samping.Begitu sampai di bawah, Mahyudin melongo, di sini berjejer mobil-mobil mewah berbagai merek dan type, yang rata-rata masih gres tahun pembuatannya.“Anjaaaay…ini show room mobil mewah apa garasi sih?” ceplos Mahyudin terkagum-kagum.Mahyudin pun kini sudah di jalan raya, mobil Lamb*rgh*** Revuelto warna abu-abu metalik dia bawa yang berharga lebih dari 25 miliaran.
Setelah di beri obat dan di kompres, kondisi Mahyudin sudah baikkan, walaupun masih matang biru di dekat mata. Hagu tak seberapa, sebab anaknya ini ternyata masih setengah hati melawannya, andai serius, sudah bisa di tebak, bisa-bisa Hagu pun sama lebam-lebam di hajar anaknya ini.Kini mereka bersantai di ruang keluarga, kembali Mahyudin di minta Hagu dan Widya ceritakan pengalamannya selama ini.“Din…papa memang salah, dulu sengaja meninggalkan ibumu karena ingin cari ayah kandung yang juga kakekmu itu. Persis seperti kamu dulu, saat papa kembali, papa justru terlambat dan hanya menemukan pusara ibumu dan kalian sudah menghilang bersama Bibi Bainah.”Hagu juga cerita, biarpun setelahnya memiliki anak dan istri, tapi dia dan Widya tetap berusaha mencari dirinya juga kakaknya Risna, tapi selalu gagal."Aku yakin kamu dan Risna masih hidup, itulah yang membuat papa tak berhenti terus lacak kalian," cetus Hagu.Mendengar ini, ibarat kemarau setahun di hapus hujan sehari, Mahyudin pun kin
Dua orang yang sama tinggi, sama-sama berbadan kokoh, walaupun tubuh Hagu lebih berisi dan berotot, kini saling berhadapan.Merasa terus di tantang, bangkit juga jiwa amarah Mahyudin. Matanya yang tajam, turunan dari nenek buyutnya Putri Zeremiah memancar keras ke wajah ayah kandungnya.“Lihat kelakuan si Udin, nggak beda jauh dengan Brandon kakek buyutnya, tak bisa di tantang, langsung meladeni,” bisik Chulbuy pada Cynthia dan Widya.Tapi baru saja Mahyudin akan bersiap, sebuah sapuan keras menghantam kaki-nya, akibatnya anak muda jatuh ini terguling-guling di buatnya.Hagu kini menunggu anaknya bangkit lagi.Cynthia dan Widya sampai berseru kaget, Chulbuy malah senyum saja, saat menoleh ke kanan, bulu kuduk Chulbuy merinding, karena…kakek buyut Datuk Hasim Zailani terlihat ikutan menonton.Datuk beri kode dengan kedipan, hingga Chlubuy makin merekah senyumnya.Anehnya, Cynthia dan Widya sama sekali tak melihat roh Datuk ini, padahah orangnya duduk anteng saja tak jauh dari ring ini.
“A-apa syaratnya nene buyut…oh ya, sebelum di sebutkan, aku boleh tanya nggak?” Mahyudin kini menatap kakek dan nenek buyutnya.“Tanya saja,” sahut Chulbuy kalem.“Maaf…kan banyak cucu, buyut dan anak kakek dan nene buyut, kenapa harus aku yang dapat…?” tanya Mahyudin hati-hati.“Karena mereka semua sudah dapat…lagian, hanya kamu yang bisa memenuhi syarat!” sahut Cynthia si nenek buyut menyela.“Maksudnya memenuhi syarat gimana ne?” kembali Mahyudin yang penasaran bertanya.Mendengar pertanyaan ini, Chulbuy terlihat menyerahkan ini ke istrinya.“Syaratnya, kamu harus masuk akademi kepolisian, ikutin jejak kakek buyutmu. Kemudian…kelak harus menikah dengan Putri Ako, anak sulung Om kamu, si Prem Hasyim Zailani, usianya kini baru 13 tahun, tapi…!”Mendengar akan di jodohkan dengan sepupu misannya yang masih berusia 13 tahunan, Mahyudin senyum-senyum sendiri.“Ngapain kamu cengar-cengir, emanknya kamu sudah punya pacar,” sentak si nene buyut ini dengan mata melotot.“Su…eh belum nek!” sa