BERSAMBUNG
Kadang mereka saling tatap lalu sama-sama malu-malu. Namanya sama-sama belum pernah pacaran, getar-getar asmara itu makin kuat saja.“Ihh…aku lupa, aku transfer ke kamu ya uangnya, aku masih simpan kok nomor rekening kamu,” Mikha lalu ambil ponselnya dan benar-benar transfer 650 juta, ini sekaligus hapus rasa kaku di antara mereka berdua.Tapi sampai berapa lama....??!!Tak lama ada laporan banking dan ada dana masuk 650 juta. Balang lau permisi ke kamar ibunda dan membuka brangkas, di sana tersimpan sertifikat rumahnya.Yang otomatis mulai kini pemiliknya adalah Mikha Pohang.Saat itulah Balang tertarik melihat gelang emas kecil, Balang ambil gelang itu dan membolak-balik, matanya melihat ada tulisan Balang dan remaja ini hanya hela nafas panjang dan menutup brangkas itu lagi, gelang tadi ia ambil dan simpan di kantong celananya.Mikha terlihat sedang menulis sesuatu di kwitansi yang sudah bermaterai. Ternyata si cantik ini sudah siapkan itu sebelum datang ke rumah ini.“Betah aku di
Balang kembali ke rumah, hatinya plong, satu masalah sudah beres, kini PR kedua selesaikan penjualan rumah ibu angkatnya ini.Tak perlu repot-repot, dia telpon pengusaha advertising yang dia buka di medsos, setelah memesan, tak sampai 2 jam, pesanannya datang, bahkan turut membantu memasangkan spanduk rumah di jual. Baru saja mau cari makan keluar, Balang kaget melihat ada seseorang yang masuk pagarnya, begitu dekat ia heran ada gadis muda di tangannya ada rantang makanan.“Bang Balang ini makanan,” katanya sambil sdorkan rantang makanan tersebut.“Ini siapa yaa…?” tanya Balang heran sendiri.“Aku Sofia Bang, anaknya Tante Osa,” kata gadis cantik manis ini.“Astagaa…kamu dulu Sofia yang sering aku gendong dan sering nangis kalau ku tinggalin jalan?” seru Balang hingga Sofia tertawa.“Ih Abang bikin malu saja, sekarang aku sudah kelas 9 SMP, bentar lagi lulus dan masuk SMU tauuuu…!” sahut Sofia masih tertawa.“Benar juga, kamu udah begini gede, cantik pula, yuks masuk dulu,” tawar Bal
“Heii Balang, kalau tujuan kamu hanya itu, buat apa kamu panggil kami bertiga hahhh!” hardik Borsan si anak nomor 2 dan satu-satunya laki-laki anak Andre, mendelik marah padanya.“Sabar, dengarkan Balang tuntaskan kisahnya, kalian berdua diam dulu, tak usah nyolot begitu,” tegur Notaris Kologas tegas, hingga Elisa dan Borsan kontan diam.Apalagi saat melihat mata Notaris Kologas melotot, mereka tak berani nyolot lagi.“Baiklah aku lanjutkan,” sahut Balang tetap tenang, dia tetap menatap kalem ke 3 bersaudara ini. Paham kalau Elisa dan Borsan sama seperti nenek mereka, masih marah dengan ibu angkatnya tersebut.“Bunda angkatku memang menyimpan uang mahar sebesar 50 miliaran itu dan…!”“Di mana uang itu?” sela Borsan dengan wajah berubah tak sabaran, juga Elisa. Kembali Notaris Kologas mendehem dan keduanya kini kontan diam lagi."Tenang dulu, jangan di potong kalimat Mas Balang," kembali Notaris Kologas mencela keduanya. Balang pun ambil nafas dan lanjutkan kalimatnya. “Jadi…sesuai pe
Balang terdiam sesaat melihat kotak brangkas ini, dia memikirkan apa kodenya. Sudah berkali-kali ini muter kunci brangkas itu, belum juga pas passwordnya.Balang sampai bolak-balik di kamar ini, memikirkan apa kombinasi angka dari kotak yang lumayan berat ini.“Aku coba tanggal lahir bunda…!” batin Balang.Dia pun diam sejenak mengingat tanggal lahir dan bulan serta tahun lahir Yamina alias Brigite dan akhirnya dia ingat, lalu perlahan muter ke angka 8 dan ke angka 7, lalu tahun kelahirannya.Balang senyum kecil, brangkas yang ada di lemari ini berbunyi dan akhirnya terbuka.Begitu dia buka ada beberapa perhiasan mahal, kalung gelang dan juga giwang, bahkan ada gelang kecil yang Balang tak sadar, gelang itu miliknya kala dia bayi dan bertuliskan namanya di balik gelang tersebut.Tapi dia tak begitu perhatikan perhiasan tersebut, Langga bongkar isinya dan dia melihat ada amplop lumayan tebal. Inilah yang ia cari-cari.Tertulis nama sebuah bank swasta berikut logonya.Dengan hati berdeba
Paginya usai sarapan di rumah kakek dan neneknya, Balang izin mau ke rumah ibu angkatnya.“Bawa mobil ini, tuh itu papa kamu juga yang belikan, jarang-jarang di pakai, si Simon lebih suka yang SUV kecil miliknya.”Neneknya kasihkan kunci mobil SUV mewah berharga hampir 3 miliaran dan pajaknya saja lebih 30 jutaan pertahunnya.“Iya nek, Balang bawa yaa, mungkin aku akan di sana beberapa hari nek, kek,” Balang pun pamit setelah cium tangan kakek dan neneknya.Kedua orang tua ini sangat sayang ke Balang melebihi cucu mereka si Fareeha yang manja. “Berbhakti banget ni anak, apa-apa selalu izin, mana sholatnya tak pernah ketinggalan,” kata si nenek ini.Balang tentu saja masih ingat rumahnya, jarak 4 jam lebih tentu saja santai saja dia libas, karena SUV mewah ini makin di bawa kencang makin enak, sehingga malah hanya 3 jam'an dia sudah sampai di kota ini.Kini dia sudah berada di depan rumah ini, geleng-geleng kepala melihat rumah tersebut penuh semak belukar, karena bertahun-tahun kosong.
Balang tak tahu apa yang terjadi di keluarga Mikha ini, dia hanya diam menyaksikan Borsan yang buru-buru pergi dengan motornya sambil bawa sertifkat rumah neneknya ini.Si nenek itu terlihat memusut airmatanya, dan bilang agaknya sebentar lagi mereka tidak punya rumah lagi.“Ini semua karena wanita jahat yang bernama Yamina itu, ayah dan ibumu bercerai dan setelah meninggal dunia kehidupan kalian menjadi kacau balau begini,” keluh si nenek itu.Mikha sampai menatap wajah Balang yang terlihat kaget, Mikha lalu ajak neneknya masuk, dia juga minta Balang masuk saja.“Dia siapa Mikha?” si nenek itu baru sadar cucunya bawa teman.“Dia Balang nek, teman aku!” Mikha sengaja tak menyebutkan kalau Balang ini anak angkat wanita yang barusan neneknya sebut barusan tadi.Tanpa bisa di cegah lagi, si nenek ini sebutkan kelakuan-kelakuan Yamina yang ternyata sengaja pelet Andre agar mau menikahinya.“Asal kamu kamu Mikha, uang mahar yang jumlahnya hampir 50 miliar dan di ambil Yamina, sampai kini ta