BERSAMBUNG
Mahyudin dengan pedenya terus berjalan dan lagi-lagi beberapa prajurit memberinya hormat. Di dalam sini berkeliaran banyak sekali para prajurit dengan senjata masing-masing di bahu.Mahyudin pun jadi ingat cerita Komandan Horata, yang bilang saat ini para serdadu kekaisaran sudah modern dan tak lagi nenteng samurai, tapi pistol dan bedil, juga seragam.“Sudah nggak jaman lagi pakai kimono, itu masalalu. Kekaisaran akan bentuk pasukan yang hebat dan kuat dan kelak akan kuasai dunia,” kata Komandan Horata saat mabuk.Saat itu dia melihat seorang prajurit sedang duduk sendirian, Mahyudin langsung panggil si prajurit itu.“Siap komandan,” kata si prajurit itu, Mahyudin sengaja tidak menatap langsung wajahnya, agar penyamarannya tak di ketahui.Dia kenakan topi yang memakai penutup telinga hingga sebahu, sehingga menyamping sedikit wajahnya terlindungi.“Siapa namamu?”“Siap komandan, Ryoji Ndan!”“Ryoji, di mana 3 tahanan berbahaya itu di tahan?” tanya Mahyudin dengan suara perlahan.“Di
Komandan Horata terlihat seperti orang bingung, pandangan tajam mata Aldi membuatnya seperti terdesak untuk terbuka apa pun yang ada di otaknya saat ini.“M-mereka…di-di tahan di sebuah penjara bawah tanah yang di jaga sangat ketat!” sahut Komandan Horata.“Siapa-siapa saja yang di tahan dan di mana letaknya?” tanya Mahyudin lagi dan kini jantungnya mulai berdetak lega, artinya Ogohara dan Ano Tanaka selamat.“Penjaranya berada di bagian Selatan kota ini dan di jaga 100 prajurit bersenjata api lengkap, yang ditahan Ogohara Tanaka, Kei Tanaka dan dan seorang wanita cantik, saya lupa namanya,” kata Komandan Horata lagi.Takk…Mahyudin jentikan api untuk nyalakan cerutunya dan secara otomatis, hipnotis itu lenyap.“Ehh kenapa aku tadi kayak orang mabuk yaa?” Komandan Horata yang kini sudah sadar bingung sendiri, dia persis kayak orang linglung.“Mungkin tuan lagi pusing, gara-gara kalah banyak main judi dadu, sudahlah ayoo minum, aku traktir sepuasnya,” kata Mahyudin lagi, sehingga si kom
Saking takutnya dengan kemunculan tiba-tiba sang datuk, Mahyudin lalu balik ke kamar dan…dia hanya ambil samurainya, lalu bawa uang 10 ribu yen, malam itu juga dia pergi tanpa pamit dengan Yokito dan Osin.Untung nggak muncul saat aku genjot Yokito atau Osin, pikir Mahyudin menahan tawa.“Kenapa kakek buyut bilang Ano Tanaka calon biniku?” batinnya lagi sambil terus melangkah dan tujuannya adalah pusat kota Tokyo.“Aku akan selidiki melau Komandan Horata, ku rasa dia pasti tahu di mana sekarang Ogohara ataupun Ano Tanaka berada,” batin Mahyudin.Melihat ada kereta kuda, Mahyudin akhirnya putuskan naik ‘ojek’ ini dan minta di antar ke sebuah hotel yang berada tak jauh dari istana kekaisaran.Setelah dapat kamar, Mahyudin pun beristirahat dan dia memutuskan akan rubah penampilan, tidak brewokan."Aku harus berubah jadi orkay, untuk selidiki di mana Ano Tanaka," batin Mahyudin lagi.Besok paginya, Mahyudin cari tukang cukur dan dia pendekin rambutnya, pangkas habis brewoknya dan ini tampi
“Yokito agaknya akan berhenti sebagai geisha di sini. Kalau dia pergi, kamu akan kemana?” pancing Mahyudin.Osin terkejut langsung terdiam dan bingung sendiri, dia sama sekali tak menyangka Yokito berencana bakalan berhenti sebagai geisha selamanya.“Entahlah tuan…mungkin aku akan cari geisha lain yang mau menampung aku, habisnya aku tak punya suami lagi dan keluargaku juga miskin-miskin di desa,” sahut Osin dengan nada lemah.“Kalau kamu ku beri uang…5.000 yen....agar kamu juga bisa kembali ke desa kamu dan berhenti kerja di sini, mau nggak?” pancing Mahyudin.Wajah Osin langsung terbelalak dan tanpa ragu dia mengangguk. “Tentu saja saya mau tuan, lebih enak tinggal di desa, di sini capek dan bosan melihat kelakuan…yahh…tuah tahu sendirilah,” sahut Osin malu-malu dan pastinya kaget bukan main, Mahyudin malah mau beri di uang tak sedikit.Bertahun-tahun kerja di sini tak bakalan dia dapat mengumpulkan hingga 5.000 yen.“Hemm…tapi ada syaratnya?” kata Mahyudin lagi sambil senyum-senyum
“Woww…kamu benaran bisa bikin aku pensiun jadi geisha, ini banyak banget, bikin aku kaya hingga 3 turunan,” ceplos Yokito tertawa dan tanpa ragu dia langsung keluarakn semua uang itu dari karung dan mulai membagi uang - uang ini, karena Mahyudin langsung yang meminta..Kini Yokito pegang uang hingga 10.000 yen dan Mahyudin 15.000 yen.“Kenapa nggak di bagi lagi yang 5000 yen?” tanya Mahyudin senyum kecil, sekaligus salut Yokito ternyata tidak kemaruk, ini membuatnya terkesan.“Ih aku nggak serakah ahh…kamu juga pastinya butuh kelak,” sahut Yokito, lalu mengunci kamarnya, agaknya saatnya Yokito harus memberikan service spesial buat si satria samuurai ini.“Kamu sekarang tamu spesialku, sekarang, lakukan saja apa yang kamu mau,” bisik Yokito sambil mendekati Mahyudin dan mulai mencium bibir pemuda ini.“Paham aja kamu, sejak kemarin aku udah leleran lihat body kamu?” goda Mahyudin dan kini dengan santuynya, tangannya langsung bergerilya kemana-mana, hingga Yokito mendesah-desah.Gaya fla
Agar tak di curigai, Mahyudin buang pembungkusnya dan begitu ada penjudi yang pergi karena kehabisan uang. Mahyudin tanpa ragu duduk menggantikannya dan bersebelahan dengan Komandan Horata yang malam ini lagi happy dan di depannya banyak uang kertas tersusun rapi.Tanda dia sedang menang judi malam ini…!“Ha-ha-ha…hoky au double malam, tadi malam berhasil tumpas kaum pemberontak, malam ini aku menang banyak,” cetus si Komandan ini dengan wajah ceria.Geisha cantik terlihat menggelayut di sampingnya, dan sesekali dia mencium pipi si Komandan Horata, satu lembar uang yen langsung dia susupkan ke baju kimono geisha ini sambil remas payudaranya, Komandan Horata cuek saja tingkahnya di tonton banyak orang.Jepang di masa itu sudah gunakan uang kertas yang nilai 1 yen dan setara dengan 1,5 gram emas murni.“Heii anak muda kamu mau main juga, berapa modal kamu?” ejeknya, anggap remah Mahyudin.Mahyudin ambil uang kertasnya yang jumlahnya hanya satu bebat, hingga si Komandan Horata terkekeh.“