BERSAMBUNG
Icam dan Ujang ternyata DPO selama 5 tahun, dan kelakuan mereka benar-benar sadis, sudah 7 orang warga yang mereka bunuh, karena menolak lahan kebunnya di tambang.Ini juga membongkar aktvitas peti yang sangat meresahkan warga pedalaman di sana, yang sudah berlangsung bertahun-tahun dan rusaknya hutan di sana.Isom Arsjad langsung kabur dan jadi DPO, begitu tahu dua anak buahnya tewas dan kantor miliknya di tengah hutan di segel polisi, termasuk puluhan alat berat miliknya yang di sita Mahyudi dan anak buahnya.Aksi Mahyudin bersama Agus, Mardi dan Isa berbuah manis, ia dan 3 anak buahnya di beri kenaikan pangkat satu tingkat, karena sukses membongkar kasus lama ini, yang sudah 3 kapolsek sebelum Mahyudin tak pernah bisa terungkap.Mahyudin kini berpangkat Inspektur Satu atau dua balok di bahunya. Agus jadi Brigadir (dulu Bripka), Mardi dan Isa jadi Brigadir Satu alias Briptu.Untung saja Mapolsek-nya naik kelas, sehingga anak buahnya lega, Mahyudin tak perlu pindah dan tetap jabat ka
Empat orang penjaga yang berjaga di kantor peti ilegal ini melarang Mahyudin Cs masuk dan mencari dua DPO ini.Mahyudin yang melihat negoisasi alot antara anak buahnya dan ke 4 sekuriti ini mulai tak sabaran, apalagi ke 4 nya sangat kasar sekali sampai mendorong-dorong Briptu Agus.Mahyudin cabut pistolnya. Doorrr..dorr…dorr…dorr! 4X tembakandari jarak 5 meteran ia lepaskan.Ke 4 nya terjungkal sambil beteriak-teriak ke sakitan, mereka menyumpah-nyumpah setelah kaki mereka di tembak Mahyudin tanpa ampun.Mahyudin yang sedang gemas dan marah, tanpa ampun tendang ke 4 nya bergantian dan akibatnya langsung pingsan, sekaligsu kurangi penderitaan mereka.“Kita cari ke dalam kedua DPO itu!” dengusnya dingin.Gegerlah para pekerja admin tambang ilegal ini, 10 orang bahkan langsung berhenti kerjadi kantor ini dan kini malah berlarian kabur ke arah hutan.Tembakan Mahyudin hingga 4X benar-benar bikin nyali mereka ciut.“Hei jangan ada yang kabur, aku dan 3 rekanku ini polisi. Aku tak segan tem
“Ko-komandan..!” seru Mardi langsung bangkit dan beri hormat, juga Isa dan Agus. Mereka benar-benar kaget sekaligus senang tak terkira, sang komandan sudah kembali.“Astagaaa…kita molor sampai pagi ternyata,” ceplos Agus kaget sendiri.Karena matahari mulai naik di ufuk Timur, tanda satu malaman mereka tertidur nyenyak sekali di teras gubuk Mak Ijah ini.“Bikinkan aku kopi, sudah lama aku nggak ngopi, hampir 5 bulanan!” cetus Mahyudin dan otomatis 3 anak buahnya saling pandang.Mahyudin kini duduk nyantai di teras ini, sambil minta rokok ke Briptu Agus dan wajahnya merem melek menikmati rokoh jenis mild ini.“Kok 5 bulanan…perasaan baru 5 hari,” bisik Isa ke Mardi dan Isa, Agus aslinya juga sama kagetnya.“Ssst…udah jangan banyak pertanyaan, panaskan air, ambil kopi sachetan yang ada di mobil,” kata Agus. Mardi dan Isa pun buru-buru mengangguk.Ketiganya membiarkan Mahyudin kini duduk di teras gubuk peninggalan Mak Ijah sambil terus nge-rokok dan ngopi, pria ini terlihat seperti sang
