Hasim dan Ela juga kadung di sebut sebagai pasangan paling couple dan jadi contoh bagi siapa saja. Citra tinggi yang menahan Hasim untuk tidak tergoda main gila dengan wanita manapun.
Hasim juga sadar, musuh-musuhnay lumayan banyak, terutama lawan politik serta pengusaha yang selama ini dia kalahkan dalam proyek-proyek besar.
Sehingga kemana-mana Hasim tak pernah lepas dari pengawalan, walaupun dia tak pernah takut pada siapapun juga dibadannya selalu terselip pistol berizin.
Namun, semuanya berubah saat seorang ART dari Indonesia bekerja di rumah besar dan mewahnya mereka ini.
ART yang masih berusia 20 tahunan ini cukup cantik, mengenakan hijab dan selalu berpembawaan sopan. Sehingga disenangi semua orang di rumah ini, termasuk Ela yang kini sudah berumur 48 tahunan.
Lama-lama ART yang bernama Kanah ini menjadi asisten pribadi Ela, sehingga kemanapun nyonyah besarnya ini jalan, Kanah otomatis akan selalu ikut.
Dari sinilah lama-lama Hasim j
Kagetlah Brandon, dengan sikap yang langsung ia rubah biasa-biasa lagi, Brandon buru-buru bilang tak apa-apa.“Kamu panggil Rahman ke sini sekarang juga!”Mendengar perintah itu, Brandon langsung berdiri dan mengangguk hormat, ia pun keluar kamar dan memanggil Asisten Rahman, agar masuk ke dalam, karena di panggil Dato Hasim.Begitu Rahman masuk, Dato Hasim meminta keduanya duduk di hadapannya.“Rahman, kamu ceritakan penyelidikan kamu selama dua tahunan terakhir ini terkait wanita yang bernama Kanah, biar Brandon ikut mendengar!”Perasaan Brandon yang tadi sudah tenang, kini berubah tegang lagi, sedapat mungkin ia menahan dirinya agar jangan emosional atau berubah jadi salah tingkah.Rahman menganggukan kepala, ia menatap lama wajah Brandon yang langsung menundukan kepala, entah mengapa saat ini perasaannya makin tak karuan, ia seakan akan di sidang oleh dua orang ini.“Brandon…apakah kamu berasal
“Pertanyaannya, apakah si Brandon mau, aku lihat tu anak kuat sekali pendiriannya!” Dato Haim kini malah sangsi sendiri.“Dato sadar ga, kelakuannya mirip Dato waktu muda, keras kepala dan kuat pendirian?” Asisten Rahman tertawa kecil setelah ucapkan kalimat itu, ia sudah biasa bercanda dengan sang majikan ini.Dato Hasim tersenyum kecil dan bilang benar sekali, gaya Brandon yang dingin dan tak mau tahu urusan orang, bak fotocopi Dato Hasim waktu muda, hanya kalau bicara kegantengan Brandon lebih ganteng dibandingkan Dato.Kadang keduanya juga menatap Brandon yang berada agak jauh dari mereka, kembali Dato Hasim bilang gaya seperti yang dilakukan Brandon bagi Dato Hasim sama seperti melihat dirinya waktu seumuran anak muda itu.Semuanya akhirnya berubah, setelah ada kejadian tak terduga, saat itu Dato seperti biasa ingin bersantai di sebuah tempat yang sepi.Sebuah cottage mewah di pinggir pantai yang juga dimiliki Dato Hasi
Belum sampai di IGD, Brandon akhirnya ambruk juga alias pingsan di dalam mobil, banyaknya darah yang keluar dari luka bekas tembakan membuat ia tak mampu bertahan lebih lama.Apalagi jarak dari cottage ke rumah sakit lumayan lama, yakni hampir 45 menitan, sehingga Brandon tak mampu bertahan lebih lama.Konsin, pengawal Dato Hasim yang membawa Brandon langsung buru-buru memanggil tenaga medis dan Brandon pun dipindahkan ke dipan rumah sakit dan di bawa langsung ke ruang perawatan darurat, sekaligus masuk ruang operasi.Sesuai perintah Dato Hasim yang diteruskan Asisten Rahman ke Pengawal Konsin, Brandon langsung di operasi saat itu juga, agar hal-hal yang tidak diinginkan bisa dihindari.Namun, satu hal yang tak Brandon ketahui, Konsin juga berbisik pada dokter di rumah sakit itu, agar mengambil sampel darah Brandon sekaligus sampel rambut, sebagai bahan tes DNA.Dato Hasim secara cerdik memerintahkan Asisten Rahman agar melakukan hal ini, di saat B
Brandon kembali tertunduk, ia benar-benar bingung apa yang harus diperbuat kini, orang tua yang berada di depannya saat ini adalah ayah biologisnya, tak ada keraguan lagi, di tambah dengan hasi tes DNA yang menyatakan 99,9 % Brandon adalah anak kandung Dato Hasim.“Jawablah Brandon, jangan hanya diam!” desak Dato Hasim lagi, kali ini suaranya malah agak tegas, seakan meminta Brandon jangan lagi berbohong tentang jati dirinya selama ini.“A-aku…!”“Apa kamu malu memiliki seorang ayah seperti aku?” desak Dato Hasim lagi.Brandon langsung menggelengkan kepalanya, dia mengangkat wajahnya tapi buru-buru ditundukan lagi, tatapan tajam dari Dato Hasim membuat dia seakan takluk.“Lalu apa…tak tahukah kamu, bertahun-tahun aku mencari kamu dan ibu kamu, sampai putus asa, karena jejak kalian bak hilang di telan bumi, namun ketika kamu sudah berada di dekatku selama tiga bulanan lebih ini, kamu tetap bers
