Kisah Amona dan Imala bisa di baca di Novel ‘Pewaris Tunggal’ salam, MRD_BB
Winny bergegas balik ke kamar dan mandi sampai bersih. Saat balik lagi, Mahyudin yang kini sudah pakai baju santai jeans dan kaos juga kaget melihat Winny pakai kimono tidak lagi pakai bajunya yang agak seksoi tadi.“Lohh mana pakaian kamu tadi?”“Ihh Abangggg…masa aku pakai baju itu lagi, mana di siang bolong lagi. Malu aahhh…aku pinjam kimono kamu, kita cari toko pakaian yaah, aku mau beli eh belikan dongg…setelah itu kita jalan lagi, okayyy!” sahut Winny cuek.Mau tak mau Mahyudin mengiyakan ucapan si denok berbody wow ini.Kini aroma Winny jauh lebih segar, rambutnya yang setengah kering juga harum, hingga Mahyudin pun jadi betah juga di dekat si denok ini.Beda dengan tadi, selain mulutnya bau alkohol, pakaianya Winny juga agak terbuka. Tapi Mahyudin kagum juga, Winny ternyata sangat jaga attitude.Kini Winny di ajak Mahyudin menuju garasi untuk ambil mobil dan jalan.Kembali si mata sipit ini terbelalak, saat melihat jejeran 10 buah mobil yang semuanya dari merek-merek top.Ke 1
“Duduklah Win, biar enak kita bicara!” dengan gaya tenang Mahyudin minta Winny yang sejak tadi berdiri duduk di kursi meja makan ini.Wanita berbody aduhai ini duduk dan senyum-senyum kecil.“Biar kepala kamu plontos, kamu sangat ganteng juga ternyata, mana rumah kamu mewah lagi,” ceplos Winny dan tanpa malu-malu mata sipitnya kitari ruangan makan ini, yang terlihat luks dan pastinya masih baru.“Kamu bilang malam tadi di kejar-kejar anak buah Joni White, emanknya kamu salah apa dengan mereka itu?” tanya Mahyudin hati-hati, gayanya mulai seperti intel saja.Inilah hasil didikan selama 2 tahun di Akpol, Mahyudin kini makin mampu kendalikan dirinya, intonasi suaranya juga tenang dan kalem. Sehingga siapapun tak akan menyangka, kalau Mahyudin sedang menyidik lewat si denok ini.“Dia maksa aku jadi gundiknya, padahal dua temanku sudah dia makan, masa aku dia mau juga, ih malas banget. Biar tajir, kalau nggak mood pasti aku tolak, paling burungnya udah mengkerut. Biar gini-gini juga aku pu
“Om Brata…agaknya dia marah karena aku sama Brigite?” batin Mahyudin sambil duduk termangu di dalam taksi.Entah kenapa, dia malah jadi malas pulang, pasti kelak Nenek Cynthia akan ribut bertanya soal si Bobby, pikirnya.Bobby memang nakal, tapi dialah yang paling perhatian dan paling sering jenguk kakek dan nenek buyutnya ini, di bandingkan cucu dan cicit lainnya.Padahal awalnya kakek Chulbuy dan nenek Cynthia ingin Bobby yang cari Putri Ako, namun dia bukan keturunan garis lurus Hasim Zailani. Inilah yang membuat keduanya minta Mahyudin yang menggantikan sepupunya itu. Mahyudin pun putuskan ingin ke rumahnya sendiri, yang 2 tahunan ini tak pernah di jenguk, tapi 3 ART yang di awasi Risna, setiap 3X seminggu tetap bersihkan rumahnya ini.Risna kini tinggal bersama Brandi suaminya dan sudah melahirkan satu adik buat Devi dan kini hamil lagi anak kedua. Rumah keduanya ternyata satu kompleks dengan rumah Mahyudin.Saat terjebak di sebuah lampu merah, Mahyudin kaget saat pintu taksi ya
“Terus…apa sekarang rencana kamu Brigite, mau pulang atau bertahan di sini..?” cetus Mahyudin lalu menatap wajah Brigite.“Pulanglah…buat apa aku di sini,” sahut pramugari ini cepat. Cocok dengan hatiku, batin Mahyudin.“Oke, aku aku antar!” mereka pun beranjak turun dari tempat ini dan langsung ke lift dan menuju lantai dasar dan menuju ke halaman yang luas dan penuh dengan mobil-mobil yang parkir.Mahyudin pun bermaksud mencegat taksi dan minta Brigite tunjukan alamatnya. Sampai di sini Brigite masih beranggapan Mahyudin ini hanya calon perwira polisi biasa.Tiba-tiba 3 orang datang mengelilingi ke 3-nya. Mahyudin langsung waspada. “Jangan-jangan mereka begal,” batinnya, sambil menjaga Brigite agar berlindung di belakangnya.“Jangan takut..kamu minggir ke sana dulu…!” bisik Mahyudin,Brigite mengangguk dan menjauhi pria ini.“Ini orangnya yang di minta si bos hajar, rasakan ini hiaaaattt!” salah seorang langsung menyerang Mahyudin.Serangan mendadak ini mudah saja di elakan Mahyudin,
“Awas kalau kalian sampai mabuk, ku jewer kalian!” tiba-tiba saja nenek Cynthia muncul dan Bobby dengan gaya tengilnya langsung bilang mereka cuman nonton konser musik.Lalu buru-buru tarik tangan Mahyudin agar segera masuk ke mobil sport mewah miliknya yang berada di depan teras rumah mewah ini.Melihat kelakuan Bobby dan Mahyudin, nenek Cynthia hanya bisa geleng-geleng kepala. Beda dengan Kakek Chulbuy yang senyum di kulum melihat kelakuan cicit-cicitnya.Chulbuy ingat kelakuanku di masa muda. “Waktu memang sangat cepat berlalu, tahu-tahu kini aku sudah aki-aki dan agaknya sebentar lagi finish…?” batin Chulbuy sambil ngitung usianya kini sudah hampir kepala 8.“Duehhh si nene buyut muncul ajee, hampir copot jantungku, si nenek buyut bawel nggak ketulungan. Nggak beda jauh sama nenekku, juga nenek kamu, si nene Fareeha, heran kakek-kakek kita kok dapat bini bawel-bawel gitu yaa, betaaah ajee hua-ha-ha” ceplos Bobby terbahak. Mahyudin ikut tertawa mendengar goyunan sepupunya ini.Ke
Mahyudin memang kenakan baju taruna, tapi dia tutupi dengan jaket kulit, tapi kepala plontosnya tetap terlihat karena topi ia lepas.Mahyudin sengaja tak beri tahu keluarganya, sehingga ia tak di jemput. Akibatnya Mahyudin pun celingak-celinguk nunggu taksi, yang terlambat masuk, akibat macet di pintu depan kedatangan.Begitu termangu menunggu taksi yang saat itu lagi antre, dia melihat si bapak ganjen tadi coba merayu Brigite dan pramugari lainnya, agar mau ikut mobil Alpha**nya.“Terima kasih Om, saya dan teman akan ikut mobil maskapai saja bersama bapak pilot dan co pilot,” terdengar suara Brigite, tetap lembut dan ramah.Saat itu mata Brigite melirik ke Mahyudin yang terlihat berdiri sendiri, menunggu taksi yang belum juga datang.Brigite sampai kini beranggapan Mahyudin tadi saat bicara sengaja ‘membual’ dengan si om ganjen yang terlihat kaya raya ini, apalagi terlihat lambang wakil rakyat di dadanya.Brigite tanpa ragu mendekati Mahyudin.“Kalau mau ikut numpang boleh Mas…!” taw