“Ahh…akhirnya, aku bisa pulang kembali ke alamku, sekian tahun aku menunggu hari ini,” cetus Mak Ijah, hingga Agus, Mardi dan Isa makin kebingungan sendiri.Bingung wanita tua ini ngomong apa…? Mereka kompak tak paham.“Mak Ijah…mau pulang kemana…?” tanya Agus lagi memberanikan diri bertanya.“Ke tempat ibuku, emank mau kemana lagi, awas kalau tanya lagi di mana tempatnya!” kata Mak Ijah dengan suara ketus, tapi aneh wajahnya terlihat gembira.Sehingga ketiganya saling pandang.“Mak Ijah, sebelum pulang, bolehkah sebutkan di mana komandan kami berada?” kembali Agus memberanikan diri bertanya, ini yang kesekian kalinya, sebab sejak beberapa hari lalu, Mak Ijah ogah menjawab pertanyaan ini. Mak Ijah terdiam sesaat seperti orang yang sedang mikir. Lalu dia menghela nafas panjang.“Nanti setelah aku pergi, kalian ambil dupa di kamarku itu, lalu bakar, kemudian tungguin sampai dupa itu habis terbakar. Nahh setelah itu kalian akan menemukan komandan kalian itu,” sahut Mak Ijah lagi, hingg
Mahyudin dan Putri Aura kini memasuki kamar penganten yang sangat indah dan harum. Kalau Putri Aura berbinar-binar bahagia, Mahyudin terlihat ke wajah aslinya, murung.Tapi Putri Aura yang terlihat bahagia tak peduli soal itu.Mahyudin sendiri sedang cari jalan, otaknya sedang mikir bagaimana cara bisa keluar dari dunia ghoib ini.“Hmm…mikir apa sih, masa nggak kepingin kelonin istri cantikmu ini?” tegur Putri Aura, mulai terusik juga melihat kelakuan 'suaminya' ini.Putri Aura pelan-pelan mulai lepas baju pengantenya, hingga kini hanya pakai daleman saja lagi, tubuhnya yang putih bak peranakan Tiongkok bikin silau mata Mahyudin, sesaat dia hampir lupa kalau ini adalah wanita di alam ghoib.“Aura, boleh aku tanya nggak?” akhirnya kesadaran mulai menyeruak hatinya.“Hmm…mau tanya apa suamiku?” sahut Putri Aura sambil rebahan dengan gaya memikat, hampir saja Mahyudin lupa dengan pertanyaan tadi, gaya Putri Aura memang aduhai.“Emm…kamu sebelumnya bilang Mak Ijah itu anakmu, masa iya ana
Mahyudin…tentu saja tak pernah nyadar, Raja Dongkoh ini aslinya anak dari Datu Hasim Zailani atau Dean Tanaka dengan istri-nya di alam ghoib ini.Salah satu alasan Raja Dongkoh menikahkan keduanya, karena dia tahu siapa anak muda ini. Tapi dia sengaja diam, dia ingin tahu sampai di mana kelak Mahyudin sikapnya terhadap Putru Aura..!!!Kini dia sementara di tempatkan di sebuah kamar, yang membuatnya tak bisa kemana-mana, tempat ini di jaga sangat ketat.Mahyudin hanya di beri waktu satu hari, untuk menerima keputusan Raja Dongkoh tersebut, yakni menikahi Putri Aura ataukah…lehernya di penggal algojo.“Duehh kakek buyutttt…kenapa sih tak muncul-muncul di saat begini,” gumam Mahyudin bingung sendiri. Ia berkali-kali sebut nama kakek buyutnya, tapi roh si kakek itu tak pernah muncul hingga saat ini.“Tapi…Putri Aura sangat cantik, nggak kalah dari Winny atau Brigite, namun seandainya aku menikahinya, apakah aku akan terjebak selamanya di sini?”Inilah yang sebenarnya yang bikin Mahyudin p