Seminggu kemudian…Brandon kini terkaget-kaget, saat akan meninggalkan rumah sakit dia sudah di sambut seorang pejabat rumah sakit yang belakangan ia baru tahu kalau pria itu Direktur Utama rumah sakit ini.Dua pengawal yang setia menjaga dirinya selama di rumah sakit menunduk hormat padanya dan mempersilahkan Brandon masuk ke mobil mewah yang sudah standy di lobby rumah sakit.Bahkan para dokter yang selama ini merawatnya juga menunduk dalam-dalam, tanda hormat padanya, tentu saja para dokter sudah tahu semua berdasarkan ucapan Asisten Rahman, kalau Brandon adalah anak kandung Dato Hasim.Sehingga sejak saat itulah perubahan terjadi, Brandon dianggap bak raja yang sedang di rawat, harus terus di pantau setiap detik kesehatannya.Brandon langsung di bawa kembali ke rumah Dato Hasim, saat sampai di pintu gerbang, Brandon kini merasa aneh, karena penjagaan di rumah Dato Hasim makin di perketat, bukan hanya para pengawal yang berjaga, tapi juga
Mata Brandon benar-benar masih berkunang-kunang, ia sudah tak mendengarkan lagi penjabaran dari Pengacara Witan yang menjelaskan detil-detil harta milik Dato Hasim. Sampai akhirnya Witan selesai membacakan semuanya, Brandon masih seakan bermimpi.“Tengku Brandon…tolong segera tanda tangani berkas-berkas yang sudah ada di depan Tengku,” Witan menatap wajah Brandon yang bengong tersebut, sampai-sampai Ina, salah satu staf Witan terdiam lama menunggu, karena Brandon belum juga bereaksi untuk meneken berkas tersebut, ia masih seakan bermimpi dengan warisan luar biasa ini.“Brandon, kamu dengar bukan apa yang dikatakan Pengacara Witan?”Barulah Brandon kaget ketika mendengar suara Dato Hasim ini, ia menoleh lalu menatap pengacara Witan, kemudian beralih ke Asisten Rahman, kesadarannya berangsur-angsur pulih dan ia kini bukan berada di dunia mimpi, tapi di alam nyata, di depannya sudah ada setumpuk berkas maha penting yang harus tanda ta
Lima hari kemudian, kesibukan luar biasa terjadi di kantor Hasim Holdings Ltd, Kuala Lumpur, semua direktur yang berjumlah 25 orang berkumpul, di undangan hanya tertulis rapat sangat penting dan tak bisa diwakilkan pada siapapun.Bahkan ada 10 direktur yang sedang berada di luar negeri langsung pulang cepat, begitu mendapatkan pemberitahuan kalau ada rapat mendadak yang maha penting.Mereka sudah hapal, kalau sampai tak hadir di rapat begini, resiko pemecatan sudah membayang, karena Dato Hasim adalah tipikal Presiden Direktur yang sangat tegas, baginya apapun kesibukan, kalau ia sudah ingin mereka berkumpul, maka wajib datang, apapun kesibukan.25 direktur dengan pakaian jas resmi yang mahal dan ditambah parfum-parfum kelas satu sudah duduk rapi di ruangan megah khusus di kantor utama ini.Dari 25 orang ini, terdapat lima orang wanita, pakaian mereka sangat styles dan tentu saja kekinian, usia mereka pun rata-rata masih muda, yakni paling tua 38 tahun dan
Ternyata semuanya ikut bertanya begitu, sehingga rame lagi suasana rapat tersebut. Dato Hasim kembali tersenyum dan menatap mereka seakan sengaja membikin anak buahnya ini penasaran.Semenjak bertemu Brandon dan sudah jelas anak kandungnya, Dato Hasim makin sering tersenyum, beda jauh saat dulu, pandang matanya lebih sering tajam berwibawa dan jarang bicara apalagi tersenyum.Wajahnya yang dingin menimbulkan rasa segan bagi siapa saja, pembawaan itulah yang agaknya menurun ke Brandon saat ini.Dato Hasim tak aneh meliha anaknya ini, baginya itu sudah sifat alami yang sulit di rubah!Setelah suasana tenang dan diam lagi. Dato pun lalu menatap Brandon, semua mata mengikuti pandangan Dato Hasim.“Puteraku itu…inilah orangnya, Brandon Zailani, atau kini bergelar Tengku Brandon Zailani!” Brandon yang dikenalkan diminta Dato memberi hormat pada ke 25 Direktur Utama alias CEO ini, Brandon langsung berdiri dan mengangguk menghormat