BERSAMBUNG
Perjalanan menuju ke Kampung Dudur Atas bukanlah perjalanan enak, mobil 4X4 Mahyudin harus berjibaku dengan lumpur.Seteah tadi jalanan mulus hanya sekitar 10 kilometer, kini medan yang di katakan Briptu Agus benar-benar bak off road saja, rusak sepanjang jalan dan penuh lumpur.Untung saja mobil ini masih baru dan 4X4 serta ke empat ban-nya sudah radial, sehingga mampu libas jalanan.“Uang pembangunan jalan banyak di makan tikus berdasi Ndan,” ceplos Briptu Agus tertawa, sambil kencangkan sabuk pengaman, saat Mahyudin yang pegang setiran mulai hajar jalanan berlumpur ini.Bripda Mardi dan Bripda Isa yang duduk di jok belakang juga harus menahan nafas sekaligus kencangkan sabut pengamanan.Mahyudin bawa mobil ini benar-benar 'ngamuk', sepanjang jalan di hajar saja tanpa ampun.“Gitulah, makanya kita nggak usah ikut-ikutan, uang nggak halal itu banyak mudharatnya. Lihat saja para koruptor nggak ada yang beres hidupnya, di lihat saja enak, tapi aslinya banyak di dera masalah!” cetus Mah
Setelah 3 hari di rehab dan di cat ulang, Mahyudin pun bisa menempati rumdinnya, yang berjarak 100 meteran dari Mapolsek ini.Tak jauh dari rumdinnya berjejer 4 buah rumdin buat anak buahnya, yang ternyata di di tempati tenaga honorer di MapolseknyaHari ini atau hari ke 4 sejak Mahyudin datang, ia panggil ke 4 tenaga honorer itu agar kembali turun ngantor, sekaligus ingin tahu kenapa mereka selama ini malas ngantor.“Hmm…jadi kalian selama 6 bulan tak di gaji, berapa gaji kalian sebulannya,” tanya Mahyudin pada 4 orang tenaga honorer ini, 3 wanita dan 1 laki-laki, rata-rata masih muda, seumuran dengannya.“Satu bulan hanya 750 ribu Ndan!” sahut seorang wanita dengan wajah takut-takut.“Hmm…berarti 750 di kalikan enam, honor kalian 4,5 juta rupiah yang nggak di bayarkan,” gumam Mahyudin, ke 4 nya serentak mengangguk.Briptu Agus yang juga Kanit di Polsek ini dan berdiri di samping Mahyudin berbisik, ternyata honor mereka ini diam-diam di sikat mantan Kapolsek terdahulu duitnya.“Hmm…da
Mahyudin bangkit dari duduknya dan hadapi pria angkuh yang terlihat sombong ini, tak lama datang lagi satu mobil MPV dan berisi 7 orang yang ternyata centeng-centengnya.Idup dan Yono, juga 3 tahanan yang lebih mirip rekan ini memperhatikan saja, tak mereka sangka sang bos batubara ilegal ini bawa satu mobil anak buahnya yang terlihat dalam mode siap perang saja.“Andakah yang jadi komandan di sini?” tanyanya dengan gaya congkak dan berkacak pinggang di depan Mahyudin, dari jarak yang cukup dekat.“Iya, saya Ipda Mahyudin, siapa Anda?” tanya Mahyudin tetap tenang, walaupun dia mulai jengkel anak buah orang ini terlihat ingin intimidasi dirinya saat ini.“Aku Isom Asyad, pemilik batubara yang lewati jalanan di sini, ada apa Anda panggil saya ke sini. Apakah mau minta jatah lebih gede lagi? Dulu Kapolsek lama sudah aku kasih mobil satu, kalau Anda mau, tak masalah, tapi Anda harus atur keamanan di jalan, jangan ada razia!” cetus Asom menganggap remeh si Kapolsek muda ini.“Hemm..begitu
Mahyudin langsung terdiam melihat ruang kerjanya yang agak berantakan, Briptu Agus tanpa di minta buru-buru merapikan ruangan ini.Mahyudin balik lagi ke depan dan menatap dua anak buahnya yang kini masih menghormat bendera.“Kalau kalian masih main pungli atau mabuk, kalian aku usulkan mutasi atau pecat sekalian. Jangan ulangi hal tercela itu, malu kita dengan warga!” kembali Mahyudin beri teguran, keduanya langsung bilang siap.Tak lama datang 4 orang lainnya dengan kendaraan jadul masing-masing dan kaget melihat Idup dan Yono berdiri menghormat bendera dengan keringat bercucuran.Saat melihat anak muda berbaju jaskul coklat berdiri menatap tajam mereka, ke 4 orang ini langsung kelabakan beri hormat.“Ini jam berapa? Masa kalian masuk jam hampir jam 12 siang?” tegur Mahyudin menahan mangkel di hati.Sebetunya, ada rasa tak tega memarahi anak buahnya yang rata-rata ia lihat usianya tak beda jauh dengan papanya sendiri, antara 40-45 tahunan, bahkan ada yang ia lihat paling tua dan jala
Keluarlah surat tugas pertamanya sebagai Kapolsek…Ipda Mahyudin di tempatkan di Polsek Bitahan, yang ada di Batupecah, Kalimantan Selatan.Mendengar nama Bitahan, kakek Chulbuy langsung beritahu Mahyudin, inilah kampung halaman sang kakek buyut. Kaget juga Mahyudin, ternyata kakeknya berdarah Kalimantan dari ibu.“Mendiang Ela atau Erika ibunda kakek, atau nenek buyutmu berasal dari sana Din, tepatnya di Desa Dudur di Kecamatan Bitahan itu, telusurilah keluarga beliau, bantu mereka,” pesan kakek Chulbuy, sebelum Mahyudin berangkat keesokan harinya.Bitahan dulu hanya berupa desa, lalu dimekarkan jadi kecamatan dan meliputi 10 desa termasuk Desa Dudur, yang dulu juga bernama Kampung Dudur.Mahyudin pun mengangguk dan bilang ia akan cari keluarga nenek buyutnya tersebut.Padahal dulu Mahyudin sempat akan ke Batupecah lagi dengan kakaknya, tapi batal, karena orang yang ia cari-cari justru muncul tak di sangka-sangka, termasuk keluarga besarnya, sekaligus membuka tabir klan keluarga besarny
Mahyudin menatap tubuh Winny yang kini nyenyak tidur, setelah pertarungan yang mendebarkan jakun hingga 1,5 jam lebih.Winny yang sudah tak ngitung lagi berapa kali terbang ke awan tak bisa nahan capek, tidur nyenyak di kasur empuk ini."Dia hanya nakal di depan kamera saat live, tapi keseharian nggak sembarangan orang bisa menikmati tubuh indahnya ini," batin Mahyudin sambil menatap mulusnya tubuh Winny.Janji pakai pengaman hanya tinggal janji, Winny tidak peduli lagi dan dia pasrah saja saat lahar panas Mahyudin siram rahimnya.Percintaan panas mereka membuat keduanya melupakan akibatnya.Mahyudin yang lama tidak bersama wanita, bikin Winny terkage-kaget, saat paginya dia merasakan sesuatu di bawah pusernya ada yang menyapu hutan plontosnya.Saat menatap kepala Mahudin berada di sana, Winny tertawa dan akhirnya dia pasrah, hutan gundulnya kembali di rudal pemuda ini.Bukan satu malam bersama…tapi hingga 5 malam, hari ke 6, Winny minta di antar kos-nya, dia yang semula merengut karen